Rabu, 17 April 2024

SELAMAT HARLAH KE-64 PMII: REFLEKSI DAN HARAPAN



Pengantar

Tahun 2024 ini, genap organisasi kemahasiswaan Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) berusia 64 tahun. Sejak dideklarasikan pada 17 April 1960 atau 21 Syawal 1379 Hijriyah, di Surabaya, PMII sebagai wadah perjuangan para mahasiswa yang saat itu lebih condong berakidah Ahlussunnah Wal Jamaah (Aswaja) yang diusung oleh organisasi sosial kemasyarakatan Nahdlatul Ulama (NU), terus mengawal perubahan-perubahan ditingkat gress road, akar rumput, dan juga ditingkat elit. Sebut saja PMII berjuang mengawal demokrasi agar sesuai dengan cita-cita luhur bangsa Indonesia.

Tantangan PMII diera yang sering disebut dengan era digital 4.0 yang menuntut para strukturalnya dan anggota berinovasi dalam mentransformasikan nilai-nilai kePMIIannya dari soal "internal organisasi" hingga "eksternal organisasi". Tentu ini bukan barang baru bagi mereka para kader pendobrak perubahan. Justeru di era inilah mereka dituntut agar betul-betul menggunakan sumberdaya (resource) berupa teknologi, kecerdasan otak, akal sehat, dan juga kekuatan jaringan "sahabat" hingga materi untuk menunjukkan nilai-nilai PMII yang akan terus bertahan diberbagai tantang jaman.

Bisa dibayangkan, jika PMII tidak sampai berumur 64 tahun. Ia mati sebab ketumpulan "jiwa" yang tidak diasah dengan kakuatan hati dan keyakinan yang kokoh, ketumpulan "daya fikir" yang tidak dapat mengembangkan nalar sehat sebab dimanjakan oleh situasi teknologi-sosial-ekonomi-budaya-dan politik yang kini terasa bagi kami sebagai alumni mengamatinya, ketumpulan "beraktualisasi" sebab kemalasan raga sebab dimanja dengan masa bodohnya terhadap raga yang berlemak dan penuh kolesterol yang kemudian menimbulkan istilah "kaum rebahan". Ini situasi yang tidak mengasikkan.

Namun kali ini bukan bayang-bayangan. Organisasi PMII mampu merayakan kembali hari ulang tahunnya ke-64 tahun. Artinya masih ada kader-kader yang tumbuh bagai jamur dimusim hujan. Bukan soal jumlah, bukan soal kualitas, namun soal begitu maraknya para alumni, kader, dan simpatisan PMII menunjukkan eksistensinya atau kedekatannya dengan PMII melalui rasa syukur, ucapan, dan juga diskusi serta aksi untuk menyambut harlahnya. Inilah keramat PMII yang bermotto "Dzikir, Fikir, dan Amal Shaleh". Artinya jiwa-jiwa yang diasah dan digemlbleng dengan tirakat berjamaah dari Sabang sampai Merauke, dan anomali diskusi serta dinamika berfikir yang dinamis sehingga menimbulkan cinta untuk terus saling mengayomi dan mendorong kebaikan-kebaikan kepada sesama sampai mengkristal sebagai pembela bangsa dan penegak agama.

Tujuan Berdirinya PMII: Sebuah Refleksi

Sesuai dengan AD/ART PMII Bab IV Pasal 4, tujuan berdirinya PMII yaitu "Terbentuknya pribadi muslim Indonesia yang bertakwa kepada Allah SWT, berbudi luhur, berilmu, cakap dan bertanggung jawab dalam mengamalkan ilmunya serta komitmen memperjuangkan cita-cita kemerdekaan Indonesia". Meneguhkan tujuan tersebut, PMII masih terus melakukan usaha-usaha yang mulia yang dapat kita lihat sampai detik ini. Pembinaan ruhani agar menjadi bertakwa, akhlak-akhlak yang baik, semangat dalam menimba ilmu pengetahuan, serta memiliki tanggung jawab yang tinggi atas dirinya kepada sang Khaliq, kepada sesama, dan kepada alam semesta.

Maka tidak ada kata jika seorang kader/anggota PMII yang berdiam diri dalam situasi apapun, ia harus bergerak untuk mendobrak sekat-sekat yang tidak dapat dibaca atau dipahami oleh kebanyakan mahasiswa dijamannya. Hal inilah kemudian terbawa hingga para alumninya yang hingga kini eksis diberbagai lini masyarakat dari RT hingga Presiden-pun mereka semua membaca situasi dengan cermat. Tidak sedikit yang kemudian berselisih pendapat hingga berjalan dalam koridor dan pendirian masing-masing. 

Selanjutnya juga seorang kader/anggota PMII pandai dan cerdas untuk melaksanakan tanggung jawabnya sebagai mahasiswa. Kita jumpai dari masa ke masa. Masa 1960-1970, 1971-1980, 1981-1990, 1991-2000, 2001-2010, 2011-2020, 2020-2025 (kelak), masa 10 tahun dalam kalender Islam bahwa 10 tahun hitungan qamariyah yang pendek masanya dan merupakan titik rawan, atau sebaliknya titik sukses bisa terjadi. Apakah tujuan PMII dalam masa tersebut telah tercapai? 

Pertanyaan tersebut merupakan refleksi di harlah ke 64 tahun untuk sahabat semua. Lebih dari itu refleksi atas tujuan itu juga perlu kita munculkan/utarakan atau sebut saja dapat kita banggakan bahwa kader yang hanya anggota biasa atau struktural PMII saat itu, dari masa ke masa mereka memiliki daya juang untuk menggoreskan tinta sejarah yang terkadang kita "nyinyir" dengan garis tangan keberuntungan mereka dan bahkan sedikit sekali terdokumentasikan oleh PMII sendiri. Tidak heran, banyak klaim jika sudah menjadi atau akan menjadi pimpinan disuatu lembaga mengaku PMII. Kalo tidak PMII mereka mengaku NU. Selalu ada selisih, dan bahkan menanyakan saksi dijamannya apakah benar keberadaannya saat itu. Istilah moderennya "Syahadah Al Istifadhah" yang menurut Ibnu Qoyyim  memberikan pengertian al-istifadhah ialah sebagai suatu reputasi atau kemasyhuran yang diperbincangkan banyak orang, karena reputasi itu benar masyhur. 

Jadi teringat istilah "Syahadah Al Istifadhah" itu yang saat ini sedang ramai didiskusikan tentang Nasab Ba'alwi atau Habaib yang di Indonesia dipertanyakan bahkan dibatalkan sebab tidak tersambung kepada kanjeng Nabi Muhammad SAW. Ulama dari Banten sebagai pendobraknya dalam mengkaji nasab Ba'alwi tersebut terputus. Namun disini tidak membahas hal tersebut.

Lanjut Contoh, kader-alumni PMII yang berjuang di sektor politik, sangat banyak, kemarin saja kita menghelat Pemilihan Umum untuk Presiden dan Wakil Presiden-kita dalam posisi wakil membersamai dari kader Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) dan bahkan berival dengan kader Gerakaman Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI). Ada juga Calon Legislatif (Caleg) diberbagai tingkatan, di Menteri Kabinet, Gubernur dan Wakil Gubernur hingga ke tingkat RT pasti kita menjumpai.

Sektor lain, birokrasi pemerintahan. Menyebar dimana-mana. Disektor swasta, ada. Di NU pun juga ada. Lalu masih selalu saja banyak yang menanyakan dengan pertanyaan, kemana saja kalian para kader dan alumni PMII? Ini pertanyaan yang mendiskreditkan kebesaran PMII itu sendiri, cara pandang yang ternyata masih jumud ini terus diturunkan/diikuti sebagian kader. Hal tersebut seharusnya, wadah ikatan alumni PMII (IKA PMII) menjawab dengan lantang, bahwa IKA PMII siap menjadi fasilitator dan katalisator untuk kemajuan para kader dan alumni dengan program-program dan aksi konkrit. 

Aksi konkrit inilah yang pada akhirnya muncul para "ahli" dibidang masing-masing pada masanya, di semua lini. Akhirnya PMII panen "berkah", komunikasi struktural IKA PMII kepada anggotanya bukan sekedar keproyekan, atau tentang masalah-masalah pragmatis, namun lebih pada komunikasi "visual" tentang bagaimana gambaran potensi-potensi masa depan kader dan alumni saat ini dan yang akan datang. 

Mari kita uji kembali tujuan itu melalui komitmen, dari Pengurus Besar (PB), Pengurus Koordinator Cabang (PKC), Pengurus Cabang (PC), Pengurus Komisariat (PK), Pengurus Rayon (PR) seluruh Indonesia: apa hasil berorganisasi selama mengemban amanah? Kader? itu sudah kewajiban, Sekretariat permanen? itu dampak, Program A-Z? Itu instrumen proses. Apakah ada yang bisa menunjukkan? 

Jika kembali pada usaha PMII, anggaplah masuk dalam AD/ART Pasal 5, tentang pengertian pribadi ulul albab, maka sudah seberapa berhasilkan PMII mencetak seseorang yang selalu haus akan ilmu, dengan senantiasa berdzikir kepada Allah SWT, berkesadaran historis primordial atas relasi Tuhan-manusia-alam, berjiwa optimis transendental sebagai kemampuan untuk mengatasi masalah kehidupan, berpikir dialektis, bersikap kritis dan bertindak transformatif. 

Relasi dengan Tuhan, terkadang ada hasil "Ghibah" tetangga sebelah atau dari keluarga sendiri, relasi dengan Tuhan di 5 waktu shalat saja sering bolong, bagaimana dengan relasi yang lain? Anggaplah ini "tamparan buat saya pribadi". Namun akhirnya terbangun dari "kantuk/tidur" sebab tamparan tersebut sangat keras. 

Bahwa dalam Alquran menurut Imam Al-Baghawi (baca dalam Sumber kutipan) saya pribadi membaca merasa tersinggung dan malu: 

نَزَلَتْ فِي الْمُنَافِقِينَ(٢) عَبْدِ اللَّهِ بْنِ أُبَيِّ بْنِ سَلُولٍ، وَمُعَتِّبِ بْنِ قُشَيْرٍ، وَجَدِّ بْنِ قَيْسٍ وَأَصْحَابِهِمْ حَيْثُ أَظْهَرُوا كَلِمَةَ الْإِسْلَامِ لِيَسْلَمُوا مِنَ النَّبِيِّ ﷺ وَأَصْحَابِهِ وَاعْتَقَدُوا خِلَافَهَا وَأَكْثَرُهُمْ مِنَ الْيَهُودِ
Artinya, “(Al-Baqarah ) Ayat 8 ini turun mengenai kaum munafik, yaitu Abdullah bin Ubay bin Salul, Mu’attib bin Qusyair, Jadd bin Qais, berikut para pengikutnya yang menyatakan secara lisan memeluk Islam bersama Nabi dan para sahabatnya. Tetapi mereka meyakini sebaliknya. Mayoritas mereka berasal dari kalangan Yahudi Madinah,” (Al-Husain bin Mas’ud Al-Baghawy, Ma’alimut Tanzil, [Riyadl, Darut Thayyibah: 1409 H], juz I, halaman 65)*. 

Selanjutnya, Sabda Rasulullah SAW dalam kutipan yang sama disebutkan Sabdanya:

وسئل رسول الله صلى الله عليه و سلم عن علامة المؤمن والمنافق فقال إن المؤمن همته في الصلاة والصيام والعبادة والمنافق همته في الطعام والشراب كالبهيمة 

Artinya, “Rasulullah saw ditanya tentang tanda orang beriman dan orang munafik. Rasulullah menjawab, ‘Orang beriman selalu bimbang pada sembahyang, puasa, dan ibadah. Sedangkan orang munafik bimbang pada makanan dan minuman seperti binatang ternak,’” (Imam Al-Ghazali, Ihya Ulumiddin, [Beirut, Darul Fikr: 2018 M/1439-1440 H], juz III, halaman 75)*.

*Sumber: https://www.nu.or.id/tasawuf-akhlak/tanda-orang-beriman-dan-orang-munafik-OutMP

Kader PMII tentu tidak akan pernah meninggalkan sembahyang, puasa dan ibadah lainnya. Ini keyakinan dan juga kekuatan mental untuk selalu berkhusnudzon. Anggap saja, bahwa saat kita menyelami samudera ayat dan sabda tadi, kita mengakui kemunafikan kita, lalu diam-diam kita terus mencoba mengais dan mengayuk pedal untuk berjalan dalam "keistiqomahan" ibadah. Sebab nilai ibadah kita bukan manusia yang menilai, tetapi Allah Azzawajala sanga Maha Pengasih dan Maha Penyayang.

Relasi dengan manusia, PMII jago. Apalagi generasi dahulu, lebih jago. Sebab saat ini mungkin saja salah asumsi saya ini, kader/anggota yang lebih senang dengan sifat "kesendiriannya" dibandingkan dengan mengolah kata dan raga bersosialisasi dengan masyarakat dan sesama mahasiswa. Hal ini tentu dipengaruhi oleh "keintimannya" kepada teknologi yang makin canggih (sebut: HP/gadget/laptop, dll) dan makin mesra sekali. Namun dengan ada barang tersebut mereka lebih terbuka sehingga dapat melihat jendela dunia dalam satu pintu bernama HP. Bagaimana tidak, sampai rapat dan bahkan di WC pun mereka membawa HP. Apakah ini pantas (dalam arti "etika" saat jika bercakap dengan lawan bicara semisal di suasana rapat, atau etika saat di WC?) Cek dan renungkan kembali jika benar bukti ini, tentu koreksi saja ya.

Relasi dengan alam? tentu ini nilai berat. Sebab buang sampah saja masih berantakan, olah sampah saja belum mampu, menanam bunga depan sekretariat saja tidak pernah terwujud, mewujudkan sekeliling badan dia menjadi sebuah nilai "GREEN" saja harus dengan kata dan komando. Semoga saja ini salah. Saya yakin mereka lebih peduli dibandingkan saya yang terlalu "JANCUKi". 

Investasi PMII: Sebuah Gerakan Masif dari Belajar Dinamika Probematika 

Apa yang dimaksud investasi PMII? Mungkin saja banyak mengira itu uang atau material lainnya. Atau tenaga yang sudah dikorbankan untuk membesarkan PMII secara totalitas? Bisa diperkirakan sebagian kader begitu. Namun sejatinya investasi PMII yaitu "spirit" keislaman Ahlusunnah Wal Jama’ah yang terus menggerakkan perubahan dikampus dan masyarakat untuk Amar ma'ruf nahi munkar dalam konteks menjunjung tinggi hak anggota PMII yaitu berhak atas pendidikan, kebebasan berpendapat, perlindungan, dan pembelaan serta pengampunan.

Problem muncul jika hak tersebut tidak terpenuhi. Maka akan muncul barisan-barisan yang sakit hati atau bahkan barisan yang berpindah ke lain organisasi. Dan ini sering terjadi. Sebab problematika anggota dan kader tidak dipelajari dengan baik dan matang. Namun sebaliknya, jika anggota dan kader dapat dipahami dengan baik, maka solusi akan muncul sendiri dari "learning by doing" yang dialaminya tersebut.

Belajar merupakan karakter bagi generasi Ulul Albab. Tidak bosan-bosan dorongan diskusi terus dibuka dan ditulis agar dapat menganalisa berbagai "hikmah" dari problem yang dihadapi, sehigga dapat mengamalkan dan memberikan solusi konkrit sesuai dengan koridornya. Hal ini belajar 7 tahun kemudian, dari tahun 1960 lahir PMII, maka tahun 1967 lahir Korps Peregerakan Putri PMII (KOPRI PMII). Hal ini merupakan dinamika selama 7 tahun belum ada aspirasi kaum wanita/mahasiswi dalam wadah PMII, dibentuklah KOPRI PMII sebagai wadah gerakan sentral kaum mahasiswi islam. Dengan adanya wadah tersebut, eksis hingga saat ini.

Sembilan Harapan untuk Kader PMII

1. Menjadi organisasi pembelajar dengan menghasilkan nahkoda-nahkoda yang "berotak london-berhati mekah"

2. Kencangkan perutmu, aturlah waktumu, jangan sampai terlindungi/terlena oleh "kencing setan" yang menghalangimu berfikir kritis wahai para kader PMII.

3. Bangunlah kadermu dengan persahabatanmu yang baik

4. Berinovasi untuk kebaikan semua ummat

5. Lebarkan sayap untuk mendorong perputaran informasi internal dari pusat sampai daerah 

6. Gunakan waktumu sebaik mungkin

7. Aja bisa ngrumangsani, ning bisoa ngrumangsani (jangan merasa bisa, tapi bisalah merasa)

8. Jangan bekerjasama dalam kejahatan, namun kerjasamalah dalam kebaikan

9. Terus lahirkan nilai-nilai kultur, filosofi, sosiologi dan yuridis bangsa Indonesia.


Saya melihat dan mengamati, pertumbuhan informasi dari Website, Sosial Media dan berbagai media lainnya, bahwa PMII masif dalam menyuarakan keadilan, demokrasi, dan tentu saja ini sebuah naluri PMII sejak dulu. Kritik saya untuk PMII, sebaiknya lebih banyak mendalami dan mengawal juga tentang pengelolaan sumber daya alam, advokasi mendalam bagi kaum termarjinalkan. Sudah saatnya PMII menentukan sikapnya lebih dalam dan lebih konkrit dari itu semua sebagai ajang aktualisasi, pembelajaran, dan juga ajang "gotong royong" membangun bangsa&negara. Silahkan berkarya tanpa ragu Sahabat-sahabatku semua, kalian kader-kader hebat. Ajaklah mereka para mahasiswa untuk bergabung dalam kawah candradimukanya PMII tanpa pandang bulu. 

Penutup Ucapan Harlah 

Sebagi penutup, sejak di PMII hingga sekarang jika saya menuliskan CV dan lain-lain, saya tidak merubah moto hidup saya. Anggap saja ini sebagai iklan. Moto saya "Pergerakan ini tidak akan pernah berhenti sampai saya mati", hal ini mendasarkan bahwa nilai pergerakan ada dalam gerak pikir saya selamanya. Semoga kita dalam kebahagiaan yang sempurna, ilmu yang berkah dan umur yang manfaat. Tangan terkepal dan maju kemuka.

Selamat Harlah PMII ke-64 tahun. 


Salam saya dari Bogor 17 April 2024 Pukul 00.30 WIB

Alfaqir: Faridh Almuhayat Uhib Hamdani-anggota biasa/rakyat jelata di PMII di Komisariat Universitas Lampung atau sering disebut Komisariat Brojonegoro pada tahun 2006-2010.