Foto: Dokumentasi Pribadi Penanaman di Hutan Penelitian Cigerendeng,
Kab. Ciamis, Prov. Jawa Barat
Judul di atas merupakan sebuah kata mutiara yang digoreskan di blog
penulis dengan menginspirasi gerakan-gerakan pondok pesantren (ponpes)
yang sangat progresif. Penulis katakan progresif, karena ponpes di
Indonesia memiliki peran sangat besar.
Baik bagi kemajuan Islam maupun bangsa Indonesia secara keseluruhan.
BERDASARKAN
catatan yang ada, kegiatan pendidikan agama di Nusantara telah dimulai
sejak 1596. Sebagai seorang rimbawan yang pernah ’’nyantri kalong’’,
penulis kemudian mengingat kembali pesan-pesan kiai (pimpinan/yang
dituakan di ponpes) tentang kebaikan-kebaikan yang bisa kita perbuat
untuk menambah beratnya amalan di akhirat. Termasuk mencintai alam dan
lingkungan hidup.
Pesantren diibaratkan sebagai tempat menimba
ilmu agama, bukan sekadar untuk menghafal Alquran, hadis nabi, maupun
kitab-kitab karangan para ulama. Tapi juga mendidik agar memiliki akhlak
mulia. Namun, ponpes kini sudah mulai dimasukkan ilmu pengetahuan umum
sebagai mata pelajaran wajib bagi para santri-santrinya.
Agama apa
pun pasti mengajarkan agar mencintai lingkungan di mana dapat
terpelihara dengan baik sehingga terus-menerus dimanfaatkan manusia
secara bijak. Dalam Islam, ada tiga hal yang mengatur hubungan manusia.
Yaitu hablum minallah hablum minnannas, hablum minalalam (hubungan
manusia dengan Allah SWT, hubungan manusia dengan manusia, dan hubungan
manusia dengan alam).
Lingkungan kita saat ini dapat dikatakan
perlu mendapatkan sentuhan tangan orang-orang baik dan tulus yang
menjadi penolong bagi lingkungan yang kini sedang mengalami kerusakan
cukup parah. Kerusakan tersebut karena dua faktor yaitu faktor alam dan
faktor manusia.
Pertama, faktor alam seperti letusan gunung
berapi, gempa bumi, dan puting beliung. Kedua, faktor ulah dan perbuatan
manusia seperti penggundulan hutan, perburuan satwa liar, penimbunan
rawa-rawa, dan penggerusan bukit.
Hal tersebut sejalan dengan
firman Allah SWT (Q.S. Al-Baqarah: 11-12) yang jelas terlihat bahwa
kebiasaan manusia menguras semua kekayaan alam tanpa memedulikan
kelestariannya: ’’Dan bila dikatakan kepada mereka: ’’Janganlah kamu
membuat kerusakan di muka bumi. ’’Mereka menjawab: ’’Sesungguhnya kami
orang-orang yang mengadakan perbaikan. ’’Ingatlah, sesungguhnya mereka
itulah orang-orang yang membuat kerusakan, tetapi mereka tidak sadar’’.
Dalam
ayat tersebut, Allah SWT tidak menyukai orang-orang yang berbuat
angkara murka (kerakusan, kerusakan, kekejaman, kebengisan, kebiadaban,
dan ketamakan) di muka bumi ini.
Namun, Allah Maha Adil, masih ada
manusia yang terketuk hatinya untuk kembali memperbaiki alam dengan
bergaya hidup back to nature, yang artinya mengombinasikan kehidupan
sehari-hari kita dengan lebih ramah serta mencintai lingkungan.
Pola
hidup tersebutlah yang dapat menekan sifat angkara murka manusia,
sehingga menjadi virus untuk memperbaiki kondisi lingkungan kita yang
sudah cukup parah kerusakan lingkungannya.
Tren yang sedang
membumi yaitu menanam pohon. Karena memang, sebenarnya, sejak nenek
moyang kita dulu sudah mengenal kearifan lokal tentang pentingnya
menanam pohon. Seperti jika kita menebang pohon di hutan, harus tanam
kembali dengan jumlah yang telah ditentukan bersama. Akan tetapi, hal
tersebut dikemas secara modern oleh pemerintah kita, yaitu Gerakan
Indonesia.
Menanam pohon bukan hanya membuat lubang kemudian
dimasukkan bibit pohon. Akan tetapi, menanam pun berarti melakukan olah
lahan atau disebut dengan bercocok tanam. Sehingga, tanaman yang kita
tanam dapat terawasi, dirawat, sehingga tumbuh dengan baik.
Dari
hal tersebut dikombinasikan dengan kehidupan di ponpes yang sering kiai
memberi pesan dengan menukil beberapa Sabda Nabi Muhammad SAW,
’’Barangsiapa yang memotong pohon sidrah, maka Allah akan meluruskan
kepalanya tepat ke dalam neraka’’. (HR. Abu Daud, dalam Sunan-nya).
Riwayat lain oleh Muslim yang menjelaskan bahwa Rasulullah juga pernah
mengancam bahwa ’’Barangsiapa yang membunuh burung pipit atau binatang
lain yang lebih besar daripadanya tanpa ada kepentingan yang jelas, maka
kelak Allah akan memintai pertanggungjawabannya’’. Selain itu, Nabi
Muhammad SAW bersabda, ’’Jika seorang manusia meninggal dunia, maka
terputuslah seluruh amalannya, kecuali dari tiga perkara: sedekah
jariyah (yang mengalir pahalanya), ilmu yang dimanfaatkan, dan anak
saleh yang mendoakan kebaikan baginya’’. (HR. Muslim). Hadis lain yang
sahih di mana menerangkan tentang menanam pohon yaitu ’’Tak ada seorang
muslim yang menanam pohon atau menanam tanaman, lalu burung memakannya
atau manusia atau hewan, kecuali ia akan mendapatkan sedekah
karenanya’’. (HR. Al-Bukhai). Ini merupakan sebuah seruan dari lisan
Al-Amin (Nabi Muhammad SAW) agar melakukan penghijauan dan melestarikan
kekayaan hayati dan hewani.
Masih ada harapan untuk kita dapat
berbuat kebajikan untuk memperbaiki kondisi lingkungan kita walaupun
kecil yaitu dengan menanam pohon, karena dengan menanam pohon banyak
manfaat yang kita dapat seperti menciptakan keindahan, mampu mencegah
erosi atau pengikisan tanah, menurunkan suhu setempat, sehingga udara
sekitarnya akan menjadi sejuk dan nyaman, satwa akan hidup dengan
tenang, dapat memberikan keseimbangan lingkungan, memberi perlindungan
terhadap terik sinar matahari, angin kencang, penahan debu, dan peredam
suara, pohon juga dapat menghasilkan O2 (oksigen) yang sangat di
perlukan oleh manusia, dan sebaliknya dapat menyerap CO2
(karbondioksida) yaitu udara kotor hasil gas buangan sisa pembakaran.
Maka
sudah saatnya kita saling ingat mengingatkan dalam hal kebaikan seperti
’’Tanamlah Pohon Jangan Tanam Angkara Murka’’. Semoga Allah membalas
kebaikan yang lebih besar, baik di dunia maupun akhirat, kepada mereka
yang dengan tulus dan ikhlas menanam pohon. (*)