Rabu, 16 Mei 2012

TANAMLAH POHON, JANGAN TANAM ANGKARA MURKA

Foto: Dokumentasi Pribadi Penanaman di Hutan Penelitian Cigerendeng, 
Kab. Ciamis, Prov. Jawa Barat


Judul di atas merupakan sebuah kata mutiara yang digoreskan di blog penulis dengan menginspirasi gerakan-gerakan pondok pesantren (ponpes) yang sangat progresif. Penulis katakan progresif, karena ponpes di Indonesia memiliki peran sangat besar. Baik bagi kemajuan Islam maupun bangsa Indonesia secara keseluruhan.
 
BERDASARKAN catatan yang ada, kegiatan pendidikan agama di Nusantara telah dimulai sejak 1596. Sebagai seorang rimbawan yang pernah ’’nyantri kalong’’, penulis kemudian mengingat kembali pesan-pesan kiai (pimpinan/yang dituakan di ponpes) tentang kebaikan-kebaikan yang bisa kita perbuat untuk menambah beratnya amalan di akhirat. Termasuk mencintai alam dan lingkungan hidup.
Pesantren diibaratkan sebagai tempat menimba ilmu agama, bukan sekadar untuk menghafal Alquran, hadis nabi, maupun kitab-kitab karangan para ulama. Tapi juga mendidik agar memiliki akhlak mulia. Namun, ponpes kini sudah mulai dimasukkan ilmu pengetahuan umum sebagai mata pelajaran wajib bagi para santri-santrinya.

Agama apa pun pasti mengajarkan agar mencintai lingkungan di mana dapat terpelihara dengan baik sehingga terus-menerus dimanfaatkan manusia secara bijak. Dalam Islam, ada tiga hal yang mengatur hubungan manusia. Yaitu hablum minallah hablum minnannas, hablum minalalam (hubungan manusia dengan Allah SWT, hubungan manusia dengan manusia, dan hubungan manusia dengan alam).
Lingkungan kita saat ini dapat dikatakan perlu mendapatkan sentuhan tangan orang-orang baik dan tulus yang menjadi penolong bagi lingkungan yang kini sedang mengalami kerusakan cukup parah. Kerusakan tersebut karena dua faktor yaitu faktor alam dan faktor manusia.
 
Pertama, faktor alam seperti letusan gunung berapi, gempa bumi, dan puting beliung. Kedua, faktor ulah dan perbuatan manusia seperti penggundulan hutan, perburuan satwa liar, penimbunan rawa-rawa, dan penggerusan bukit.
 
Hal tersebut sejalan dengan firman Allah SWT (Q.S. Al-Baqarah: 11-12) yang jelas terlihat bahwa kebiasaan manusia menguras semua kekayaan alam tanpa memedulikan kelestariannya: ’’Dan bila dikatakan kepada mereka: ’’Janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi. ’’Mereka menjawab: ’’Sesungguhnya kami orang-orang yang mengadakan perbaikan. ’’Ingatlah, sesungguhnya mereka itulah orang-orang yang membuat kerusakan, tetapi mereka tidak sadar’’.
 
Dalam ayat tersebut, Allah SWT tidak menyukai orang-orang yang berbuat angkara murka (kerakusan, kerusakan, kekejaman, kebengisan, kebiadaban, dan ketamakan) di muka bumi ini.
Namun, Allah Maha Adil, masih ada manusia yang terketuk hatinya untuk kembali memperbaiki alam dengan bergaya hidup back to nature, yang artinya mengombinasikan kehidupan sehari-hari kita dengan lebih ramah serta mencintai lingkungan.
 
Pola hidup tersebutlah yang dapat menekan sifat angkara murka manusia, sehingga menjadi virus untuk memperbaiki kondisi lingkungan kita yang sudah cukup parah kerusakan lingkungannya.
 
Tren yang sedang membumi yaitu menanam pohon. Karena memang, sebenarnya, sejak nenek moyang kita dulu sudah mengenal kearifan lokal tentang pentingnya menanam pohon. Seperti jika kita menebang pohon di hutan, harus tanam kembali dengan jumlah yang telah ditentukan bersama. Akan tetapi, hal tersebut dikemas secara modern oleh pemerintah kita, yaitu Gerakan Indonesia.
 
Menanam pohon bukan hanya membuat lubang kemudian dimasukkan bibit pohon. Akan tetapi, menanam pun berarti melakukan olah lahan atau disebut dengan bercocok tanam. Sehingga, tanaman yang kita tanam dapat terawasi, dirawat, sehingga tumbuh dengan baik.
 
Dari hal tersebut dikombinasikan dengan kehidupan di ponpes yang sering kiai memberi pesan dengan menukil beberapa Sabda Nabi Muhammad SAW, ’’Barangsiapa yang memotong pohon sidrah, maka Allah akan meluruskan kepalanya tepat ke dalam neraka’’. (HR. Abu Daud, dalam Sunan-nya). Riwayat lain oleh Muslim yang menjelaskan bahwa Rasulullah juga pernah mengancam bahwa ’’Barangsiapa yang membunuh burung pipit atau binatang lain yang lebih besar daripadanya tanpa ada kepentingan yang jelas, maka kelak Allah akan memintai pertanggungjawabannya’’. Selain itu, Nabi Muhammad SAW bersabda, ’’Jika seorang manusia meninggal dunia, maka terputuslah seluruh amalannya, kecuali dari tiga perkara: sedekah jariyah (yang mengalir pahalanya), ilmu yang dimanfaatkan, dan anak saleh yang mendoakan kebaikan baginya’’. (HR. Muslim). Hadis lain yang sahih di mana menerangkan tentang menanam pohon yaitu ’’Tak ada seorang muslim yang menanam pohon atau menanam tanaman, lalu burung memakannya atau manusia atau hewan, kecuali ia akan mendapatkan sedekah karenanya’’. (HR. Al-Bukhai). Ini merupakan sebuah seruan dari lisan Al-Amin (Nabi Muhammad SAW) agar melakukan penghijauan dan melestarikan kekayaan hayati dan hewani.
 
Masih ada harapan untuk kita dapat berbuat kebajikan untuk memperbaiki kondisi lingkungan kita walaupun kecil yaitu dengan menanam pohon, karena dengan menanam pohon banyak manfaat yang kita dapat seperti menciptakan keindahan, mampu mencegah erosi atau pengikisan tanah, menurunkan suhu setempat, sehingga udara sekitarnya akan menjadi sejuk dan nyaman, satwa akan hidup dengan tenang, dapat memberikan keseimbangan lingkungan, memberi perlindungan terhadap terik sinar matahari, angin kencang, penahan debu, dan peredam suara, pohon juga dapat menghasilkan O2 (oksigen) yang sangat di perlukan oleh manusia, dan sebaliknya dapat menyerap CO2 (karbondioksida) yaitu udara kotor hasil gas buangan sisa pembakaran.

Maka sudah saatnya kita saling ingat mengingatkan dalam hal kebaikan seperti ’’Tanamlah Pohon Jangan Tanam Angkara Murka’’. Semoga Allah membalas kebaikan yang lebih besar, baik di dunia maupun akhirat, kepada mereka yang dengan tulus dan ikhlas menanam pohon. (*)