Sore
itu (Jum’at, 28/6) saya menyempatkan untuk ngopi dan kongkow-kongkow bareng
dengan teman-teman di kantin asyik Fahutan IPB. Seperti Sahabat Anggi, Adi
Jombang, Munawir, dll yang bernotabene karena ketidaksengajaan bertemu
dikantin, masing-masing memiliki background yang berbeda saya, Anggi, dan Adi
berbendera PMII, sedangkan yang lainnya HMI. Suasana itu menjadi seru ketika
obrolan dibuka dengan pertanyaan dari si Munawar “ada kabar apa dunia ini?”
he.he.he.. heran juga saya yang baru datang tiba-tiba ditanya seperti itu,
namun saya tahu yang dimaksud, saya menjawab “Indonesia sudah beres, tinggal
kita ini yang belum beres pak, bagaimana cara membereskan kita berdua?” he.he.he.
Sementara
saya baru asyik ngobrol dengan Anggi, maka saya lanjutkan terlebih dahulu
obroland engan Anggi yang memang membutuhkan bantuan. He.he.he bantuan apakah
itu? Yah kita tahu bahwa fresh graduate butuh apa to. Bisa kita maklumi. He.he.he.
dalam hati dan fikiran saya sebenarnya member jawaban yang sama dengan yang
lain, bahwa saya sepertinya banyak yang dijadikan tempat menghantarkan untuk
sebuah kesibukan “standard ganda” gara-gara dahulu saya Sekjen Sylva Indonesia
jaman mereka. Namun disisi lain saya juga merasa berdosa belum bisa memberikan
yang terbaik untuk para aktivis seperti mereka (Anggi, Adi Jombang) dan
teman-teman loyalis Sylva. He.he.he… sungguh saya masih memiliki hutang kepada
mereka.
Segelas
kopi kapucino saya pesan, dan sebungkus rokok saya pesan akhirnya obrolan
semakin berlanjut dalam satu meja. Munawar pun menggoda dengan pertanyaan “Bagaimana
ini rasanya rokok dari Papua ni?” he.he.he. rasanya saya biasa-biasa saja
mencicip rasa rokok dari Papua sama bukan Papua, namun dengan cepat saya faham
bahwa begitulah obrolan para aktivis membuka sebuah wacana yang memang menjadi
kebiasaan ketika kongkow-kongkow. Saya katakana, memang rasa Papua tapi bungkus
tetap dari Jawa. He.he.he. maksud saya yaitu hasil kerja di Papua kita nikmati
di Jawa (kantin ini).
Mulai
di buka kembali “cletukan” pertama dari teman-teman, bagaiman ini nasib
kawan-kawan ini Faridh bisa bawa tidak? He.he.he kayak saya itu orang badan
kepegawaian saja yang bisa bawa begitu saja orang untuk bekerja. Mereka sekali
lagi memandang “buku lama” saya. He.he.he saya jawab saja, “begini bung, jaman
sekarang aktivis seperti tidak memiliki pengaruh apa-apa dibandingkan jaman
dahulu. Itulah sebabnya saya ingin mengatakan bahwa aktivis belum tentu
memiliki koneksi yang banyak. Begitu juga orang yang memiliki koneksi banyak
belum tentu dia aktivis. Namun orang yang memiliki koneksi dipengaruhi oleh
aktivis.” Hal-hal tersebut diatas adalah bentuk keintiman bagaimana dunia
aktivis adalah dunia yang bisa menjalankan segala keadaan dengan menggunakan
segenap usaha dan upaya untuk menjadikan koneksi sebagai alat untuk perjuangan
disetiap lini baik yang sesame aktivis ataupun non aktivis.
Akhirnya,
dia sepakat. He.he.he…. begitulah kesimpulan obrolan di kantin Asyik Fahutan
IPB sore itu. Semoga tulisan ini bermanfaat bagi pembaca yang budiman.