Jumat, 24 November 2017

Serat Kaping Tiga
Untuk : Tuhan Yang Maha dari segala yang maha

Tuhan, tidakpantas aku ini menyandang gelar hamba-Mu. Coba aku minta catatan amalan dan dosaku, agar aku tahu sebelum mati mana saja yang harus aku tambah dan mana saja yang harus aku kurangi. Bolehkan Tuhan catatan-Mu aku minta? Agar aku tak akan kembali malas seperti sekarang ini. Malas itulah penyakitku, aku tidak tahu apakah sebangsaku juga begitu?
Cukup dulu Tuhan, karena sudah adzan Maghrib aku akan ke masjid. Sampai jumpa disuratku lain waktu. Semoga Engkau tidak bosan menerima surat dariku.
Salam kangen selalu,
Faridh yang selalu mencintai-Mu



Nunyai Bandar Lampung, 12 Februari 2011

Minggu, 19 November 2017

NEGERI ULALA VS NEGERI PANCASILA

Suatu ketika, saya berdiskusi dengan seorang teman yang sudah lama tidak berjumpa. Kami bertemu secara tida sengaja diperjalanan kelembaga pemerintah. Kami mencoba bertukar nomor handphone dan akhirnya kami banyak berdiskusi kesana kemari. Hingga pada suatu obrolan selalu terbersit dalam benakku, bahwa temanku ini banyak menyinggung soal berbagai permasalahan yang ada di negeri Ulala. Negeri Ulala yaitu negeri yang teramat sangat indah untuk dilupakan, sebab tanahnya subur, rakyat makmur, dan yang paling aneh yaitu rajanya juga Ulala.

Disinilah kami berdiskusi tentang negeri itu dengan saling melempar joke-joke segar. Namun dalam hal satu ini, dia sepertinya serius. Dia bertanya tentang Pancasila. "Bung, coba kau jelaskan tentang negeri yang memakai Pancasila dijadikan sebagai pedoman hidup, dasar negera itu? Apakah tidak keblinger? Kita di negeri Ulala saja tidak memakai itu saja bisa makmur, rakyat aman tenteram?"
Aku mencoba menanggapinya, "Hei sahabat, sepanjang jalan kenangan dari buku-buku yang saya baca tentang negeri tetangga kita itu, mereka MERDEKA bukan karena pemberian. Mereka berjuang dari semangat yang dikobarkan oleh semua elemen bangsa. Mereka bersatu. Sejarah mencatat, justeru masa-masa penjajahan dari Inggris, Belanda, Jepang, dan sekutu-sekutunya hingga berabad-abad membuat mereka belajar, bahwa politik DEVIDE ET IMPERA (strategi politik, militer, dan ekonomi yang bertujuan mendapatkan dan menjaga kekuasaan dengan cara memecah) merupakan politik yang sangat merugikan mereka, sehingga masa-masa sulit selama berabad-abad itu mereka lalui dengan semangat untuk belajar. Beda dengan negeri Ulala kita ini, tanpa perjuangan, dan merdekapun itu pemberian bukan hasil pejuangan. Betul tidak? Hehehe, akhirnya dengan sedikit tercenang dan mengaminkan, kita tertawa bersama-sama.

"Kenapa mereka bisa bersatu ya Bung? Jika dilihat dari pulaunya saja mustahil mereka bisa bersatu, kenapa tidak membuat negara dimasing-masing kepulauannya itu?" sahut temanku itu.

Lantas aku jawab, "Sahabat, bagaimanapun kita bisa belajar dari mereka, bahwa kelas sosial didalam masyarakat justeru menimbulkan kesenjangan. Seperti anak saudagar, keturunan raja (priyayai) dll nya itu bisa sekolah dengan fasilitas dari penjajah, sehingga bisa sekolah hingga keluar negeri. Namun berbeda dengan masyarakat biasa alias "wong cilik" tidak bisa sekolah dan hanya layak dijadikan pelayan saja. Inilah hebatnya, anak-anak priyayi, pemuka agama, tokoh adat, dan rakyat di negeri tetangga kita itu, mereka sadar akan penderitaan rakyat kecil dari Sabang sampai Merauke, sehingga mereka bersatu dengan dibarengi semangat perjuangan untuk merdeka dari penjajah".

"Kalau itu sih juga sama saja Bung, dimana-mana juga dilatar belakangi dari penderitaan bersama. Gak ada ada yang spesial tuh sepertinya?" timpal temanku yang sedikit tidak terima.

Kemudian dengan nada datar saya jelaskan kembali,"Bat, kita belajar lagi yok. Coba bayangkan sekelas priyayi yang bisa sekolah tinggi menanggalkan egonya dari mana latar belakangnya untuk menularkan ilmu kepada saudara-saudaranya rakyat kecil, yang pemuka agama mengobarkan keyakinan perjuangan melawan penjajah itu jihad, yang tokoh adat juga mengobarkan semangat perlawanan agar nilai-nilai warisan leluhurnya tidak tergilas oleh Westernisasi, yang rakyat kecil mereka "manut" alias ikut kata orang-orang yang ngerti taktiknya untuk merdeka. Beda kayak negeri kita Bat, kebanyakan pada sok tau, sok ngerti, suka komen, suka curiga, njelek-njelekin negerinya sendiri, rakyatnya tidak mau berjuang dengan darah dan keringatnya. Kamu mau ngerasasin gak gimana mereka berjuang saat itu, gampangnya gini aja kamu lari 1 km aja bawa beras 1 kg aja kamu kasih kesaudara kita yang jadi gelandanga disana itu?".

Temanku itu menggeleng-gelengkan kepala pertanda dia tidak sanggup. Hehehe. Kids jaman now gitu lhoh.

"Mereka itu Bat, walaupun berbeda-beda pendapat, suku, bangsa, agama, budaya, bahasa tapi bisa bersatu. Karena mereka ikut para pemimpinnya, ikut ulamanya, ikut pemuka agamanya, pengen budayanya tetap lestari, pengen bebas bersama-sama, sehingga kita tahu ada makna-makna dan peristiwa bersejarah yang patut kita acungi jempol. Seperti Sumpah Pemuda, Resolusi Jihad, Proklamasi, Pancasila, Bhineka Tunggal Ika, NKRI, UUD 1945, Hari Pahlawan, dan banyak sekali peristiwa lainnya. Mereka disatu sisi tidak meninggalkan budayanya, tetapi mereka juga tidak anti dengan perubahan-perubahan yang terjadi Bat". ujarku.

Dengan mengangguk-anggukan kepalanya, sahabatku itu sepertinya meresapi betul perjuangan para pahlawan negeri Pancasila itu. Seolah-olah dia malu dengan dirinya sendiri. Lalu dia bertanya lagi, "Bung, Pancasila itu apa sih?".

Aku jawab saja dengan singkat, "Sepengetahuanku Bat, Pancasila itu ideologi dasar bagi negara Indonesia yang diambil dari bahasa Sansekerta, yaitu panca berarti lima dan sīla berarti prinsip atau asas. Jadi Pancasila itu kayak rumusan dan pedoman kehidupan berbangsa dan bernegara bagi seluruh rakyat Indonesia, gitu bat. Mereka merumuskan Pancasila juga merupakan hasil dari berbagai pengalaman sejarah yang sudah mereka lalui. Kayak di Sila Pertama, Ketuhanan Yang Maha Esa. Mereka menyadari bahwa di negeri Indonesia itu terdiri dari berbagai agama dan kepercayaan, sehingga pada prinsipnya mereka adalah masyarakat yang ber-Tuhan, tidak memaksakan dengan satu agama untuk dijadikan dasar bernegara, karena akan menimbulkan perpecahan kembali".


Sahabatku itu memotong diskusi karena ia ada meeting di kantornya, dia bilang "Bung, nanti kita gali lebih tentang Pancasila itu. Sepertinya menarik, karena negera yang sangat luas itu kok bisa bersatu padu begitu ya?". 
"Aku siap-siap aja bat, tapi kita saling belajar ya. Jangan cuman aku aja yang menjawab bat, nanti kita ajak yang lain". Ucapku padanya.















Minggu, 12 November 2017

Serat Kaping Tiga
Untuk : Tuhan Yang Maha dari segala yang maha

Tuhan, tidak pantas aku ini menyandang gelar hamba-Mu. Coba aku minta catatan amalan dan dosaku, agar aku tahu sebelum mati mana saja yang harus aku tambah dan mana saja yang harus aku kurangi. Bolehkan Tuhan catatan-Mu aku minta? Agar aku tak akan kembali malas seperti sekarang ini. Malas itulah penyakitku, aku tidak tahu apakah sebangsaku juga begitu?
Cukup dulu Tuhan, karena sudah adzan Maghrib aku akan ke masjid. Sampai jumpa disuratku lain waktu. Semoga Engkau tidak bosan menerima surat dariku.
Salam kangen selalu,
Faridh yang selalu mencintai-Mu



Nunyai Bandar Lampung, 12 Februari 2011

Selasa, 07 November 2017

Serat Kaping Kalih
Suratku : aku sayang kamu, maka maafkan aku

Assalamu’alaikum Wr. Wb
Tuhanku, aku tidak pantas lagi untuk mengaku seorang muslim. Aku malu terhadap-Mu karena Engkau memanjakan dariku dengan butiran-butiran nikamt-Mu yang tak terhitung oleh waktu.
Tuhanku, ijinkan aku berbicara dengan diriku sebagaimana perintah-Mu bahwa akan Engkau minta pertanggungjawaban dihari akhir nanti. Sekali lagi Tuhan, ijinkan aku berbicara pada diriku.
Wahai pikiranku dari otakku. Aku minta maaf atas perlakuanku terhadapmu, aku peras dirimu, aku paksa dirimu, aku perkosa dirimu, untuk bertindak semauku, berfikir, memabayangkan, mencari akal, mendesak angan-anagan hingga menjadi ingin untuk berbuat maksiat. Maksiat mata, hidung, lidah, mulut, telinga, hati, tangan, kelamin, kaki yang tidak bisa aku sebut satu persatu. Wahai otakku, aku mohon maaf atas perlakuan diriku itu.
Wahai mataku, maafkan diriku yang memperkosamu, mempekerjakan dirimu semau diriku untuk melihat moleknya dunia hingga panah-panah syetan membelengguku untukmelihat dunia ini setiap hari menjadi candu untuk melihatnya. Mataku, tidakkah aku telah menyuruhmu karena aku yang menginginkannya kenikmatan dunia.
Wahai telingaku, maafkan aku memberimu desahan dunia fana hingga nyata menjadi indah dan indah. Sungguh aku tuli, sebenarnya aku mendengarkan jeritanmu untuk tidak mau menuruti kemauanku. Telingaku maafkan aku.
Wahai mulutku dan hidungku, aku berbicara seiring nafas yang terus berganti, tidak ubah-ubahnya aku bisu karena dibungkam dan dikunci oleh nafsu. Aku menyuruhmu berbuat hina, mencumbu, mencandukan dalam mulut-mulut hawa dan nafsu. Seharusnya aku berhentikan kamu, agar tidak mau menuruti aku. Tolong maafkan aku, karena aku sadar, sayangku untukmu tidak akan tergantikan oleh waktu.
Wahai leherku, tenggorokanku, maafkan aku yang menyuruhmu tidur menikmati rasa dunia yang sesudah aku aku beri kepadamu racun-racun dunia hingga engkau lelah, sakit, muntah, dan berkata “aku sakit”, namun aku paksa dirimu. Aku minta maaf.
Wahai tangan kanan dan kiri yang telah banyak membantuku. Ini salahku, sebenarnya engkau lelah melayani nafsuku, aku mohon jangan engkau tinggalkan aku, aku masih sayang denganmu. Dari dahulu engkau bantu aku sekarang aku bantu kamu sebisaku untuk menebus permintaan maafku padamu karena aku engkau jadi merana, sakit, benci terhadapku.
Wahai jantungku, hatiku, ususku, organ-organ dalamku maafkan aku telah mencederai dirimu dengan indahnya dunia. Maafkan aku memberimu waktu mencicipi nafsu yang menyakitkan dirimu, seharusnya aku paksa dirimu untuk tidak menuruti hawa dan nafsuku. Apalagi yang akan aku perbuat untukmu? Aku tidak bisa berbuat apa-apa lagi, karena aku telah menjadikanmu budak nafsuku. Maafkan aku.
Wahai kelaminku, aku malu terhadapmu untuk bersekutu dengan anggota badanku untuk berbuat hina, maksiat, bahkan mudharat. Kamu menangis tapi karena aku tuli, aku buta, sehingga aku paksa dirimu untuk jadi alat pemuasku bersama angan-anganku.
Wahai kakiku, aku juga menyesal menyuruhmu jalan kejalan yang sesat. Kamu saksikan apa yang telah aku suruh padamu, aku tidak kuasa menyuruhmu lagi karena aku telah salah mengarahkanmu, maka maafkan aku yang telah menculikmu untuk berjalan dijalan yang salah.
Suratku ini aku tulis karena aku sayang kalian semua. Kalian bagaikan saudara, sahabat, teman, guru untuk tiap waktuku. Jangan kalian bawa perbuatanku kepada Tuhan yang telah melihatku selama 24 tahun lebih 35 hari lebih 13 jam, 24 menit, 24 detik dihari akhir nanti. Cukup dengan suratku untukmu, maka terimalah permintaan maafku pada kalian semua walaupun kalian tidak aku sebut satu persatu. Bantulah aku untuk meminta ampun kepada Tuhan, karena aku telah berbuat seenaknya kepada kalian dan aku beristighfar dan bershalawat agar Tuhan percaya padaku lagi untuk tidak berbuat seenaknya. Suratku ini saksiku bicara, saksiku atas kalian. Dan aku tidak tahu apakah suatu saat aku memperkosa kalian lagi, karena aku ini hanya ada 2 (dua) pilihan “baik atau buruk”.
Semoga kita tidak berbuat yang tidak-tidak. Alfatehah. Semoga Allah meridhai kita semua, amiin.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb


Nunyai Bandar Lampung, 4 Februari 2011

Minggu, 05 November 2017

Jalan Sehat Sarungan: Peringatan Hari Santri Tahun 2017 Kota Bogor

Berawal dari niat kami sekeluarga untuk berpartisipasi dalam jalan sehat sarungan peringatan Hari Santri Nasional (HSN) 2017 yang dilaksanakan oleh gabungan organisasi di Kota Bogor seperti Majelis Ulama Indonesia (MUI), Forum Pondok Pesantren (FPP), Pusat Pengembangan Islam Bogor (PPIB), Pemkot Kota Bogor, Kementerian Agama, Dewan Masjid Indonesia (DMI), PC Nahdlatul Ulama Kota Bogor, BKPRMI, GP Anshor Kota Bogor, Baznas, FKDT, dll pada hari Minggu (5 November 2017). Kami sekeluarga bangun pagi-pagi untuk mempersiapkan segala sesuatunya. Maklum anak-anak kami masih kecil, sehingga memakan waktu untuk persiapan dari menunggu si kecil bangun, si kakak menunggu roti langganan, memandikan, dll nya itu. Sebelum berangkat saya mendapat telephon dari salah satu Banser Kota Bogor, "Kang ngiring teu jalan sehat?" (Kang ikut tidak jalan sehat?), tanyanya. Saya jawab, "saya ikut pak". Sontak saya tanya kembali, "Pak bendera NU ada tidak yang bawa buat di jalan sehat nanti?", si Banser bilang, "lupa kang". Saya pun bergegas sebelum berangkat berinisiatif untuk mencari bambu panjang, dan membawa bendera merah putih serta bendera NU. Kami pun berangkat dengan terburu-buru khawatir tertinggal dari start yang dijadwalkan dari Balai Kota. Sebab, acara yang diumumkan sebelum-sebelumnya oleh panitia yaitu jam 06.30 WIB sudah start dari Balai Kota Bogor.

Akhirnya kami sampai di Balai Kota pukul 07.20 WIB baru mulai start, kami segera membuka stroller untuk si Haddad, memasangkan peci dan kacamata hitam mereka, dan saya segera memasang bendera merah putih dan bendera NU. Sesekali dalam hati saya teringat saran dari jamaah NU untuk diserahkan kepada orang lain atau santri yang ada di jalan sehat. Namun saya niatkan untuk mengatakan "TIDAK", saya sendiri akan membawa bendera tersebut dari start sampai finish. Sebab, kami sekeluarga ingin mengharap barokah dari perjuangan para Ulama wabil khusus pendiri NU (Hadratusysyaikh KH. Muhammad Hasyim Asy'ari). Biarkan saya berkeringat, capek, dan bahkan jika nyawa saya dicabutpun saya ingin panji-panji NU dalam pelukanku. Begitulah katanya militansi, tidak pandang siapa, tidak pandang dimana, untuk NU harus siap berkorban.

Ada yang unik, putraku Habib sangat luar biasa. Dia berjalan dengan memakai celana panjang, kaos Bogor, peci hitam, dan kacamata hitam. Sambil senyam-senyum dia mengikuti mama dan adiknya (Haddad) yang duduk di stroller dengan costum sama. Tentu dia jalan kaki, dan sepanjang perjalanan tidak mengeluh, bahkan sudah lebih setengah perjalan baru dia minta digendong. Haddad yang masih berumur 2 tahun itu duduk manis ada distroller sambil memandang kesana-kemari para peserta jalan sehat yang sangat banyak. Namun mereka senang, mereka menikmati walaupun akhirnya dia minta digendong juga, akhirnya stroller harus berganti penumpang, Haddad sambil saya gendong dan saya membawa bendera merah putih dan NU.

Akhirnya titik finish di Ponpes Al Ghazali pun sampai, namun kami tidak bisa sampai kedalam. Sebab sudah menjadi lautan santri yang berada didadalam Ponpes. Kami tidak bisa masuk, akhirnya kami putuskan untuk mengirim salam kepada mama KH. Abdullah Bin Nuh saja dan kami ke kantor Kementian Agama untuk istirahat. Namun, Allah Maha Adil, ketika kami tidak bisa menerobos masuk ke Ponpes Al Ghazali, kami dipertemukan dengan KH. Wahid yang juga sekaligus Katib Syuriah PCNU Kota Bogor. Kami bersalaman, mencium tangan beliau. Beliaupun juga sama, ingin ke Kemenag saja, sebab sudah tidak bisa masuk. Dikantor Kemenag kami duduk istirahat, Istriku dan putra-putraku yang belum pada sarapan, akhirnya makan bekal roti yang dibawa. Mereka lahap sekali, maklum jalan yang ditempuh cukup jauh.

Semoga hal ini menjadi nilai bagi kita semua baik santri maupun masyarakat Indonesia, bahwa jalan sehat sarungan ini sebagai kita niatkan bentuk ta'dzim kita kepada para Ulama dan pahlawan yang telah mengorbankan jiwa dan raga untuk melawan penjajah saat itu, selain itu harus kita ingat bahwa santri memiliki peran yang besar untuk membawa bangsa Indonesia menjadi bangsa yang merdeka, berdaulat, adil dan makmur. Maka santri-santri "JAMAN NOW" harus move on untuk kembali memperdalam pengetahuan keagamaan dan berinovasi untuk menghasilkan kualitas SDM yang mampu membawa negara ini menjadi negara yang kuat.

Santri bagi saya, bukan hanya bisa ngaji saja, santri juga harus bisa menjadi bagian penting dari proses-proses pembangunan bangsa Indonesia. Dengan demikian santri bisa mengisi disemua lini, mulai dari jadi guru, dosen, petani, nelayan, pedagang, PNS, swasta, konsultan, birokrat, politik, budayawan, hingga menjadi Presiden, atau apappun itu, santri harus bisa. Dengan bekal yang dibawa dari hasil mondok bertahun-tahun, dan membawa pesan-pesan dari gurunya, ditambah pengetahuan umumnya maka santri harus berani memimpin dan memiliki bargaining position dimanapun berada. Satu lagi ya, mari kita para santri urus NU, jangan ormas yang lainnya. Jangan pula setengah NU setengah sana, setengah sana, setengah sana bla-bla-bla...Sekali NU tetap NU, khidmat di NU, dari NU untuk negeri. SANTRI MANDIRI, NKRI HEBAT.

Ucapan terimakasih yang mendalam: Kepada Alim, Ulama, Kiai, Ajengan, Ustadz, Santri, Pengurus lembaga/organisasi yang terlibat dalam acara Jalan Sehat Sarungan Kota Bogor. 

Selamat HSN 2017
Bogor, 5 November 2017

Sekelumit dokumentasi HSN tahun NOW

 Gambar 1. Peserta jalan sehat sarungan yang diikuti puluhan ribu santri (Sumber: Dede SA, Ketua Fatayat NU Kota Bogor)

 Gambar 2. Peserta mulai meninggalkan Balaikota (Sumber: Dede SA, Ketua Fatayat NU Kota Bogor)

 Gambar 3. Putraku Habib dan Haddad melihat Banser disampingnya beserta santri-santri. Penampilan putraku sebut saja "Santri Jaman Now" (Sumber: Dokumentasi Pribadi)

Gambar 4.  Bergaya sembari istirahat setelah jalan sehat di Kemenag. Jika ditanya, "Siapa Kita?, NKRI, Pancasila", Putraku ini jawab dengan lantang "NU, Harga Mati, Jaya" (Sumber: Dokumentasi Pribadi)

 Gambar 5. Membawa bendera Merah Putih dan bendera NU tidak harus malu, harus bangga biarpun keringat bercucuran, tangan pegal-pegal. "Ngalap berkah Mbah Hasyim Asy'ari". (Sumber: Dokumentasi Pribadi)

 Gambar 6. Sampai di finish (Ponpes Al Ghazali), cium tangan KH. Wahid (Katib Syuriah PCNU Kota Bogor). Lapor bahwa simbol NU berkibar dari start sampai finish. (Sumber: Dokumentasi Pribadi)

 Gambar 7. Peserta jalan sehat melewati Jl. Sudirman yang pas kegiatan rutin Car Friday (Sumber: Dede SA, Ketua Fatayat NU Kota Bogor)

Gambar 8. Lautan manusia di halaman YIC & Ponpes Al Ghazali mengikuti rangkaian acara setelah jalan sehat.  (Sumber: Gus Turmudzi, Sekretaris PCNU Kota Bogor)


Gambar 9. Sebagai penutup gambar, kenapa kita harus masuk NU, inilah petuah pendiri NU. Ayo kita masuk NU, jangan menjauh dan memandang NU dari pandangan yang sebelah mata. Semoga Allah SWT meridhoi kita semua. (Sumber: https://www.qureta.com/uploads/post/whatsapp_image_2017-02-02_at_12.22.40.jpeg)