Rabu, 27 Desember 2017

Serat Kaping Gangsal
Kepada : Gusti Allah

Duh Gusti Allah aku sedang sakit. Pikiranku, tenggorokanku, hidungku, mataku, telingaku, mulutku, perutku, dan inilah nikmat dari-Mu.
Aku tidak menolak Gusti, tapi aku terima semua dari-Mu. Demamku menjadi-jadi, aku bersujud taubat semoga Engkau terima. Ya Tuhan, jika suratku ini yang terkahir, maka aku titip Engkau jaga Ayah dan Ibuku, kakakku dan keluarganya, adik-adikku, dan sudara-saudaraku, begitu juga dengan sahabat-sahabatku baik yang suka maupun yang benc terhadapku. Jagalah mereka, lindungilah mereka, sayangi mereka sebagaimana Engkau menyayangiku hingga detik ini.
Tuhanku, ak rindu kepada-Mu dan rasulmu Muhammad. Jika Engkau jemput aku dengan segera, maka khusnul khatimahkan aku. Aku tersenyum dengan segala sesuatu takdirMu karena aku ini dari-Mu dan akan kembali kepada-Mu.
Tuhan, aku dengar, lihat, meniru para kekasih-Mu, wali-Mu, ulama-Mu, Kyai-Mu dan aku cinta kepada mereka walaupun aku tidak sesering santri-santri yang meraup berkah dari mereka karena-Mu.
Gusti, bagaimana dengan kader-kaderku? Jagalah dan bawalah mereka ke medan perang-Mu untuk meraih ridha-Mu.
Allahku, Rasulku, Nabiku, Waliku, Ulamaku, Kyaiku, Sahabat-sahabatku aku mencintaimu. Sungguh.
Lailahaillallah Muhammadur Rasulullah


Faridh

Nunyai Bandar Lampung, 19 Februari 2011

Jumat, 15 Desember 2017

Serat Kaping Sekawan
Kepada Yth. Gusti Allah Azza Wa Jalla

Gusti Allah, aku sehat-sehat saja walaupun sesekali aku sakit karena luka ataupun organ dalamku tiba-tiba sakit. Gusti Allah, aku rindu Engkau. Sungguh aku cinta dan rindu pada-Mu, dan hamba selalu menyebut-nyebut-Mu setiap waktu,
Mohon Engkau terima surat kangen dan cintaku, semoga Engkau tetap mencintaiku.
Cukup sekian suratku Tuhan, semoga aku dalam keadaan baik-baik saja dan dalam lindungan-Mu.
  
Faridh

Nunyai Bandar Lampung, 18 Februari 2011

Kamis, 14 Desember 2017

HABIB TERIMA RAPOR


Bro adn Sist, tidak terasa waktu begitu cepat. Memang ungkapan itu sudah menjadi takdirnya manusia untuk selalu memanfaatkan waktu dengan baik. Anakku yang pertama (Habib) hari ini (14 Desember 2017) menerima rapor. Dalam benakku memang seperti jaman old, terima rapor selalu ada nilai dan rangking. Harap maklum, sebagai ayah yang baru menyekolahkan anaknya yang pertama kesekolah jenjang paling awal yaitu Raudlatul Athfal (RA) atau setingkat dengan Taman Kanak-kanak (TK) adalah sesuatu yang baru. Ternyata terima rapor anakku itu kegiatannya "unjuk gigi" alias unjuk bersama apa saja yang sudah diajarkan oleh gurunya di sekolah, seperti mengucap salam, doa, hafalan surat pendek dalam Al Qur'an, bernyanyi. Intinya mereka secara berjamaah satu kelas unjuk bersama di panggung yang sudah disiapin sekolah. Melihat momentum ini bagiku adalah kesempatan luar biasa dalam hidup ini, setidaknya aku tahu perkembangan puteraku selama disekolah. Walaupun harus meluangkan waktu beberapa jam lamanya, tapi tidak menjadi masalah. Dahulu orang tuaku juga begitu, masak kita sok sibuk sih buat anak gitu lhoh.... Hehehe.

Terima rapor ala RA Musa'ab Bin Umair memang beda, anak-anak setelah unjuk bersama kemudian orang tua dipanggil guru kelas untuk mengetahui perkembangan anak selama 1 semester. Apa yang harus diperbaiki untuk pendidikan anak, itulah intinya kedepan. Tentu bukan hal baik atau buruk, jika melihat perkembangan anak kurang baik atau sudah baikpun. Sebab, masa yang akan datang masih ada waktu untuk memperbaikinya. Semoga saja kita para orang tua masih diberikan umur panjang untuk membaikinya, tentunya diawali dengan memperbaiki diri. Disinilah letak kesedihanku bro, aku lihat foto-foto si Habib dan teman-temannya disekolah, sama ada foto-fotoku sama si Habib. Air mata ini tiba mengalir, sejak dulu kalo kalau lihat foto itu cuman keinget mati aja, seolah-olah itu moment terakhirku. Apalagi ini foto ama Habib puteraku yang hari ini tadi aku ikut mendampingi di sekolahnya. Aku cuma bisa berdoa, semoga anakku menjadi anak sholeh, gelem nyantri (mau nyantri di pesantren) tentunya di pesantren NU. Hehehe. Maaf kenapa harus NU? lha iyo masak mbahku NU, bapakku NU, aku NU mosok anaknya gak di NU kan Hehehe. Harus (wajib) bro, soalnya kalo enggak di sekolah NU kayak hambar hidup ini. Hehehe

Ada beberapa point yang bisa kita ambil hikmah dari pendidikan anak ini:
1) Kita (ayah dan ibu) harus cermat dalam mendidik anak kita, baik dari tutur kata, tingkah laku, serta dalam bergaul
2) Anak membutuhkan pengakuan dari keluarga, sudah tentu anak itu ingin diperhatikan ayah dan ibu. Dia bisa ini dan bisa itu, dipamerin ke ayah dan ibu. Ini wajar bagi anak, sebab itulah anak menunjukkan bahwa ia sudah bisa sendiri.
3) Jangan banyak menuntut ini itu sama anak, sebab anak-anak itu akan mudah bosan. Jika sudah bosan tentu efek kedepan akan buruk. Kebiasaan kita yaitu akan memaksa anak, karena biasanya orang tua itu "wang sinawang" alias melihat anak orang lain bisa hafal ini itu, bisa ini itu. Tentu boleh saja bro and sist, tapi jangan dipaksanakan ke anak ya. Biarkan anak kita tumbuh sesuai dengan kemampuannya dibawah bimbingan sang murobbinya (ortunya).
4) Posisikan anak sebagai ujian untuk masa tua kita. Maka kita kudu SABAR. Besok kalau tua kita akan seperti mereka, sifat kekanak-kanakan akan keluar. Anak-anak kita yang akan merawat kita. Artinya, apa yang kita tanam saat ini, semoga besok menjadi buah yang baik untuk masa tua kita. Semoga saja ini bisa kita lewati ya bro and sist. Karena berat sekali, berat sekali, berat sekali. Kenapa berat? Kita tanya pada diri kita.
5) Biarkan Allah Ta'ala (Tuhan Yang Maha Esa) yang mengaturnya. Kita tidak harus menuntut anak jadi ini, jadi itu. Kita cukup tanamkan bahwa bekalnya hidup itu dilewati dengan: dzikir, fikir, dan amal sholeh. Cakupan ketiga itu luas ya bro, tidak usah minta dalil. Aku bukan ahli dalil. Hehehe
6) Kalau sudah diatas, ajarkan anak kita Cinta Tanah Air. Dimana bumi dipijak disitu langit dijunjung. Ajarkan ke anak kita bahwa HUBBUL WATHAN MINAL IMAN. Ini bukan hadist ya Bro and Sist, ini fatwanya Hadratusysyaikh KH. Hasyim Asy'ari (Pendiri NU yang mengeluarkan Resolusi Jihad). Tapi kalau mau hadist ya ada bro, kanjeng Nabi Muhammad SAW sendiri pernah bilang "Cintailah bangsa Arab karena tiga perkara, pertama karena Rasulullah SAW adalah orang Arab", lanjutannya silahkan dilanjutkan ya Bro...pasti lebih tahu. Itu cukup untuk pegangan kita, bahwa kita mencintai Indonesia itu karena kita orang Indonesia dengan latar belakang suku, bangsa yang beraneka ragam. So, tanamkan baik-baik itu ya...karena sekarang lagi menjamur virus anti NKRI, anti Pancasila, Anti Bhineka, Anti Konstitusi.

Semoga kita semua dapat melewati masa-masa hidup yang indah ini dengan baik, bermanfaat, hidup dengan penuh cinta. Jangan lupa ngopi ya Bro dan Sis...





Rabu, 13 Desember 2017

NGOPI TAMPAN


Senyum Pepsoden

Mengawali cerita kongkow dengan para senior saya kemarin (Selasa, 12 Desember 2017) yang dengan dibarengi hujan rintik-rintik hingga membasahi kota Bogor sore itu, merupakan pertanda baik untuk negeriku. Memang harus diakui, sebab hujan itulah faktor utama Indonesia bebas dari kebakaran hutan dan lahan (karhutla). Secara otomatis, kinerja pemerintah khususnya Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan semakin mendapatkan raport yang baik. Namun bukan hanya faktor utama saja yang membuat raportnya baik, tetapi sudah barang tentu didukung oleh faktor lain seperti leadership, policy dan tentunya aksi nyata di lapangan.

Jempol buat para aktor lapangan yang sudah berusaha keras mencegah terjadinya karhutla dan para pengambil kebijakan. Saya dukung ibu Menteri LHK untuk menegakkan hukum dan menjalankan program nyata untuk hal ini. Setidaknya kita bisa banyak belajar dari peristiwa 2 tahun lalu (tahun 2015) karhutla memakan banyak korban.

Kami bertiga (Bang Bayu Ndut, Mbak Ade, Saya) sore itu kongkow bareng di salah satu cafe dekat dengan kantor Puslitbang KLHK, memang terasa seperti sudah sering ketemu karena cukup dengan janjian via Whatshap kamipun berkumpul untuk sekedar berbagi cerita. Walaupun kami dari umur dan angkatannya jaraknya cukup jauh, tetapi terasa dekat. Kenapa? Karena kami bangga dengan almamater kami yaitu Kehutanan Universitas Lampung, walaupun sudah banyak perbedaan baik dari pendapat maupun pendapatan.

Tidak basa basi, mukadimah dimulai dari yang muda. Memang senior saya ini seorang pembelajar, ia mau mendengar lama cerita-cerita saya baik dari masalah A - Z. Apa yang terjadi di kampus Unila baik dari dosen, mahasiswa, organisasi, dan lain-lain. Tidak panjang lebar, secara bergantian kami bercerita tentang itu, memang pada intinya "masalah itu bisa diselesaikan, hanya kami yang belum selesai masalahnya". Hehehe. Apa itu? Mari kita tanya pada pohon.

Kira-kira itulah cerita sore itu, tidak perlu panjang lebar. Singkat, padat, dan kurang jelas. Hehehe
Semoga bermanfaat baik di dunia maupun di akhirat.


Salam Rimbawan