Rabu, 07 Maret 2018

MENGASAH, MENGASIHI, DAN MENGASUH


Judul ini bukanlah suatu kebetulan untuk menjadi corat-coretanku saat ini. Judul tersebut memang menginspirasiku tatkala aku harus bertemu dengan sahabat-sahabat alumni Sylva Indonesia secara tidak sengaja di Universitas Nusa Bangsa Bogor. Hari Rabu kemarin tepatnya tanggal 6 Maret 2018 aku diberi kesempatan untuk memberikan materi tentang organisasi dan kesylvaan. Materi yang sering saya sampaikan dalam kagiatan pengkaderan Sylva Indonesia (SI). Memang hampir tiap tahun, aku menjadi pemateri di acara pengkaderan SI Universitas Nusa Bangsa namun kali ini ada yang berbeda. Aku bertemu dengan sahabat-sahabat alumni yang dahulu menggerakkan Sylva Indonesia seperti Sahabat Ahmad Nurdianto (Ketua Dewan Perwakilan SI periode 2010-2-12), Nuramdhani (Koordinator Forum Regional SI III periode 2012-2014), Arief Hilman (Sekretaris Jenderal SI periode 2012-2014). Secara tidak sengaja kami bertemu di acara tersebut, hingga saya selesai memberikan materi kami bercengkerama hingga malam hari.
Ada beberapa hal yang menjadi bahan diskusi kami dari kondisi SI hingga kondisi bangsa ini. Obrolan ringan yang banyak diselingi canda tawa membuat kami lupa bahwa kami punya kewajiban dirumah sebagai seorang ayah, maklum kami sudah berkeluarga dan kebetulan kami bertemu setelah kami pulang dari kantor masing-masing.
Kondisi SI saat ini kami sungguh membanggakan dimana semakin banyak perguruan tinggi-perguruan tinggi yang membuka jurusan atau fakultas kehutanan. Hal ini bagi kami menjadi pertanda bahwa semakin menariknya minat dan keinginan masyarakat untuk menyekolahkan anaknya kejenjang yang lebih tinggi dengan mimilih jurusan atau fakultas kehutanan baik swasta maupun negeri. Dari informasi yang saya dengar dari diskusi kemarin saat ini sudah 42 cabang SI diseluruh Indonesia, namun dari jumlah tersebut yang paling banyak berkembang yaitu di wilayah Indonesia bagian timur. Secara otomatis, hal tersebut dapat mempengaruhi jumlah regional yang ada di SI dengan pertimbangan untuk mempermudah komunikasi dan penguatan kelembagaan SI diantara wilayah region terdekat.
Sylva Indonesia yang berdiri dari 30 Januari 1959 hingga 30 Januari 2018 telah berumur 59 tahun merupakan umur yang sudah setengah abad lebih menjadi satu-satunya organisasi yang mewadahi mahasiswa kehutanan seluruh Indonesia. Hal ini patur diapresiasi sebab para fouding father sylva mendirikan SI adalah untuk mempererat korps rimbawan antar rimbawan-rimbawan lainnya. Selain itu juga menjadi wadah untuk saling berbagi ilmu pengetahuan dan mengarahkan gerakan mahasiswa kehutanan sebagai salah satu cara untuk menjadi agent of control bagi pelaksana kebijakan khususnya dibidang kehutanan.
Kondisi yang saat ini ada bahwa SI dibawah kepemipinan Sekjen SI periode 2017-2019 harus dapat menjadi penggerak untuk gerakan bagi mahasiwa kehutanan untuk terus mengawal berbagai kebijakan maupun program pemerintah tetap dalam rel yang benar. Tentu tidak mudah, disatu sisi pemerintah sebagai mitra, namun disatu SI harus tetap kritis terhadap pemerintah. Disisi lain masih banyak pekerjaan rumah SI yang hingga saat ini menjadi buah bibir dan pembicaraan bahkan perdebatan diforum-forum nasional seperti pengkaderan SI yang belum setara antara cabang yang satu dengan cabang yang lainnya, transfer knowladge dan berbagai hasil rekomendasi yang telah disepakati kepada pengurus dan anggota di cabang, program kerja yang belum terstruktur dengan baik, tidak ada pendanaan yang tetap, pola komunikasi yang masih belum terstruktur antara pengurus pusat, dewan perwakilan, mapun cabang-cabang, dan masih banyak kendala yang dihadapi ditubuh SI. Maka hal ini harus menjadi tantangan bagi setiap kepengurusan di jamannya dan harus terus berusaha untuk memecahkan masalah tersebut.
Diskusi kami berhentkan dan kami tunda untuk shalat Maghrib berjamaah di masjid UNB. Kebetulan aku menjadi imamnya, dan memimpin doa setelah shalat. Kami berharap silaturahim ini dapat terus berlanjut hingga nanti, tidak terputus karena jarak dan waktu. Setelah itu kami teruskan di ruang kerja sahabat kami Nudianto, kami berdiskusi mengenai berbagai permasalah bangsa yang akhir-akhir ini menggelitik. Sebab melihat perkembangan tehnologi yang semakin maju, maka banyak berita dan media yang banyak mendeskriditkan kelompok tertentu untuk memecah belah persatuan dan kesatuan bangsa. Kami berharap bahwa kami generasi yang masih beruntung untuk tetap menjaga kemoderatan kami, memposisikan ditengah-tengah, dan terus berusaha tidak menjurus kekanan maupun kekiri.
Kami akhiri diskusi kami dengan makanan sajian sahabat Nurdin, walaupun sedikit menggilitik karena makanan tersebut adalah makanan cepat saji dari benua tetangga. Hehehe. Tapi tidaklah mengurungkan niat kami untuk makan, sebab perut sudah terasa lapar. Berharap penerus-penerus SI tetap berusaha sekuat tenaga untuk berkomitmen dalam menjalankan tugasnya sebaik mungkin.
Salam Rimbawan....!!!!



Tidak ada komentar:

Posting Komentar