Kamis, 27 Februari 2025

ERA BARU, SEMANGAT BARU NU KOTA BOGOR DI AWAL TAHUN 2025



Era Baru NU Kota Bogor

Konferensi Cabang (Konfercab) Nahdlatul Ulama (NU) Kota Bogor ke-IX yang diselenggarakan pada Rabu 26 Februari 2025 / 26 Sya'ban 1446 H di Pondok Pesantren Al Umm Pagentongan Kecamatan Bogor Barat Kota Bogor telah berjalan dengan lancar. Kemeriahan dan gegap gempita acara terlihat dari persiapan panitia Konfercab yang dalam waktu tiga hari mempersiapkan hajat besar NU Kota Bogor.

Menyimak laporan ketua pelaksana, sambutan tuan rumah/shahibul bait, sambutan Katib, sambutan ketua Tanfidz, sambutan Ketua PW, sambutan Wakil Ketua PBNU, hingga doa kesemua memberikan sebuah pesan bahwa NU di Kota Bogor ini merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari perjalanan panjang NU secara nasional dan memiliki potensi besar untuk dapat menjalankan program-program NU. Selain itu NU Kota Bogor yang saat ini masuk dalam kategori A, dimana NU Kota Bogor harus mampu mendorong terwujudnya empat hal di bawah naungan NU Kota Bogor yaitu pendidikan setingkat SMP, SMA atau Aliyah dan Tsanawiyah, mewujudkan kesehatan, ekonomi dan kaderisasi untuk kemaslahatan anggota dan masyarakat. 

Agenda seremonial pembukaan yang dibuka oleh Ketua PBNU, persidangan yang diikuti oleh peserta dari Majelis Wakil Cabang (MWC) NU se-Kota Bogor berjalan lancar walaupun terdapat catatan khusus dimana MWC NU Kecamatan Bogor Utara menjadi peserta peninjau/tidak dapat mengikuti persidangan sebagai peserta penuh karena persoalan administrasi bukan masalah substansi dan seharusnya dapat diterima oleh pimpinan sidang secara bijak. Namun keputusan apapun, diterima oleh MWCNU Bogor Utara, walaupun dengan berat hati.

Sebagaimana proses dalam konferensi-konferensi yang diatur dalam Keputusan Konferensi Besar Nahdlatul Ulama Nomor: 01/Konbes/V/2022 Tentang Penetapan Peraturan Perkumpulan Nahdlatul Ulama Tentang Keanggotaan dan Kaderisasi dan Peraturan Perkumpulan NU Nomor: 6 Tahun 2022 Tentang Tata Cara Pengesahan dan Pembekuan Kepengurusan maka beberapa tahap yang disebutkan dalam Bab 3 Pasal 7 telah dilalui. Mulai dari pemilihan Ahlul Halli Wal Aqdi (Ahwa) yang kemudian akan memiliki Rois Syuriah, pemilihan Ketua Tanfidziah, penyusunan formatur untuk menyusun pengurus dan perangkat lain PCNU Kota Bogor. 

Inilah proses panjang dan penuh perjuangan bagi para pelaku/aktivis NU dalam menjalankan organisasi. Kami bangga, siapapun pemimpin yang terpilih maka merekalah yang harus didukung untuk menentukan pengurus yang dapat mengurus organisasi dan anggota NU selama 5 tahun yang akan datang, yang boleh dikatakan sebagai era baru. 


Semangat Baru NU Kota Bogor

Tema yang diusung dalam Konfercab kemarin yaitu "Berjuang Bersama untuk Indonesia Maslahat dan Kota Bogor Beres" dapat menjadi cerminan untuk NU Kota Bogor dimasa yang akan datang. Pemilihan tema tersebut ingin mengajak warga NU Kota Bogor untuk guyub, rukun dan kompak dalam mengabdikan diri di NU untuk bangsa dan negara Indonesia. Menukil dari Qanun Asasi Jamiiyyah NU oleh Hadratusy Syaikh KH. M. Hasyim Asy'ari yang berbunyi "siapa yang melihat pada cermin sejarah, membuka lembaran yang tidak sedikit dari ikhwal bangsa-bangsa dan pasang surut zaman, serta apa saja yang terjadi pada mereka hingga pada saat-saat kepunahannya, akan mengetahui bahwa kekayaan yang pernah menggelimang mereka, kebanggaan yang pernah mereka sandang, dan kemuliaan yang pernah menjadi perhiasan mereka, tidak lain adalah karena berkat apa yang secara kukuh mereka pegang, yaitu mereka bersatu dalam citacita, seia-sekata, searah setujuan, pikiran-pikiran mereka seiring".

Tema tersebut juga membakar semangat kebangsaan kita bahwa dalam berjuang membangun bangsa harus tidak membeda-bedakan jenis warna kulit, suku, budaya, namun yang terpenting adalah siapapun pemimpinnya, pengurusnya, anggotanya mereka memiliki semangat dan komitmen bersama seiya sekata dalam membangun NU untuk bangsa Indonesia khususnya mendukung kota Bogor BERES. Beres dalam hal ini adalah NU di Kota Bogor mendukung kepemimpinan Wali Kota dan Wakil Wali Kota Bogor yaitu Bapak Dedie Rachim dan Bapak Jenal Mutaqin yang baru saja dilantik.

Apa saja program-program beliau yang dapat disinergikan dengan NU. Dalam hal ini NU harus dapat memposisikan diri sebagai  organisasi masyarakat keagamaan Islam yang terus berupaya memperkokoh jam’iyahnya dan membangun masyarakatnya. Artinya NU Kota Bogor tidak berdiri sendiri, ada struktur diatas dan dibawahnya atau akar rumput yang harus dibangun dengan kemandirian.

Kemandirian tersebut harus didahului dengan perubahan jati diri dan watak organisasi dalam pengelolaannya. Salah satu aspek kemandirian NU adalah NU harus bisa lepas sepenuhnya dari pengaruh dan anasir partai politik mana pun dan harus mampu membuka peluang entrepreneurship, sehingga menjadi sumber wirausaha dan berdaya dalam hal ekonomi. Disisi lain NU harus membangun pendidikan dari mulai jenjang usia dini hingga mahasiswa, NU harus dapat mewujudkannya. 

Dalam hal membangun jejaring, NU dapat mendistribusikan kader terbaik dalam bidangnya terutama dalam hal kesehatan NU dapat membangun layanan kesehatan bagi anggota dan masyarakat. Terakhir bangunan penting bagi NU yaitu NU harus mendorong sistem kaderisasi yang kuat, agar dapat mengaktivasi kemampuan pengurus dalam membangun jejaring, membangun program dan kegiatan yang sinergis disemua tingkatan. 

Dari seluruh peluang diatas, maka akan berimplikasi pada kuatnya power NU dalam membangun peradaban dunia menuju tatanan yang adil dan harmonis, berdasarkan penghormatan terhadap kesetaraan hak dan martabat umat manusia. Ini bukan pepesan kosong, sebab jika seluruh kekuatan NU diberdayakan oleh pemimpinan NU, maka NU akan menjadi sebuah bom atom. 

Kekuatan ini telah dibaca oleh KH. Abdul Wahab Casbulloh-Muasis NU yang mengatakan bahwa “Banyak pemimpin NU di daerah-daerah dan juga di pusat yang tidak yakin akan kekuatan NU, mereka lebih meyakini kekuatan golongan lain. Orang-orang ini terpengaruh oleh bisikan orang yang menghembuskan propaganda agar tidak yakin akan kekuatan yang dimilikinya. Kekuatan NU itu ibarat senjata adalah meriam, betul-betul meriam. Tetapi digoncangkan hati mereka oleh propaganda luar yang menghasut seolah-olah senjata itu bukan meriam, tetapi hanya gelugu alias batang kelapa sebagai meriam tiruan. Pemimpin NU yang tolol itu tidak sadar siasat lawan dalam menjatuhkan NU melalui cara membuat pemimpin NU ragu-ragu akan kekuatannya sendiri.”

Semangat baru NU Kota Bogor harus dijaga, landasan perjuangan telah diletakkan, modalitas telah dibangun oleh para pengurus sebelumnya, maka cita-cita dan rencana program NU yang akan datang harus mampu menaikkan NU Kota Bogor dalam level yang tinggi. Dalam arti menaikkan bergaining posisi NU disemua lini agar sebagai kategori PCNU A dapat terwujud dan terwujud. 


Memulainya Sulit, Tapi Hasil Melejit

Beberapa program dan kegiatan diera baru ini, setidaknya dapat disusun melalui beberapa tahapan, yaitu tahapan perencanaan yang tepat, tahapan eksekusi rencana, pengawasan pelaksanaaan rencana, evaluasi dan tindak lanjut. Kesemuanya harus dilaksanakan secara disiplin, sebab orang NU harus menjalankan sebuah ayat tentang disiplin yaitu dalam Surat An-Nisa ayat 59, “Wahai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan Rasul(Nya), dan ulil amri di antara kamu”.

Lalu bagaimana menyusunnya itu semua? Mari dimulai dengan pembentukan pengurus yang inklusif, menginventarisasi problematika/masalah yang dihadapi baik internal maupun eksternal, menginventarisasi modalitas dan potensi/kekuatan sekaligus kelemahan yang dimiliki, menentukan tujuan jangka panjang maupun jangka pendek, dan tentukan skala prioritas yang rasional dalam menjalankan pembangunan selama masa khidmat atau sering disebut dengan prioritasisasi.

Bahan-bahan evaluasi dalam Konfercab kemarin dapat menjadi catatan penting, rekomendasi yang dihasilkan menjadi "guiden" dalam penyusunan rancangan program kerja. Potret-potret tersebut menjadi indah jika disusun dan dirangkai oleh pemimpin yang tepat. 

Situasi dan kondisi masyarakat Kota Bogor sebagai sasaran kerja tingkat tapat NU Kota Bogor harus juga tidak luput dari pengamatan pengurus, terutama anggota NU. Disinilah dua ilmu yang diterapkan oleh pengurus yaitu: 1) Ilmu antropologi dan analisis sosial (ansos); dan 2) Ilmu yang diperoleh dari kaderisasi yaitu Rihlah dan 9 perintah kader.

Kompleksitas masyarakat dan anggota, merupakan tantangan bagi pengurus. Lalu bagaimana pengurus sendiri memiliki energi/baterai yang full charge untuk membangun mimpi tersebut sekaligus menjaga semangat dalam menerapkan disiplin ilmu dan juga mengejawantahkan pesan-pesan muasis NU tetap dalam aturan main? ada sesepuh pergerakan mengatakan memulia itu memang sulit, tapi jika dilakukan akan menghasilkan hasil yang melejit.

Mari bermuhasabah melalui dzikir ilallah agar baterai terjaga, berfikir rasional agar akal bekerja normal dalam petunjuk Allah SWT, serta beramal shaleh dalam tali jagat NU untuk peradaban yang mulia.  

Selamat berjuang ajengan dan muharik NU Kota Bogor. Selamat atas terpilihnya KH. Muhtadin sebagai Rois Syuriah dan Haji Edi Nurochman sebagai Ketua Tanfidz PCNU Kota Bogor masa khidmat 2025-2029. Tiga puluh hari bekerja menyusun kabinet, kemudian berjuang bersama-sama menentukan masa depan NU yang lebih baik.

Doa kami mengutip doa Hadratusy Syaikh KH. M. Hasyim Asy'ari "Ya Allah, bangunkanlah hati para ulama dan umat Islam dari kelalaian yang dalam dan berkepanjangan dan tuntunlah mereka ke jalan petunjukMu. Ya Allah, yang Maha Hidup lagi Maha Berdiri Sendiri, hidupkanlah Jam’iyah kami Jam’iyyah Nahdlatul Ulama (NU) dengan kehidupan thoyyibah (kehidupan yang baik sesuai kehendakMu) hingga hari Kiamat dengan berkah ayat:

فَلَنُحْيِيَنَّهُ حَيَاةً طَيِّبَةً (النحل: ٩٧)، فَاجْعَلْ أَفْئِدَةً مِنَ النَّاسِ تَهْوِيْ إِلَيْهِمْ وَارْزُقْهُمْ مِنَ الثَّمَرَاتِ لَعَلَّهُمْ يَشْكُرُوْنَ (ابراهيم: ٣٧)1

(Maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik (Qur’an Surat An-Nahl:97). 
Maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan beri rezekilah mereka dari buah-buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur (Qur’an Surat Ibrahim: 37). 
Dan karuniakanlah mereka rizqi (berupa) kekuatan yang mengalahkan kebathilan, kedzaliman, ketidaksenonohan dan keburukan agar mereka bertaqwa“.

Bogor, 27 Februari 2025/27 Sya'ban 1446 H

Alfaqir Faridh Almuhayat Uhib H.




Rabu, 26 Februari 2025

MENYAMBUT KONFERCAB NAHDLATUL ULAMA KOTA BOGOR KE-IX

Sumber: Litbang Kompas 31 Januari 2025

Perjalanan Nahdlatul Ulama (NU) dalam melewati jalan panjang bangsa Indonesia merupakan suatu anugerah yang harus disyukuri. Sebab NU membawa pesan dan mandat dalam menggambarkan perjuangan Islam di masa lampau, masa kini, dan masa yang akan datang. 

Perjuangan masa lampau yang digambarkan melalui perjuangan para leluhur yang berjuang dalam mendakwahkan Islam di Nusantara dengan berbagai manaqibnya yang terjaga hingga kini hingga menjaga kemurnian Islam yang sampai tahun 1446 H ini terus berkembang jumlahnya maupun kuantitasnya. Hal tersebut tidak dilupakan oleh NU, lihat gambar jagat dan juga bintang sembilan/songo pada lambang NU yang menggambarkan cahaya utama yaitu Nabi Muhammad SAW dan empat sahabat sekaligus tokoh sentral penyebaran Islam di Nusantara yaitu Walisongo.

Perjuangan NU masa kini, yaitu NU terus mengikuti jejak para wali, ulama, kiai tersebut dengan mengajarkan nilai-nilai keislaman yang diperjuangkannya. Hal tersebut tiada henti dilakukan agar Islam diterima oleh masyarakat dengan mudah dan tetap menjaga nilai-nilai kebudayaan lokal yang akan. Sering kita mendengar Mabadi Khaira Ummah yang kemudian dapat dapat diterjemahkan sebagai "prinsip-prinsip terbaik untuk umat". Konsep ini mencakup nilai-nilai moral, etika, dan spiritual yang seharusnya menjadi landasan dalam kehidupan bermasyarakat*. Hal ini menjadi spirit NU untuk berjuang di masa kini, atau bisa kita meminjam istilah al-muhafadhotu ‘ala qodimis sholih wal akhdzu bil jadidil ashlah, yakni memelihara yang lama yang baik dan mengambil yang baru yang lebih baik.

Perjuangan di masa yang akan datang, NU akan berjuang dengan kemajuan teknologi dan semua bersifat "trans" seperti gerakan trans nasional, perekonomian trans global, dan cepatnya bentuk-bentuk transformasi-transformasi lain. Sedangkan sistem penggerak NU berada pada basis ilmiah pesantren, namun ini semua telah disiapkan melalui masuknya berbagai sistem pendidikan umum ke pesantren-pesantren. Dimasa yang akan datang NU tetap harus optimis dengan segala konsukeuensinya, sebagaimana hari ini telah berusia 102 tahun dihitung dari 16 Rajab 1344 H - 16 Rajab 1446 H. Jika kalender masehi 31 Januari 1926 - 31 Januari 2025 maka usia NU sudah 91 tahun, NU juga baik-baik saja.

Diseluruh tingkatan baik Pengurus Besar NU (PBNU), Pengurus Wilayah (PW), Pengurus Cabang (PC), Pengurus Majelis Wakil Cabang (MWC), Pengurus Ranting (PR), Pengurus Anak Ranting (PAR) agenda pergantian periode kepengurusan adalah hal yang biasa-biasa saja, sebab organisasi harus tetap berjalan, pengurus harus tetap mengurus, jamaah dan anggota tetap menjaga kehormatan dan mengikuti keputusan organisasi. Persainganpun terus terjadi, sebab NU memiliki potensi kader-kader yang beragam jenis latar belakang walaupun dasar latar belakangnya sama yaitu sebagai santri. Sebaran kader NU pun telah beragam seperti pendidik/guru/dosen, pengasuh pesantren, birokrat, pengusaha, politikus, budayawan, nelayan, petani, pedagang, dokter, ASN, bahkah ada di aparatur negara seperti TNI dan POLRI. Bagaimana menggerakkan potensi kader tersebut agar NU bergerak di banyak lini/bidang sehingga kehadirannya dirasakan oleh masyarakat? ini tidak terlepas dari peran nahkoda NU disemua tingkatan serta doa-doa para ulama dan jamaah.

Menyambut Konfercab NU Kota Bogor IX

Konferensi Cabang NU Kota Bogor IX yang diselenggarakan pada hari Rabu 26 Februari 2025 di Pondok Pesantren Al Umm Pagentongan, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor merupakan momentum penting dalam mendapatkan sosok pemimpin tertinggi NU yaitu Rois Syuriah dan Ketua Tanfidziah tingkat Cabang. Nahkoda NU Kota Bogor menjadi simbol bahwa NU Kota Bogor masih bergeliat dengan ciri khasnya yaitu "wallahulmuwafieq ila aqwamith tharieq"nya ada ditengah-tengah masyarakat. 

Lebih dari itu, NU bukan sekedar memilih nahkoda, namun juga memilih visi dan misi serta program yang mampu membangun umat Islam membawa dalam perahu Nuh yang mengarungi bahtera kehidupan di kota Bogor dengan akhlaqul karimah, ilmu, dan membangun peradaban yang baik. Setidaknya nilai-nilai tauladan dari Kanjeng Nabi Muhammad SAW ada dalam diri mereka-ini saya anggap sudah selesai karena tidak mungkin santri akan melenceng dari nilai-nilai tersebut.

Maka nilai dan gagasan apa yang ditawarkan oleh para calon nahkoda NU dalam Konfercab NU Kota Bogor ke-IX penting untuk dinilai bagi para "voters" yaitu MWC dan peserta lainnya. Gagasan tersebut penting untuk diresapi, dan apakah dapat membumi dan terinplementasi dengan baik kedepannya? Setidaknya dalam konteks saat ini, penting untuk  kembali melihat masa lampau, di era nahkoha KH. Fuad Fitri F. dan Dr. Ifan Haryanto, era KH. Mustofa Abddullah BN dan Ir. Edi Nurrochman bahwa situasi yang mereka hadapi dalam menjalankan NU Kota Bogor tidak semudah membalikkan telapak tangan agar organisasi sesuai dengan aturan mainnya. 

Bagaimana situasi/tantangan yang dihadapi baik intenal maupun eksternal NU sangat komplek dan unik. Secara internal NU, kepengurusan NU harus mampu memenuhi syarat administrasi, substansi, dan biaya organisasi. Pesan yang diterima yaitu organisasi NU tidak sekedar hanya acara ceremonial saja yang dijalankan namun juga acara substansi yang lebih penting seperti peningkatan kapasitas pengurus disemua tingkatan, mendorong sistem kaderisasi dapat berjalan secara merata, program-program NU melalui lembaga dan Banom berjalan sinergis dan bergerak sesuai tugas pokok dan fungsinya. 

Hal-hal sederhana itu menjadi penting ditengah-tengah gempuran ceremonial-ceremonial yang menghabiskan biaya cukup besar. Saatnya diranah intenal berbenah diri, melakukan muhasabah, mencari point strategis untuk mendapatkan lompatan serta terobosan bagi organisasi yang lebih berdaya guna dalam pengabdian kepada bangsa dan negara.

Secara eksternal, tentu NU memiliki grafik positif. Salah satu bukti yaitu survei litbang Kompas yang dirilis 31 Januari 2025 (NU dan kiprahnya yang terus dinanti). Peran NU akan selalu beriringan dengan peran kebangsaannya. Citra ini yang terus melekat di masyarakat. Hal ini harus dipertahankan dengan cara membangun komitmen dalam internal NU, membangun gagasan-gagasan besar dalam internal NU. Dipojok lain, masih ada juga pembenci NU yang terus mendorong agar NU jatuh dalam kuburan kebesarannya. Mereka juga datang dari kelompok yang mengaku NU namun mengkerdilkan NU, datang dari kelompok yang tidak sepaham dengan NU baik dari sisi keagamaan, kebudayaan, kebangsaaan yang dipertahankan NU. Mereka terus mencari celah agar NU hancur. Ini perlu diwaspadai.

Menyambut Konfercab NU Kota Bogor harus dengan senang dan riang gembira. Sambutan hangat tentu akan selalu diwarnai dengan "humor-humor/joke" yang mencerdaskan dalam situasi apapun di Konfercab. Hal-hal kecil bisa menjadi ladang syukur bagi para peserta, segala suguhan dan hidangan juga menjadi rasa syukur bagi peserta. Tentunya berkumpulnya para Ajengan, Kiai, Ulama dan juga para jamaah di arena Konfercab merupakan sebuah momentum yang langka dan penuh keberkahan.

Saking langkanya, sebaiknya ketegangan karena perbedaan pandangan dan prinsip itu juga harus di lelehkan untuk menunjukkan takdzim kepada para Ulama. Siapapun pemimpinnya, organisasi akan berjalan. Jangan sampai merasa penting diri di NU. Jika ingin eksis dengan mengaktualisasikan secara penuh di organisasi dapat mengajukan dalam kepengurusan nanti, berkhidmat dengan totalitas. 

Di Ponpes Al Umm Pagentongan tersebut kami berharap semoga menghasilkan gagasan dan juga keputusan yang mulia dan dapat dipertanggungjawabkan. 


Bogor, 26 Februari 2025/26 Sya'ban 1446 H





Rabu, 12 Februari 2025

Perkara Pagar Laut


Pagar laut menjadi isu trending topik kemana-mana. Soal pengamatan siapa dalang dan keterlibatan aktor-aktor tingkat bawah hingga atas, publik lebih cerdas. Namun itu bisa jadi benar atau bisa saja salah tafsir. Hingga fatwa-fatwa ulama bertebaran, siapa yang percaya itu benar siapa yang percaya itu salah, sah-sah aja. Namun soal keadilan, kadang tidak nampak dalam kasat mata. Saat berbagai retorika ada dan menghiasi tentangnya tentu rasa adil yang diberikan oleh pemerintah, dirasa oleh rakyat dan pelaku usaha tentu berbeda-beda. Maka coba cermati lebih dalam, apa yang sebenarnya terjadi atas itu semua. Benarkah soal hegemoni 9 naga? hegemoni orang-orang penguasa pendukung si A, B, C, D, dst itu. Atau ini soal bisnis, sebagaimana balon mainan anak yang berbunyi "ngek-ngok, ngek-ngok" ada yang dipencet mengempis dan ada yang mengembang.

Sampingkan soal proyek strategis nasional (PSN) itu. Sebab, saat kita tahu bahwa PSN itu ditetapkan sejak RPJMN, RPJP, sampai tahun Renstra dijalan itu sudah desain ketatapan Pemerintah, dimana kita akan menuju INDONESIA EMAS di 2045. Sekali lagi proyek pembangunan diberbagai bidang itu terus berjalan baik Pendidikan, Kesehatan, Infrastruktur, dan bidang-bidang lainnya. Pembagian dan mekanisme pembiayaan juga telah diatur oleh pemerintah, kita tahu ada dari APBN, ada dari bantuan/hibah, ada ada pinjaman luar negeri, ada dari swasta, bahkan tidak cukup itu ada juga dari konsorsium yang semua tentu menggunakan modal tidak kecil.

Pagar laut, kenapa cuma di Kab. Tangerang saja yang heboh, banyak sekali pagar-pagar lain yang tidak muncul di publik. Kita juga tahu. Tapi ada juga PSN lain juga yang apakah dianggap menelanjangi rasa keadilan rakyat? Kenapa di tahun-tahun kemarin tidak meletup, meluap, mencuat atau apapun itu namanya? sebagai rakyat kecil satu kata saja "Heran". Disisi sana ada juga pergolakan yang cukup serius, ada yang namanya kasus kriminalitas yang lebih ngeri dari perkosaan, sodomi, begal, klithih, gengster, pembunuhan. Kasus korupsi, kolusi, nepotisme. Sampai kasus debatable nasab keturunan nabi Muhammad SAW masih ada. Kasus tanah menghiasai benak rakyat juga, sebab mereka gelisah apa benar nama dan sertifikat miliknya benar-benar miliknya, mereka khawatir ada double kepemilikan. Ada juga kasus soal ideologi negera yang dirong-rong oleh komprador politik trans-nasional seperti maraknya kembali penangkapan teroris, munculnya gerakan organisasi terlaran seperti eks Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) yang dibungkus dengan aksi bela palestina, organisasi FPI yang udah bubar muncul dengan nama baru-tapi sama singkatannya, ada juga organisasi yang muncul ingin memisahkan diri dari Indonesia.

Pagar laut ini bukan soal kades yang heboh itu, pak xxxxxx yang orasinya seperti mewakili nelayan, bukan pak pengacara yang membela konglomerat itu, bukan soal pak Nusron membatalkan sertifikat HGB yang ada di atas laut itu, tapi pagar laut ini soal kedaulatan bangsa dan negara Indonesia. Jika memang bangsa kita ingin maju dan beradap, majulah jangan setengah-setengah apalagi jika layar sudah terkembang selama 79 tahun ini dan akan 80 tahun di 2025 nanti. Coba kembali merenung soal wawasan nusantara, ada potensi besar kekuatan bangsa kita tapi ada ancaman besar bangsa kita. Inilah modal seorang pemimpin mengatakan kepada seluruh aparatur negara baik Sipil, TNI, Polri, Penegak Hukum, dan seluruh wakil rakyat Indonesia itu bahwa kita harus bangkit dengan berdikari-berdiri di atas kaki sendiri, harus berperadaban, berbudaya, berbudi pekerti luhur, dan tentu harus menjadi garda dan tauladan bagi yang lain. Jika ada yang korupsi silahkan disikat, jika ada yang pejabat menyalahgunakan jabatan di copot, jika ada premanisme harus segera disikat, jika ada yang akan mengobrak-abrik ekonomi bangsa kita jangan diajak kerjasama, jika kita ingin maju tataplah kedepan bareng-bareng jangan terpengaruh oleh harta yang berseliweran, tahta yang menggoda apalagi soal nafsu entah pria/wanita akan sama. Jangan ya bapak/ibu/om/tante/kakak/adik-semua....sekali lagi jangan. Katakan dengan keras "ubur-ubur ikan lele, malulah dengan perbuatan kotor itu leeeeee".

Soal adili mantan Presiden RI, bapak Joko Widodo tentu ini bukan hal baru. Permainan catur politik itu kejam, nyawa dan harga diri bahkan otak waras dikorbankan demi mencapai tujuan, entah kekuasaan, atau soal cuan. Kita harus menjaga marwah kehormatan bangsa, apa itu? Jagalah simbol bangsa Indonesia (Presiden, Wakil Presiden, Amirul mukminin lainnya disemua tingkatan). Jikapun ada salah, silahkan jalur hukum. Bapak Jokowi dianggap terlibat soal pagar laut, sebab dieranya dibangun. Coba pikiren lagi rek....kedekatan bukan berarti mengiyakan. Selama beliau memberikan rambu-rambu pembangunan yang benar, beliau akan setuju, mengambil langkah yang tepat. Jangan lalu dihubungkan dengan trahnya yang menjadi ini itu dulu ya, itu hanya bunga dan bumbu penyedap saja.

Pak Presiden Prabowo, bukanlah orang yang tidak paham soal strategi politik, manuver, isu, gerakan, dan seperti orang bilang ke beliau bahwa beliau itu goblok, keblinger, gak tau hukum, cuma ambisi saja. Stop dulu soal ini, kalo beliau sudah mengatakan dan memaafkan kata-kata itu, penggibah itu tentu rugi. Rugi kenapa? Sebab tidak mungkin Presiden tidak memahami situasi politik, program prioritas beliau untuk bangsa dan rakyat Indonesia. Jika pak Jokowi ingin membangkitkan ekonomi yang rata melalui koneksi akses darat, laut, udara yang sangat memukau itu, maka kita anggak pak Prabowo ini akan membangun pondasi Pendidikan yang berkualitas dengan membangun sekolah dan memberikan makan bergizi gratis bagi siswa. Ini soal investasi masa depan. Coba kita serap energi positif beliau. Coba cek sekolah-sekolah di Indonesia, mungkin saja juga sudah banyak komen miring, tapi bisa kita perbaiki bersama seperti pengawasan yang ketat, bantu sekolah jangan ada pemeresan oleh oknum atas nama tertentu, bantu awasi anak-anak agar aman dari pelecehan, penculikan, stress mental, bantu guru untuk maju, dan bantu-bantu apapun benahi sekolah baik formal maupun non formal di Indonesia sehingga menghasilkan akhak dan budi pekerti anak yang memadai. Kalo boleh sepakat itulah guyubnya bisa sampai akhirat. Jangan biarkan anggaran pendidikan BOCOR. Anggaran MBG BOCOR. Sebab pemerintah saat ini sedang menghemat, untuk itu semua.

Kata Gus Dur jika masih ingat, bahwa kita jangan mau jadi bangsa pengecut. Pengecut dalam arti jangan takut untuk bersuara atas kebenaran. Petuah-petuan para pendahulu kita baik untuk kita resapi, mereka semua matang dalam membaca jaman demi utuhnya negara Indonesia yang mereka korbankan dengan jiwa dan raga bahwa harta benda untuk Indonesia merdeka, maju, adil dan sejahtera.
Soal pagar laut, coba selami samudera lautan hikmah didalamnya, dan suarakan yang benar atas situasi yang benar. Apapun kondisi kita, harus tetap menjadi insan Indonesia yang kamil mukamil/kaffah. Singkirkan kerikil, duri, serpihan kaca yang bisa membuat luka kaki kita. Dalami dan berjuanglah dalam silaunya lampu-lampu jalan itu kawan. Ingat bahwa yang kita tuju masih jauh dari kesimpulan sempit kita ini.

Bogor, Rabu 12 Februari 2025/Arbi'ai 12 Sya'ban 1446 H/Rebo Kliwon13 Ruwah 1958