Pagar laut menjadi isu trending topik kemana-mana. Soal pengamatan siapa dalang dan keterlibatan aktor-aktor tingkat bawah hingga atas, publik lebih cerdas. Namun itu bisa jadi benar atau bisa saja salah tafsir. Hingga fatwa-fatwa ulama bertebaran, siapa yang percaya itu benar siapa yang percaya itu salah, sah-sah aja. Namun soal keadilan, kadang tidak nampak dalam kasat mata. Saat berbagai retorika ada dan menghiasi tentangnya tentu rasa adil yang diberikan oleh pemerintah, dirasa oleh rakyat dan pelaku usaha tentu berbeda-beda. Maka coba cermati lebih dalam, apa yang sebenarnya terjadi atas itu semua. Benarkah soal hegemoni 9 naga? hegemoni orang-orang penguasa pendukung si A, B, C, D, dst itu. Atau ini soal bisnis, sebagaimana balon mainan anak yang berbunyi "ngek-ngok, ngek-ngok" ada yang dipencet mengempis dan ada yang mengembang.Sampingkan soal proyek strategis nasional (PSN) itu. Sebab, saat kita tahu bahwa PSN itu ditetapkan sejak RPJMN, RPJP, sampai tahun Renstra dijalan itu sudah desain ketatapan Pemerintah, dimana kita akan menuju INDONESIA EMAS di 2045. Sekali lagi proyek pembangunan diberbagai bidang itu terus berjalan baik Pendidikan, Kesehatan, Infrastruktur, dan bidang-bidang lainnya. Pembagian dan mekanisme pembiayaan juga telah diatur oleh pemerintah, kita tahu ada dari APBN, ada dari bantuan/hibah, ada ada pinjaman luar negeri, ada dari swasta, bahkan tidak cukup itu ada juga dari konsorsium yang semua tentu menggunakan modal tidak kecil.
Pagar laut, kenapa cuma di Kab. Tangerang saja yang heboh, banyak sekali pagar-pagar lain yang tidak muncul di publik. Kita juga tahu. Tapi ada juga PSN lain juga yang apakah dianggap menelanjangi rasa keadilan rakyat? Kenapa di tahun-tahun kemarin tidak meletup, meluap, mencuat atau apapun itu namanya? sebagai rakyat kecil satu kata saja "Heran". Disisi sana ada juga pergolakan yang cukup serius, ada yang namanya kasus kriminalitas yang lebih ngeri dari perkosaan, sodomi, begal, klithih, gengster, pembunuhan. Kasus korupsi, kolusi, nepotisme. Sampai kasus debatable nasab keturunan nabi Muhammad SAW masih ada. Kasus tanah menghiasai benak rakyat juga, sebab mereka gelisah apa benar nama dan sertifikat miliknya benar-benar miliknya, mereka khawatir ada double kepemilikan. Ada juga kasus soal ideologi negera yang dirong-rong oleh komprador politik trans-nasional seperti maraknya kembali penangkapan teroris, munculnya gerakan organisasi terlaran seperti eks Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) yang dibungkus dengan aksi bela palestina, organisasi FPI yang udah bubar muncul dengan nama baru-tapi sama singkatannya, ada juga organisasi yang muncul ingin memisahkan diri dari Indonesia.
Pagar laut ini bukan soal kades yang heboh itu, pak xxxxxx yang orasinya seperti mewakili nelayan, bukan pak pengacara yang membela konglomerat itu, bukan soal pak Nusron membatalkan sertifikat HGB yang ada di atas laut itu, tapi pagar laut ini soal kedaulatan bangsa dan negara Indonesia. Jika memang bangsa kita ingin maju dan beradap, majulah jangan setengah-setengah apalagi jika layar sudah terkembang selama 79 tahun ini dan akan 80 tahun di 2025 nanti. Coba kembali merenung soal wawasan nusantara, ada potensi besar kekuatan bangsa kita tapi ada ancaman besar bangsa kita. Inilah modal seorang pemimpin mengatakan kepada seluruh aparatur negara baik Sipil, TNI, Polri, Penegak Hukum, dan seluruh wakil rakyat Indonesia itu bahwa kita harus bangkit dengan berdikari-berdiri di atas kaki sendiri, harus berperadaban, berbudaya, berbudi pekerti luhur, dan tentu harus menjadi garda dan tauladan bagi yang lain. Jika ada yang korupsi silahkan disikat, jika ada yang pejabat menyalahgunakan jabatan di copot, jika ada premanisme harus segera disikat, jika ada yang akan mengobrak-abrik ekonomi bangsa kita jangan diajak kerjasama, jika kita ingin maju tataplah kedepan bareng-bareng jangan terpengaruh oleh harta yang berseliweran, tahta yang menggoda apalagi soal nafsu entah pria/wanita akan sama. Jangan ya bapak/ibu/om/tante/kakak/adik-semua....sekali lagi jangan. Katakan dengan keras "ubur-ubur ikan lele, malulah dengan perbuatan kotor itu leeeeee".
Soal adili mantan Presiden RI, bapak Joko Widodo tentu ini bukan hal baru. Permainan catur politik itu kejam, nyawa dan harga diri bahkan otak waras dikorbankan demi mencapai tujuan, entah kekuasaan, atau soal cuan. Kita harus menjaga marwah kehormatan bangsa, apa itu? Jagalah simbol bangsa Indonesia (Presiden, Wakil Presiden, Amirul mukminin lainnya disemua tingkatan). Jikapun ada salah, silahkan jalur hukum. Bapak Jokowi dianggap terlibat soal pagar laut, sebab dieranya dibangun. Coba pikiren lagi rek....kedekatan bukan berarti mengiyakan. Selama beliau memberikan rambu-rambu pembangunan yang benar, beliau akan setuju, mengambil langkah yang tepat. Jangan lalu dihubungkan dengan trahnya yang menjadi ini itu dulu ya, itu hanya bunga dan bumbu penyedap saja.
Pak Presiden Prabowo, bukanlah orang yang tidak paham soal strategi politik, manuver, isu, gerakan, dan seperti orang bilang ke beliau bahwa beliau itu goblok, keblinger, gak tau hukum, cuma ambisi saja. Stop dulu soal ini, kalo beliau sudah mengatakan dan memaafkan kata-kata itu, penggibah itu tentu rugi. Rugi kenapa? Sebab tidak mungkin Presiden tidak memahami situasi politik, program prioritas beliau untuk bangsa dan rakyat Indonesia. Jika pak Jokowi ingin membangkitkan ekonomi yang rata melalui koneksi akses darat, laut, udara yang sangat memukau itu, maka kita anggak pak Prabowo ini akan membangun pondasi Pendidikan yang berkualitas dengan membangun sekolah dan memberikan makan bergizi gratis bagi siswa. Ini soal investasi masa depan. Coba kita serap energi positif beliau. Coba cek sekolah-sekolah di Indonesia, mungkin saja juga sudah banyak komen miring, tapi bisa kita perbaiki bersama seperti pengawasan yang ketat, bantu sekolah jangan ada pemeresan oleh oknum atas nama tertentu, bantu awasi anak-anak agar aman dari pelecehan, penculikan, stress mental, bantu guru untuk maju, dan bantu-bantu apapun benahi sekolah baik formal maupun non formal di Indonesia sehingga menghasilkan akhak dan budi pekerti anak yang memadai. Kalo boleh sepakat itulah guyubnya bisa sampai akhirat. Jangan biarkan anggaran pendidikan BOCOR. Anggaran MBG BOCOR. Sebab pemerintah saat ini sedang menghemat, untuk itu semua.
Kata Gus Dur jika masih ingat, bahwa kita jangan mau jadi bangsa pengecut. Pengecut dalam arti jangan takut untuk bersuara atas kebenaran. Petuah-petuan para pendahulu kita baik untuk kita resapi, mereka semua matang dalam membaca jaman demi utuhnya negara Indonesia yang mereka korbankan dengan jiwa dan raga bahwa harta benda untuk Indonesia merdeka, maju, adil dan sejahtera.
Soal pagar laut, coba selami samudera lautan hikmah didalamnya, dan suarakan yang benar atas situasi yang benar. Apapun kondisi kita, harus tetap menjadi insan Indonesia yang kamil mukamil/kaffah. Singkirkan kerikil, duri, serpihan kaca yang bisa membuat luka kaki kita. Dalami dan berjuanglah dalam silaunya lampu-lampu jalan itu kawan. Ingat bahwa yang kita tuju masih jauh dari kesimpulan sempit kita ini.
Bogor, Rabu 12 Februari 2025/Arbi'ai 12 Sya'ban 1446 H/Rebo Kliwon13 Ruwah 1958
Tidak ada komentar:
Posting Komentar