Perjalanan Nahdlatul Ulama (NU) dalam melewati jalan panjang bangsa Indonesia merupakan suatu anugerah yang harus disyukuri. Sebab NU membawa pesan dan mandat dalam menggambarkan perjuangan Islam di masa lampau, masa kini, dan masa yang akan datang.
Perjuangan masa lampau yang digambarkan melalui perjuangan para leluhur yang berjuang dalam mendakwahkan Islam di Nusantara dengan berbagai manaqibnya yang terjaga hingga kini hingga menjaga kemurnian Islam yang sampai tahun 1446 H ini terus berkembang jumlahnya maupun kuantitasnya. Hal tersebut tidak dilupakan oleh NU, lihat gambar jagat dan juga bintang sembilan/songo pada lambang NU yang menggambarkan cahaya utama yaitu Nabi Muhammad SAW dan empat sahabat sekaligus tokoh sentral penyebaran Islam di Nusantara yaitu Walisongo.
Perjuangan NU masa kini, yaitu NU terus mengikuti jejak para wali, ulama, kiai tersebut dengan mengajarkan nilai-nilai keislaman yang diperjuangkannya. Hal tersebut tiada henti dilakukan agar Islam diterima oleh masyarakat dengan mudah dan tetap menjaga nilai-nilai kebudayaan lokal yang akan. Sering kita mendengar Mabadi Khaira Ummah yang kemudian dapat dapat diterjemahkan sebagai "prinsip-prinsip terbaik untuk umat". Konsep ini mencakup nilai-nilai moral, etika, dan spiritual yang seharusnya menjadi landasan dalam kehidupan bermasyarakat*. Hal ini menjadi spirit NU untuk berjuang di masa kini, atau bisa kita meminjam istilah al-muhafadhotu ‘ala qodimis sholih wal akhdzu bil jadidil ashlah, yakni memelihara yang lama yang baik dan mengambil yang baru yang lebih baik.
Perjuangan di masa yang akan datang, NU akan berjuang dengan kemajuan teknologi dan semua bersifat "trans" seperti gerakan trans nasional, perekonomian trans global, dan cepatnya bentuk-bentuk transformasi-transformasi lain. Sedangkan sistem penggerak NU berada pada basis ilmiah pesantren, namun ini semua telah disiapkan melalui masuknya berbagai sistem pendidikan umum ke pesantren-pesantren. Dimasa yang akan datang NU tetap harus optimis dengan segala konsukeuensinya, sebagaimana hari ini telah berusia 102 tahun dihitung dari 16 Rajab 1344 H - 16 Rajab 1446 H. Jika kalender masehi 31 Januari 1926 - 31 Januari 2025 maka usia NU sudah 91 tahun, NU juga baik-baik saja.
Diseluruh tingkatan baik Pengurus Besar NU (PBNU), Pengurus Wilayah (PW), Pengurus Cabang (PC), Pengurus Majelis Wakil Cabang (MWC), Pengurus Ranting (PR), Pengurus Anak Ranting (PAR) agenda pergantian periode kepengurusan adalah hal yang biasa-biasa saja, sebab organisasi harus tetap berjalan, pengurus harus tetap mengurus, jamaah dan anggota tetap menjaga kehormatan dan mengikuti keputusan organisasi. Persainganpun terus terjadi, sebab NU memiliki potensi kader-kader yang beragam jenis latar belakang walaupun dasar latar belakangnya sama yaitu sebagai santri. Sebaran kader NU pun telah beragam seperti pendidik/guru/dosen, pengasuh pesantren, birokrat, pengusaha, politikus, budayawan, nelayan, petani, pedagang, dokter, ASN, bahkah ada di aparatur negara seperti TNI dan POLRI. Bagaimana menggerakkan potensi kader tersebut agar NU bergerak di banyak lini/bidang sehingga kehadirannya dirasakan oleh masyarakat? ini tidak terlepas dari peran nahkoda NU disemua tingkatan serta doa-doa para ulama dan jamaah.
Menyambut Konfercab NU Kota Bogor IX
Konferensi Cabang NU Kota Bogor IX yang diselenggarakan pada hari Rabu 26 Februari 2025 di Pondok Pesantren Al Umm Pagentongan, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor merupakan momentum penting dalam mendapatkan sosok pemimpin tertinggi NU yaitu Rois Syuriah dan Ketua Tanfidziah tingkat Cabang. Nahkoda NU Kota Bogor menjadi simbol bahwa NU Kota Bogor masih bergeliat dengan ciri khasnya yaitu "wallahulmuwafieq ila aqwamith tharieq"nya ada ditengah-tengah masyarakat.
Lebih dari itu, NU bukan sekedar memilih nahkoda, namun juga memilih visi dan misi serta program yang mampu membangun umat Islam membawa dalam perahu Nuh yang mengarungi bahtera kehidupan di kota Bogor dengan akhlaqul karimah, ilmu, dan membangun peradaban yang baik. Setidaknya nilai-nilai tauladan dari Kanjeng Nabi Muhammad SAW ada dalam diri mereka-ini saya anggap sudah selesai karena tidak mungkin santri akan melenceng dari nilai-nilai tersebut.
Maka nilai dan gagasan apa yang ditawarkan oleh para calon nahkoda NU dalam Konfercab NU Kota Bogor ke-IX penting untuk dinilai bagi para "voters" yaitu MWC dan peserta lainnya. Gagasan tersebut penting untuk diresapi, dan apakah dapat membumi dan terinplementasi dengan baik kedepannya? Setidaknya dalam konteks saat ini, penting untuk kembali melihat masa lampau, di era nahkoha KH. Fuad Fitri F. dan Dr. Ifan Haryanto, era KH. Mustofa Abddullah BN dan Ir. Edi Nurrochman bahwa situasi yang mereka hadapi dalam menjalankan NU Kota Bogor tidak semudah membalikkan telapak tangan agar organisasi sesuai dengan aturan mainnya.
Bagaimana situasi/tantangan yang dihadapi baik intenal maupun eksternal NU sangat komplek dan unik. Secara internal NU, kepengurusan NU harus mampu memenuhi syarat administrasi, substansi, dan biaya organisasi. Pesan yang diterima yaitu organisasi NU tidak sekedar hanya acara ceremonial saja yang dijalankan namun juga acara substansi yang lebih penting seperti peningkatan kapasitas pengurus disemua tingkatan, mendorong sistem kaderisasi dapat berjalan secara merata, program-program NU melalui lembaga dan Banom berjalan sinergis dan bergerak sesuai tugas pokok dan fungsinya.
Hal-hal sederhana itu menjadi penting ditengah-tengah gempuran ceremonial-ceremonial yang menghabiskan biaya cukup besar. Saatnya diranah intenal berbenah diri, melakukan muhasabah, mencari point strategis untuk mendapatkan lompatan serta terobosan bagi organisasi yang lebih berdaya guna dalam pengabdian kepada bangsa dan negara.
Secara eksternal, tentu NU memiliki grafik positif. Salah satu bukti yaitu survei litbang Kompas yang dirilis 31 Januari 2025 (NU dan kiprahnya yang terus dinanti). Peran NU akan selalu beriringan dengan peran kebangsaannya. Citra ini yang terus melekat di masyarakat. Hal ini harus dipertahankan dengan cara membangun komitmen dalam internal NU, membangun gagasan-gagasan besar dalam internal NU. Dipojok lain, masih ada juga pembenci NU yang terus mendorong agar NU jatuh dalam kuburan kebesarannya. Mereka juga datang dari kelompok yang mengaku NU namun mengkerdilkan NU, datang dari kelompok yang tidak sepaham dengan NU baik dari sisi keagamaan, kebudayaan, kebangsaaan yang dipertahankan NU. Mereka terus mencari celah agar NU hancur. Ini perlu diwaspadai.
Menyambut Konfercab NU Kota Bogor harus dengan senang dan riang gembira. Sambutan hangat tentu akan selalu diwarnai dengan "humor-humor/joke" yang mencerdaskan dalam situasi apapun di Konfercab. Hal-hal kecil bisa menjadi ladang syukur bagi para peserta, segala suguhan dan hidangan juga menjadi rasa syukur bagi peserta. Tentunya berkumpulnya para Ajengan, Kiai, Ulama dan juga para jamaah di arena Konfercab merupakan sebuah momentum yang langka dan penuh keberkahan.
Saking langkanya, sebaiknya ketegangan karena perbedaan pandangan dan prinsip itu juga harus di lelehkan untuk menunjukkan takdzim kepada para Ulama. Siapapun pemimpinnya, organisasi akan berjalan. Jangan sampai merasa penting diri di NU. Jika ingin eksis dengan mengaktualisasikan secara penuh di organisasi dapat mengajukan dalam kepengurusan nanti, berkhidmat dengan totalitas.
Di Ponpes Al Umm Pagentongan tersebut kami berharap semoga menghasilkan gagasan dan juga keputusan yang mulia dan dapat dipertanggungjawabkan.
Bogor, 26 Februari 2025/26 Sya'ban 1446 H
Tidak ada komentar:
Posting Komentar