Memang sedikit bombastis judul opini/gagasan ini. Tetapi setelah melalui perenungan yang matang, memang tidak salah lagi dan tepat jika Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) merupakan aset besar dan investasi besar bangsa Indonesia setelah 15 tahun Indonesia merdeka.
Bermula dari para pelajar-pelajar Nahdlatul Ulama (NU) yang kritis dan juga progresif yang tercatat kurang lebih 13 orang pendiri PMII yang merupakan keputusan Konbes Kaliurang yaitu Sahabat Cholid Mawardi (Jakarta), Said Budairy (Jakarta), M Sobich Ubaid (Jakarta), M Makmun Syukri BA (Bandung), Hilman (Bandung), H Ismail Makky (Yogyakarta), Munsif Nahrawi (Yogyakarta), Nuril Huda Suady HA (Surakarta), Laily Mansur (Surakarta), Abd Wahad Jailani (Semarang), Hisbullah Huda (Surabaya), M Cholid Narbuko (Malang), Ahmad Husain (Makassar) (Sumber: https://nu.or.id/fragmen/sejarah-lahirnya-pmii-q8TLb) mereka semua bergerak dalam tataran konsep dan gagasan tentang organisasi mahasiswa yang merupakan wadah bagi pelajar dan mahasiswa berlatar belakang NU. Maka musyawarah di Surabaya 14-16 April 1960 yang memutuskan pemberian nama Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) dan penyusunan Peraturan Dasar PMII, yang dinyatakan mulai berlaku pada 17 April. Tanggal inilah yang digunakan sebagai peringatan hari lahir PMII.
Sejarah PMII tidaklah lekang oleh waktu, dan terus banyak produksi tulisan dan gagasan dari para kader-kadernya. Maka sisi lain yang masih terus kita nikmati yaitu gagasan-gagasan pembacaan PMII dalam situasi sosial akan terus tepat. Mereka dapat memotret situasi geopolitik dan menterjemahkan kedalam pembacaan nasional dan lokal dengan tetap mengedepankan "local knowladge"nya yaitu sebagai kader yang bernafaskan islam aswaja (ahlussunnah wal jamaah) annahdliyyah . Tidak heran apabila PMII akan terus menggagas perubahan besar, mendobrak sekat-sekat hegemoni kekuasaan yang saat ini terus menggenggam erat suara-suara sumbang yang seharusnya menjadi khasanah demokrasi Indonesia.
PMII Dulu, Sekarang, dan yang Akan Datang
PMII yang kita kenal sekarang tentulah berbeda dengan PMII yang dulu. Benar dan bukan hal yang aneh, sebab PMII yang dulu akan terus menjadi patron atas semangat pergerakannya. Semangat yang tiada padam, sebagaimana api obor yang ditularkan dari generasi ke generasi. Disisi lain gagasan dan pemikiran yang progresif, menjadi ladang semangat para kader untuk mempelajari dan meneliti pemikiran tersebut sehingga dapat bermetaforsa untuk menjadi energi baru/bekal bagi generasi sekarang.
Sudah pernah membaca buku Fragmen Sejarah NU: Menyambung Akar Budaya Nusantara yang ditulis oleh KH. Abdul Mun'im DZ cetakan pertama tahun 2017? Dikorasan dua gerak organisasi: khidmah bukan perayaan halaman 83, Abdul Munim ingin menyatakan bahwa sejarah PMII juga mengalami pemaksanaan independensi oleh orde baru. Sebab saat itu PMII itu lahir dari barisan intelektual muda yang sangat berarti, menurut KH. IDham Chalid bahwa kalau NU itu ibadat badan, maka PMII adalah kepalanya. Maka PMII bagi NU merupakan kekuatan intelektual sebagai penggerak pemikiran. Keren bukan sahabat.
Selanjutnya, catatan yang didokumentasikan Abdul Munim orde baru setelah memretheli atau membersihkan NU secara sosial dan politik termasuk ekonominya, lanjut mengurung Anshor, Fatayat, IPNU dengan mainan politik diluar, baru kemudian PMII sebagai target operasi khusus dengan memisahkan PMII dari NU karena PMII dan NU ada dua sisi mata uang.
Kenapa dipisah dari NU? Pertama, disebarkan bahwa PMII adalah kelompok intelektual bebas dan kreatif, jika dibawah naungan NU maka tidak akan berkembang karena dibawah organisasi konservatif dan tradisional. Kedua, NU akan menghambat pembangunan nasional sebab bersifat tradisional dan tidak berkompeten dalam menjalankan pembangunan sehingga PMII didorong keluar dari NU agar bisa menjadi organisasi yang modern, dinamis, dan kritits sejajar dengna gerakan mahasiswa lain .
Namun saya memberikan catatan bahwa tidak semua kader setuju dengan catatan Abdul Munim tersebut dengan dalih bahwa selama ini PMII tetap maju meskipun tidak dibawah naungan NU. Walaupun benar juga, bahwa orde baru berhasil memenggal kepala NU sehingga NU kehilangan pemikir yang selama ini dibanggakan. Dengan tidak lagi menjadi bagian NU, maka posisi PMII juga menjadi lemah, tidak ada kekuatan besar yuang melindunginya lalu dimasukkan dalam wadah Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) oleh orde baru. Ngeri-ngeri sedap dijamannya bukan?
Obor perjuangan dan pergerakan para pendahulu PMII juga pasti ada campur tangan teknologi. Bumbu-bumbu teknologi memang tidak dipungkiri dijamannya, sebagaimana PMII selalu berdampingan dengan teknologi. Mulai dari teknologi komputer, laptop, alat komunikasi, media masa baik cetak dan elektronik, transportasi, dan media teknologi yang lain yang terus berubah hingga kini dan kita anggap lebih canggih untuk mengawal proses perubahan sosial politik bangsa Indonesia.
Kemudian PMII sekarang sudah beradaptasi dengan teknologi itu semua. Hanya saja perlu ada perenungan kembali, bahwa teknologi itu tidak memiliki "hati nurani". Munculnya gerakan-gerakan mahasiswa itu karena hati nurani yang tidak bisa melihat ketimpangan, ketidak adilan yang terjadi di masyarakat karena manajemen maupun matinya akal sehat para pemimpin yang tidak memahami situasi dan kondisi masyarakatnya. Berikut dengan akumulasinya.
Disitulah PMII hadir. Satu orang, dua orang, ataupun sejuta orang yang melihat realita itu pasti kader-kader terbaik akan berjuang melawan arus untuk mendapatkan hasil yang diperjuangkan. Sebagaimana kita lihat sekarang, ketimpangan pembangunan, kapitalisme, oligarki, korupsi merajalela. Negara tak berdaya melawan mereka para perusak bangsa. Politik belah bambu digunakan secara tersistem dan mengakar, dimana antara yang Haq dan Bathil sulit dibedakan. Kader PMII sekarang harus jeli dan lebih teliti.
Dimasa yang akan datang, PMII terus akan subur dengan kader-kader terbaik. Mereka menguasai semua lini. Bukan omong kosong, sebab peluru-peluru hasil analisis sosial itu telah mengenai mereka kader-kader yang siap didistribusikan dalam lini-lini tersebut. Jangan heran jika PMII yang akan datang bermetamorfosis menjadi gerakan perlawanan yang elegan dan menjadi garda terdepan bangsa Indonesia. Sebab Indonesia adalah nafasnya.
Harlah Ke-65 Tahun di 17 April 2025
Bermunculan rasa yang sama, saat melihat para kader dan alumni mengucapkan selamat ulang tahun (harlah) untuk PMII. Rasa cinta, bangga, namun menitipkan sejuta harapan dan cita-cita untuk para kader. Tidak terasa sudah 65 tahun umurnya, umur yang sudah tua dan terus dipacu dengan waktu dan situasi yang terkadang hanya berputar-putar (itu lagi-itu lagi). Padahal segala daya upaya pikiran, tenaga dan bahwa harta dicurahkan untuk menjawab soal-soal itu juga, politik, ekonomi, budaya, sosial, hingga tematik-tematik lainnya.
Pernah membaca buku teologi pembebasannya Michael Lowy? buku sejak kuliah ini masih tersimpan. Dalam bukunya salah satu poin penting yaitu banyak tokoh dan masyarakat yang beragama acuh atas situasi ditengah arus gelombang yang menyeret masyarakat pada ketimpangan, sehingga seolah peran agama hanya sebatas peran rohani individu-individu bukan pada peran untuk menggerakkan revolusi dari penjajahan semua lini. Terkait bacaan itu, abaikan isi buku terkait gerakan gereja dengan semua ordo yang ada dalam pergulatan revolusi dunia.
Saya ingin mengatakan bahwa kader-kader PMII dan alumni yang jumlahnya sangat banyak ini perlu kembali mengartikulasikan diri/mencari kembali jalan kebenaran dari sebuah arti pergerakan berasaskan Islam Ahlussunnah Wal Jamaah. Teori-teori pembebasan itu hanya sebagai letupan dalam mengambil nilai-nilai positif dari sebuah pemikiran dan gerakan orang-orang bergelut dalam medan sosial masyarakat bahkan negara.
Peran-peran penting yang dikuasi kader PMII dan alumni harus diambil dan direbut dengan tetap menggunakan kaidah dan akhlak yang benar. Tidak butuh berfikir panjang untuk menguasainya, hanya butuh strategi mundur selangkah, maju selangkah, dan lari dengan langkah pasti. Seperti prinsip memenangkan perang dari Sun Tsu yaitu Attack is the secret of defense, defense is the planning of an attack (Serangan adalah rahasia pertahanan, pertahanan adalah perencanaan serangan) maka kader PMII di usia 65 tahun ini setidaknya secara teroganisir dapat mengeluarkan serangan-serangan yang telah direncanakan.
Serangan yang direncanakan ini harus kembali membuka litelatur-litelatur yang sudah disusun, diterapkan dan digunakan para kader (sebenarnya). Namun hanya belum mengetahui bagaimana menggunakannya secara teroganisir. Ini bukan hanya di organisasi PMII saja, namun organisasi gerakan lain juga memiliki masalah yang sama. Sehingga tidak heran seolah-olah stagnan.
Harapan diusia cukup matang atau lebih dari setengah abad ini, PMII perlu menarik benang birunya memberikan lampu kuning untuk kader-kader potensialnya agar:
1) Menorehkan tinta emas disemua lini dan sektor
2) Membukukan gerakan-gerakan perubahan yang dilaluinya
3) Mencangkok gerakan perubahan kedalam sistem pemerintahan agar dapat diarusutamakan menjadi role model
4) Mendidik kader tidak dalam satu sektor dan gerbong seperti politik saja, tapi diseluruh sektor
Dengan demikian, PMII akan menjadi kawah candradimuka bangsa Indonesia, investasinya tidak sia-sia. Menuju Indonesia emas bukan hanya isapan jempol belaka. Tentu dibarengi dengan nilai-nilai hasil dzikir, fikir, dan amal sholeh yang harus digaungkan agar tidak tersesat dijalan para kadernya.
Selamat harlah PMII ke 65 tahun (17 April 1960 s.d 17 April 2025) semoga tetap tumbuh subur kader PMII dengan inovasi-inovasi perubahannya. Sesuai dengan tema yang diusung "Generasi Hebat, Penggerak Perubahan". Tangan terkepal dan maju kemuka. Hidup Mahasiswa....!!!
Bogor, 17 April 2025/17 Syawal 1446 H.
Alfaqir: Faridh Almuhayat Uhib H., S.Hut., M.Si [Ketua PMII Komisariat Universitas Lampung/Bojonegoro Masa Khidmat 2007-2008]
Tulisan di publish di NU Online Lampung:
https://lampung.nu.or.id/opini/65-tahun-pmii-investasi-besar-bangsa-indonesia-V2CQx
Tidak ada komentar:
Posting Komentar