Mukadimah
Alhamdulillah, pujian bagi Allah
SWT yang telah membimbing kita dalam jalan dinnul Islam. Sebab dengan rahmat
dan hidayahNya alam semesta begerak dalam porosnya, makhluk-makhluk bergerak
dalam jalannya, dan itulah kedigdayaan Maha Digdaya, Raja para raja, Penguasa
para penguasa, Dia Maha Segala.
Allah SWT berfirman dalam surat
Al-Waqi’ah ayat 4-6 yang artinya: "Apabila bumi digoncangkan
sedahsyat-dahsyatnya. Dan gunung-gunung dihancur luluhkan seluluh-luluhnya.
Maka jadilah ia debu yang beterbangan. ”. Dalam surat Al-Hujarat ayat 15
Allah SWT berfirman: "Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu
hanyalah orang-orang yang percaya (beriman) kepada Allah dan Rasul-Nya,
kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjuang (berjihad) dengan harta dan
jiwa mereka pada jalan Allah. Mereka itulah orang-orang yang benar ".
Kutipan dua firman Allah dalam Alquran tersebut ingin penulis gambarkan bahwa
kita semua akan menemui sebuah peristiwa dahsyat yang semua akan dialami oleh
ciptaan Allah. Kita bukanlah siapa-siapa, tidak ada artinya dihadapan Allah
SWT, bahkan hanya penyesalan yang ada dalam peristiwa tersebut. Maka kita
diingatkan dalam firman kedua diatas, saat kita berpegang teguh dengan iman
yang kuat dan berjuang dalam jalanNya, maka kita termasuk dalam golongan yang
beruntung sebab jalan tersebut adalah benar. Benar sebagaimana yang Allah
kehendaki, Rasulullah contohkan, dan pewaris-pewarisnya yang mengajarkan
bertindak benar dalam setiap waktu.
Sewajarnya, manusia
berlomba-lomba dalam kebaikan, sebagaimana tujuan Nahdlatul Ulama (NU)
didirikan oleh para waliyullah dan para alim serta ulama yaitu menjaga dan
mengembangkan ajaran Islam Ahlussunnah wal Jama'ah (Aswaja) serta
memperjuangkan kemaslahatan umat, bangsa, dan negara. Semangat mencapai tujuan
tersebut dimiliki oleh anggota NU hingga kini, baik struktural maupun kultural,
dan jamaah (nahdliyyin). Walaupun terkadang dinamika dan godaan dipertengahan
jalan sangat tinggi, itulah bunga-bunga kehidupan. Kita kembali meresapi
bai'at-bai'at yang telah kita ikrarkan bersama saat menjadi kader NU, baik
dalam pengurus maupun di dalam banom-banom yang berada dibawah naungan NU.
Bagi pengurus, baiat Pengurus NU
menggunakan kalimat syahadatain dan atau kutipan-kutipan ayat Al-Qur'an
berdampak mengikat para pengurus. Dengan berbaiat, berarti pengurus telah
berjanji untuk melaksanakan amanah organisasi. Dengan demikian, jika para
pengurus yang telah berbaiat ini mangkir atau tidak melaksanakan janjinya, maka
berarti ia terkena hukum orang yang ingkar janji. Berat atau ringannya
tanggungan bergantung pada tingkat janji yang diingkari. Namun karena baiat NU
tidak pernah menggunakan kata-kata sumpah, maka para pengurus yang tidak aktif,
tidak sampai terkena hukum ingkar sumpah. Sedangkan hukum ingkar janji dalam
Madzhab Syafi'iyah adalah makruh tanzih. Selama tidak berupa pengingkaran
hal-hal yang prinsipil, maka tidak sampai terkena hukum haram. (Sumber:https://nu.or.id/warta/hukum-baiat-pengurus-nu-adalah-hukum-janji-CCZGd).
Antara Kewajiban dan Panggilan
Kader
Dalam tulisan sebelumnya saya
mengatakan bahwa 9 perintah kader itu sudah dapat menjadi program terstruktur.
Kaderisasi yang matang bukan hanya memperkuat organisasi, namun juga memperkuat
tali ukhuwah insaniyah & batiniyah. Kewajiban sebagai organisasi yang harus
terus berjalan, siapapun pemainnya harus menjalankan gerbong yang
ditumpanginya. Termasuk lailatul ijtima' (LI). Agenda yang dianggap
sepele, dipandang sebelah mata namun inilah pertemuan yang diimpikan oleh para
kader-kader. Disaat banyak organisasi melakukan konsolidasi diwaktu siang (nahr),
maka NU melakukan konsolidasi saat malam hari (lail), bukan berarti
konsolidasi di waktu siang adalah kesalahan, namun lebih pada penekanan di saat malam hari ini sebagai
waktu yang tepat untuk mendiskusikan, memecahkan masalah-masalah keummatan
melalui organisasi NU.
Masalah-masalah yang sulit dan
bersifat umum/terdapat diberbagai tempat, NU memiliki agenda juga yang disebut
dengan Bahtsul Masail, namun untuk masalah lokal dapat diselesaikan
dengan diselenggarakannya LI. LI sebagai jawaban atas banyak permasalahan umat,
maka jika ini menjadi sarana konsolidasi kader akan menjadikan NU lebih
diterima oleh masyarakat. Tentu kehadiran NU bukan hanya saat tokoh-tokohnya saja
saat berdakwah atau berceramah disana-sini, namun kehadirannya seperti ibu-ibu belanja
di pasar/toserba dimana saat menginginkan suatu kebutuhan, mereka bisa
mendapatkannya dengan mudah. Dalam hal ini NU konteksnya lebih luas.
Kembali ke dalam sistem
kaderisasi NU, bahwa antara kewajiban sebagai pengurus harus menjalankan roda
organisasi, dan panggilan kader untuk bergerak dalam orbit yang sama, maka LI
dapat dikatakan sebagai sarana untuk kaderisasi para jamaah, entah kaderisasi
bersifat formal maupun non formal. Pada kenyataannya, LI banyak diikuti oleh
para jamaah yang belum mengikuti pengkaderan, namun mereka memahami gerak dan tugas
NU di masyarakat.
Atau dapat dikatakan bahwa LI ini
sebagai sarana kader NU untuk men jamiiyyah kan jamaah dan menjamaahkan
jamiiyyah . Artinya secara perlahan para jamaah untuk dapat masuk dalam NU
secara kaffah, dan juga membumikan NU kepada jamaah yang selama ini belum
memahami secara utuh tentan NU. Inilah fungsi-fungsi organisasi. Dengan
demikian tugas kader NU tidak sebatas pada menjadi pengurus saja, namun
bergerak secara dinamis dengan aturan organisasi untuk NU baik formal maupun
non formal.
Penguatan Organisasi
NU sebagai sebuah organisasi
tidak hanya sebagai penjaga syariat Islam, namun juga menjaga bangsa dan negara
Indonesia. Ada yang mengatakan bahwa jika ingin merusak Indonesia, maka
rusaklah NU terlebih dahulu. Hal tersebut sudah terdengar barangkali olah para
perusuh negeri ini. Sehingga NU menjadi target sasaran bagi para perongrong.
Apakah ada? Banyak. Dalam bingkai Islam saja NU sering menjadi tameng bagi
ideologi-ideologi trans-nasional. Contoh ideologi ekstrim kiri dan ekstrim kanan.
Saat ekstrim kiri berkuasa, NU punya peran dengan lihainya untuk menguatkan
pemerintahan agar kembali pada jalan yang lurus, ataupun sebaliknya ekstim
kanan yang menarik agama menjadi formalisasi dalam kehidupan bernegara dengan
mengabaikan pemeluk lain bahkan pemeluk agama Islam itu sendiri. Hingga kini.
Ideologi tersebut "dorman", namun juga hidup sel-selnya merayap
dengan berbagai wujud. Hingga terkadang kita sendiri terkecoh.
Penguatan organisasi melalui LI
adalah sebuah gerakan tepat, akan tetapi NU harus menjadi organisasi yang dapat
bermetamorfosa menjadi organisasi yang modern, maju, kuat secara manajemen dan tidak
meninggalkan akidah Aswajanya. Jangan goyah. Terus bumikan Aswaja Annahdliyyah
sebagai akidah yang mu'tabar dengan tetap mempertahankan tradisi budaya
nusantara tidak terpengaruh dengan tradisi luar. Seperti Ir. Sukarno katakan
"jika jadi orang islam jangan menjadi orang Arab", artinya
tetaplah menjadi islam yang sejati tanpa harus mengikuti budaya orang Arab
walaupun serangan budaya Arab sedang melanda masyarakat Islam kita saat ini
hingga tertipu seolah-olah yang berbau Arab adalah ajaran Nabi Muhammad hingga ada
klaim sebagai keturunannya yang terkadang disalah gunakan untuk memperbudak
masyarakat Islam di Nusantara ini.
NU harus kuat melalui para kader
penggeraknya yang dalam kesunyian mereka bergerak tanpa pamrih. Terimakasih
para muharik NU, semoga Allah SWT memberikan imbalan dunia dan akhirat yang
abadi berkumpul bersama kiyai, alim, ulama para muassis dan penggerak NU yang
ikhlas dalam pengabdian.
Bogor, 28 Juli 2025
Alfaqir Faridh Almuhayat Uhib H.
Wakil Katib MWCNU Bogor Utara