Senin, 28 Juli 2025

LAILATUL IJTIMA': JALAN SUNYI PENGUATAN ORGANISASI


Mukadimah

Alhamdulillah, pujian bagi Allah SWT yang telah membimbing kita dalam jalan dinnul Islam. Sebab dengan rahmat dan hidayahNya alam semesta begerak dalam porosnya, makhluk-makhluk bergerak dalam jalannya, dan itulah kedigdayaan Maha Digdaya, Raja para raja, Penguasa para penguasa, Dia Maha Segala.

Allah SWT berfirman dalam surat Al-Waqi’ah ayat 4-6 yang artinya: "Apabila bumi digoncangkan sedahsyat-dahsyatnya. Dan gunung-gunung dihancur luluhkan seluluh-luluhnya. Maka jadilah ia debu yang beterbangan. ”. Dalam surat Al-Hujarat ayat 15 Allah SWT berfirman: "Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu hanyalah orang-orang yang percaya (beriman) kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjuang (berjihad) dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah. Mereka itulah orang-orang yang benar ". Kutipan dua firman Allah dalam Alquran tersebut ingin penulis gambarkan bahwa kita semua akan menemui sebuah peristiwa dahsyat yang semua akan dialami oleh ciptaan Allah. Kita bukanlah siapa-siapa, tidak ada artinya dihadapan Allah SWT, bahkan hanya penyesalan yang ada dalam peristiwa tersebut. Maka kita diingatkan dalam firman kedua diatas, saat kita berpegang teguh dengan iman yang kuat dan berjuang dalam jalanNya, maka kita termasuk dalam golongan yang beruntung sebab jalan tersebut adalah benar. Benar sebagaimana yang Allah kehendaki, Rasulullah contohkan, dan pewaris-pewarisnya yang mengajarkan bertindak benar dalam setiap waktu.

Sewajarnya, manusia berlomba-lomba dalam kebaikan, sebagaimana tujuan Nahdlatul Ulama (NU) didirikan oleh para waliyullah dan para alim serta ulama yaitu menjaga dan mengembangkan ajaran Islam Ahlussunnah wal Jama'ah (Aswaja) serta memperjuangkan kemaslahatan umat, bangsa, dan negara. Semangat mencapai tujuan tersebut dimiliki oleh anggota NU hingga kini, baik struktural maupun kultural, dan jamaah (nahdliyyin). Walaupun terkadang dinamika dan godaan dipertengahan jalan sangat tinggi, itulah bunga-bunga kehidupan. Kita kembali meresapi bai'at-bai'at yang telah kita ikrarkan bersama saat menjadi kader NU, baik dalam pengurus maupun di dalam banom-banom yang berada dibawah naungan NU.

Bagi pengurus, baiat Pengurus NU menggunakan kalimat syahadatain dan atau kutipan-kutipan ayat Al-Qur'an berdampak mengikat para pengurus. Dengan berbaiat, berarti pengurus telah berjanji untuk melaksanakan amanah organisasi. Dengan demikian, jika para pengurus yang telah berbaiat ini mangkir atau tidak melaksanakan janjinya, maka berarti ia terkena hukum orang yang ingkar janji. Berat atau ringannya tanggungan bergantung pada tingkat janji yang diingkari. Namun karena baiat NU tidak pernah menggunakan kata-kata sumpah, maka para pengurus yang tidak aktif, tidak sampai terkena hukum ingkar sumpah. Sedangkan hukum ingkar janji dalam Madzhab Syafi'iyah adalah makruh tanzih. Selama tidak berupa pengingkaran hal-hal yang prinsipil, maka tidak sampai terkena hukum haram. (Sumber:https://nu.or.id/warta/hukum-baiat-pengurus-nu-adalah-hukum-janji-CCZGd).

 

Antara Kewajiban dan Panggilan Kader

Dalam tulisan sebelumnya saya mengatakan bahwa 9 perintah kader itu sudah dapat menjadi program terstruktur. Kaderisasi yang matang bukan hanya memperkuat organisasi, namun juga memperkuat tali ukhuwah insaniyah & batiniyah. Kewajiban sebagai organisasi yang harus terus berjalan, siapapun pemainnya harus menjalankan gerbong yang ditumpanginya. Termasuk lailatul ijtima' (LI). Agenda yang dianggap sepele, dipandang sebelah mata namun inilah pertemuan yang diimpikan oleh para kader-kader. Disaat banyak organisasi melakukan konsolidasi diwaktu siang (nahr), maka NU melakukan konsolidasi saat malam hari (lail), bukan berarti konsolidasi di waktu siang adalah kesalahan, namun lebih pada  penekanan di saat malam hari ini sebagai waktu yang tepat untuk mendiskusikan, memecahkan masalah-masalah keummatan melalui organisasi NU.

Masalah-masalah yang sulit dan bersifat umum/terdapat diberbagai tempat, NU memiliki agenda juga yang disebut dengan Bahtsul Masail, namun untuk masalah lokal dapat diselesaikan dengan diselenggarakannya LI. LI sebagai jawaban atas banyak permasalahan umat, maka jika ini menjadi sarana konsolidasi kader akan menjadikan NU lebih diterima oleh masyarakat. Tentu kehadiran NU bukan hanya saat tokoh-tokohnya saja saat berdakwah atau berceramah disana-sini, namun kehadirannya seperti ibu-ibu belanja di pasar/toserba dimana saat menginginkan suatu kebutuhan, mereka bisa mendapatkannya dengan mudah. Dalam hal ini NU konteksnya lebih luas.

Kembali ke dalam sistem kaderisasi NU, bahwa antara kewajiban sebagai pengurus harus menjalankan roda organisasi, dan panggilan kader untuk bergerak dalam orbit yang sama, maka LI dapat dikatakan sebagai sarana untuk kaderisasi para jamaah, entah kaderisasi bersifat formal maupun non formal. Pada kenyataannya, LI banyak diikuti oleh para jamaah yang belum mengikuti pengkaderan, namun mereka memahami gerak dan tugas NU di masyarakat.

Atau dapat dikatakan bahwa LI ini sebagai sarana kader NU untuk men jamiiyyah kan jamaah dan menjamaahkan jamiiyyah . Artinya secara perlahan para jamaah untuk dapat masuk dalam NU secara kaffah, dan juga membumikan NU kepada jamaah yang selama ini belum memahami secara utuh tentan NU. Inilah fungsi-fungsi organisasi. Dengan demikian tugas kader NU tidak sebatas pada menjadi pengurus saja, namun bergerak secara dinamis dengan aturan organisasi untuk NU baik formal maupun non formal.

 

Penguatan Organisasi

NU sebagai sebuah organisasi tidak hanya sebagai penjaga syariat Islam, namun juga menjaga bangsa dan negara Indonesia. Ada yang mengatakan bahwa jika ingin merusak Indonesia, maka rusaklah NU terlebih dahulu. Hal tersebut sudah terdengar barangkali olah para perusuh negeri ini. Sehingga NU menjadi target sasaran bagi para perongrong. Apakah ada? Banyak. Dalam bingkai Islam saja NU sering menjadi tameng bagi ideologi-ideologi trans-nasional. Contoh ideologi ekstrim kiri dan ekstrim kanan. Saat ekstrim kiri berkuasa, NU punya peran dengan lihainya untuk menguatkan pemerintahan agar kembali pada jalan yang lurus, ataupun sebaliknya ekstim kanan yang menarik agama menjadi formalisasi dalam kehidupan bernegara dengan mengabaikan pemeluk lain bahkan pemeluk agama Islam itu sendiri. Hingga kini. Ideologi tersebut "dorman", namun juga hidup sel-selnya merayap dengan berbagai wujud. Hingga terkadang kita sendiri terkecoh.

Penguatan organisasi melalui LI adalah sebuah gerakan tepat, akan tetapi NU harus menjadi organisasi yang dapat bermetamorfosa menjadi organisasi yang modern, maju, kuat secara manajemen dan tidak meninggalkan akidah Aswajanya. Jangan goyah. Terus bumikan Aswaja Annahdliyyah sebagai akidah yang mu'tabar dengan tetap mempertahankan tradisi budaya nusantara tidak terpengaruh dengan tradisi luar. Seperti Ir. Sukarno katakan "jika jadi orang islam jangan menjadi orang Arab", artinya tetaplah menjadi islam yang sejati tanpa harus mengikuti budaya orang Arab walaupun serangan budaya Arab sedang melanda masyarakat Islam kita saat ini hingga tertipu seolah-olah yang berbau Arab adalah ajaran Nabi Muhammad hingga ada klaim sebagai keturunannya yang terkadang disalah gunakan untuk memperbudak masyarakat Islam di Nusantara ini.

NU harus kuat melalui para kader penggeraknya yang dalam kesunyian mereka bergerak tanpa pamrih. Terimakasih para muharik NU, semoga Allah SWT memberikan imbalan dunia dan akhirat yang abadi berkumpul bersama kiyai, alim, ulama para muassis dan penggerak NU yang ikhlas dalam pengabdian.

 

Bogor, 28 Juli 2025

Alfaqir Faridh Almuhayat Uhib H.

Wakil Katib MWCNU Bogor Utara

Tidak ada komentar:

Posting Komentar