Peran Kader
Kader-kader penggerak menjadi ruh dalam situasi apapun di tubuh organisasi Nahdlatul Ulama (NU). Sebab kader tidak mengenal situasi organisasi yang mandeg, vakum, ataupun sangat aktif sekalipun. Sebab kader merupakan jiwa-jiwa yang terpanggil untuk NU agar tetap menjadi pengayom dan pemberi pencerahan di tengah ummat dan masyarakat.
NU Ciparigi contohnya, perjalanan waktu yang penulis amati ثُمَّ لَا يَمُوتُ فِيهَا وَلَا يَحْيَىٰ / dikatan antara ada dan tiada atau mati tidak hidup-pun enggan seperti itu. Sejak tahun 2017-2021 pengurus ada namun tidak ada yang bergerak, ada juga yang mengaku-ngaku NU tahun harokah minhum seperti condong ke HTI, FPI, PKS, atau spektrum lebih luas pengikut 212. Sehingga NU hanya dijadikan kendaraan saat membutuhkan legitimasi kebesaran sebagai "tokoh/kiai/ajengan" di dalam mengumpulkan masa, kemudian digunakan untuk mendorong kepentingan politik kaum minhum. NU akhirnya terseret. Wajar di periode ini berat karena perang ideologis. Penulis juga pernah menjadi tameng organisasi yang saat itu NU sedang memposisikan diri sebagai tameng/benteng NKRI dalam hal mempertahankan NKRI dari ideologi kaum sumbu pendek yang menginginkan NKRI bersyariah atau Khilafah atau boleh dikatakan kaum formalisasi agama dalam kehidupan negara.
Jika diamati lebih dalam, bukankah Ciparigi banyak gudang majelis-majelis dzikir dam maulid, banyak kiai dan santri yang hemat saya kemana mereka semua yang dalam kajian-kajian yang disampaikan untuk menggerakkan umat islam agar lebih mapan, mandiri, kerja keras, menjadi benteng pertahanan akhlak ditengah gempuran arus globalisasi ini? organisasi NU tenggelam, tidak disyiarkan sebagai media dan sarana untuk bersatunya umat Islam di Ciparigi agar lebih kokoh dalam menghadapi arus dunia global saat ini. Entah lupa, atau masih ada trauma dalam berdinamika di organisasi NU sehingga NU sebatas memori yang dihadirkan saat-saat tertentu.
Kemudian sejak tahun 2021-2025, NU Ciparigi mulai bergeliat walaupun hanya sebatas satu-dua orang saja. Jika dikatakan banyak, sebenarnya sangat banyak, namun ketika diajak untuk bergabung dalam NU seribu satu alasan sehingga mereka pasti tidak akan efektif/aktif untuk menggerakkan NU di Ciparigi. Ekspektasi tinggi, sebab beliau-beliau sangat berkelas dan memiliki latar belakang, seperti ilmu diperoleh dari pesantren sehingga dengan kitab gundulnya/tafsirnya/pengamalan ilmunya pasti sudah dimiliki. Begitu pula secara budaya banyak diterima masyarakat setempat. Intinya ilmu agama dan perannya di tengah masyarakat sangat dibutuhkan.
Harapan yang Tumbuh
Walhasil, tahun 2024-2025 ini kita dipertemukan dalam berbagai forum silturahim baik formal maupun non formal. Bahasa jawanya "gethok tular" alias dari mulut kemulut/rekomendasi seseorang untuk dipertemukan dan diajak berkomunikasi untuk bersama-sama menjadi bagian dari penggerak NU. Puji syukur kehadirat Allah SWT, kehadiran para penggerak NU itu datangnya misteri, ada dari kalangan biasa-biasa saja, ada dari kalangan ustadz yang ingin aktif di NU, ada yang dari anak kiai/ajengan, ada yang dari lulusan pondok pesantren, ada yang dari kalangan guru/karyawan, dll. Do'a para Ulama dikabulkan Allah, sebagaimana invetasi doa KH. Muhammad Hasyim Asy'ari yang mendoakan agar para ulama tergerak hatinya bersama-sama bergabung dalam jamiiyyah yang diridhai Allah SWT yaitu NU.
Harapan tumbuh, NU Ciparigi kini terlihat bergeliat kembali, dari situasi yang ada di wilayahnya saat ini menjadi tantangan bagi para "muharik" untuk mengembangkan sayapnya dan berdiri kokoh untuk mengatakan dengan lantang "aku orang NU". Artinya siap dzahiran wa batinan mensyiarkan Islam Ahlussunnah Waljamaah Annahdliyyah ditengah masyarakat Ciparigi yang haus akan ilmu agama Islam sebagaimana yang telah diajarkan para Ulama Nusantara.
Pelan tapi pasti, program dan kajian yang di adakan NU Ciparigi pasti akan menjadi magnet. Kibar bendera dan plangisasi hingga rumah-rumah kader pasti akan tercapai. Lambat laut penggerak dan jamaah NU Ciparigi dapat mengatakan bahwa sebagai warga NU setidaknya ada empat ciri khasnya (Sumber: www.nu.or.id) yaitu: Pertama, terkait Amaliah (cara beribadah). Bahwa NU merupakan organisasi Islam yang mengusung ideologi Aswaja serta menjaga kemurnian islam dengan berpegang pada Al-Qur'an, sunah Nabi, dan para sahabat dengan sanad keilmuan yang jelas. Dalam persoalan fiqih bermadzhab pada salah satu madzhab empat, yaitu Imam Hanafi, Imam Maliki, Imam Syafi'i dan Imam Hanbali. Dalam beraqidah sesuai dengan aqidah Islam yang diajarkan Rasulullah yang sudah dikemas rapih dalam manhaj Imam Abu Hasan al-Asy'ari dan Imam Abu Manshur al-Maturidi. Dalam bertasawuf mengikuti pendapat-pendapat yang sudah dirumuskan oleh Imam Junaidi al-Baghdadi dan Imam Al-Ghazali,
Kedua, adalah Fikrah (pemikiran). Dalam cara pandang atau berfikir, NU senantiasa mengusung nilai-nilai yang berhaluan pada konsep tasammuh (toleran), tawassuth (moderat), tawazzun (seimbang) dan ‘adalah (adil). Artinya, NU tidak condong pada pemikiran-pemikiran liberal ataupun pemikiran-pemikiran radikal. Kedepan anggota NU itu bukanlah orang yang kagetan dengan mendengar beraneka ragam pendapat dan pemikiran. Karena orang NU adalah orang yang bijak dalam merespon segala bentuk pendapat dan pemikiran. Yang butuh ditindak sekarang ya ditindak sekarang. Yang hanya berupa bualan-bualan panggung ya tidak usah diterima agar bualan-bualan itu kembali lagi kepada pembualnya itu sendiri.
Ketiga, adalah Harakah (gerakan). Menjadi NU menurutnya harus bergerak sesuai dengan cara NU. Gerakan NU yang baik adalah gerakan yang selaras dan satu koordinasi dengan keorganisasian NU. Siapapun bisa bergerak untuk NU. Bisa berjuang bersama struktural maupun hanya sebagai kultural. Maka tidak dibenarkan jika ada orang mengaku NU namun malah masuk dalam gerakan atau organisasi yang justru bertentangan dengan gerakan NU. Terlebih masuk dalam gerakan yang ingin menghancurkan NU. Maka orang yang demikian itu adalah penghianat besar.
Keempat, adalah Ghirah (semangat). Semangat ini adalah semangat juang yang menggelora dalam berkhidmat kepada NU. NU adalah rumah besar para kiai, ulama, santri dan hampir seluruh masyarakat muslim di Indonesia. Berkhidmat kepada NU berarti berkhidmat kepada kiai, ulama, serta berjuang untuk bangsa dan negara Indonesia.
Keempat kriteria tersebut jika terus disyiarkan kepada masyarakat Ciparigi, khususnya umat Islam maka NU di Ciparigi akan melekat dan menjadi mudah untuk menjadi benteng dari berbagai persoalan yang ada. Contoh, saat ada plang/papan nama NU hingga tingkat anak ranting (RT/RW), kaum minhum alias paham wahabi akan memperhitungkan cara mereka mensyiarkan ideologinya di Ciparigi. Atau saat syiar NU diterima dengan plangisasi masjid-masjid/mushola-mushola NU dimana-mana, maka tidak akan masuk paham wahabi di tempat tersebut. Sebab masifnya ajaran Aswaja ala NU akan menjadi benteng pertahanan. Tidak akan repot-repot kita menggibah soal cara dakwah mereka, tapi kita tunjukkan dengan aksi nyata.
Selamat berjuang muharik-muharik NU Ciparigi, semoga Allah meridhai dan malaikat membantu dalam perjuangan "urang sadayana". Wallahulmuwafiq ila aqwamith tharieq.
Bogor, 12 Agustus 2025 /18 Safar 1447 H
Alfaqir Faridh Almuhayat Uhib H.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar