Kamis, 26 Juni 2025

RIMBAWAN-RIMBAWAN PENENTU JALAN PEMBANGUNAN KEHUTANAN


(Sebutir debu dari tanah Pasundan untuk Himpunan Mahasiswa Kehutanan (Himasylva)/PC Sylva Indonesia Universitas Lampung di perayaan hari kelahiran 25 Juni 2025)

Berita kepulangan kehadirat Sang Pencipta, seorang sahabat/rekan/saudara satu angkatan saat menempuh jenjang Sarjana Kehutanan di Universitas Lampung (Yoshy Rizky Amalia, S.Hut-Ochi) hari Rabu tanggal 25 Juni 2025 membuat tercengang. Entah karena seperti baru kemarin melihat statusnya sedang dirawat, tak hentinya mengulurkan doa agar lekas sembuh. Tetiba pagi hari kerja berita sahabatku masuk tahap kritis, pukul 14.40 WIB kabar dari Lampung tiba dengan cepat bahwa Ochi telah tiada. _Innalillahi wainnailahi rajiun_. Kami sungguh kehilangan. Semoga Tuhan YME menerima amal kebaikan dan menghapus segala kesalahannya serta mendapat tempat terbaik disisiNya. Ia sejak mahasiswa berprestari, rajin, cerdas, aktif di organisasi, menjabat sekretaris umum Himasylva, aktif membantu acara dan perjuangan Sylva Indonesia saat selama 2 tahun Pengurus Pusat Sylva Indonesia 2008-2010 berada di Lampung. Selamat jalan kawan.

Disela kesibukan dan ternyata kelengahan itu ada, malam ini adek-adek Himasylva share sebuah link Pelatihan Mahasiswa Kehutanan Indonesia (PMKI) 2025 (https://www.youtube.com/live/ilkbloA_dPM). Ternyata di Bumi Ruwa Jurai hari ini diselenggarakan PMKI yang merupakan ivent besar Sylva Indonesia (Ikatan Mahasiswa Kehutanan Indonesia) dari tahun ke tahun. Sejak dahulu Sylva Indoensia menjadi sebuah primadona bagi mahasiswa kehutanan se-Indonesia, sebab di Sylva Indonesia banyak "candu" yang membuat para "pemikir-pemikir" kehutanan bertahan melek untuk berdialektika saat sebagian besar mahasiswa kehutanan mulai banyak yang "kupu-kupu alias kuliah pulang". Tidak heran perhelatan nasional seperti Konferensi Nasional, Seminar Nasional, Latihan Kepempinan, _Training of Trainer_, Seminar Nasional, dan perhelatan kegiatan nasional oleh Sylva Indonesia akan selalu dihadiri banyak mahasiswa kehutanan dan non kehutanan bahkan alumni serta para pihak yang ingin mengisi dan berkontribusi untuk Sylva Indonesia.

Maka, PMKI kali ini yang digelar di kampus biru Universitas Lampung tanggal 25-28 Juni 2025 oleh Himasylva adalah sebuah "ide dan aksi gila" yang penuh resiko namun rimbawan muda Unila mampu berperan, beraksi unjuk gigi bahwa mereka mampu menjadi tuan rumah PMKI. Tema yang yang diusungpun tidak main-main, yaitu _"Regenerasi Alam: Solusi Berbasis Alam Melalui Mitigasi dan Adaptasi Iklim"_. Kami bangga dengan kalian dan terimakasih rimbawan Himasylva lalu apa gerakanmu selanjutnya?


Gemuruh Buldoser vs Teriakan Rimbawan yang Tidak Bosan

Ini sebuah poin seolah bombastis. Sejak dahulu kehutanan memang seksi untuk menjadi objek tema, kadang ada juga yang sudah menjadi objek sasaran investasi lain. Era 1960an Sylva Indonesia terus menyuarakan tentang bagaimana pemerataan kualitas sumber daya manusia (SDM) dari tingkat menengah hingga sekolah tinggi atau perguruan tinggi itu dapat mengurus hutan agar tetap berkelanjutan. Di Era 1970an Sylva Indonesia bergerak dengan proses dialogis di dalam forum kongres kehutanan "teriakannya kencang" bahkan tidak jarang kata "hutan untuk kesejahteraan rakyat" selalu menggema, disisi lain hutan sebagai devisa harus dimanfaatkan secara adil. Selanjutnya di Era 1980an Sylva Indonesia berupaya bagaiamana hasil-hasil hutan bukan hanya pada objek kayu, namun juga hasil hutan bukan kayunya yang dapat dikelola maka tidak sedikit pula ijin usaha pemanfaatan hutan beredar begitu masif diberbagai daerah baik BUMNnya maupun Swastanya. Teriakan dan gelombang buldoser vs teriakan aktivis bersautan menggema diberbagai media. Era 1990an pun juga begitu. Namun era ini hutan kembali menjadi "ideologi" bahwa sudah banyak yang diusahakan namun bagitu-begitu saja. Kenapa masyarakat tetap saja belum sejahtera, lalu apakah ada salah kelola? Sylva Indonesia mendobrak sekat kemapanan dimana hutan harus dikembalikan/dipulihkan agar ekosistem berjalan normal. Era ini gelombang bencana alam menjadi pertanda yang cukup untuk kembali memulihkannya "back to forest". Tak lama kemudian gelombang reformasi menjadi titik tolak bahwa masyarakat hutan tidak boleh ditinggalkan dan mereka mulai menyuarakan akan ketimpangan-ketimpangan yang ada. Saat itu kawasan hutan banyak diserbu masyarakat untuk dijadikan ladang penghidupan. Akhirnya Sylva Indonesia memiliki cara berdialektika dengan berbagai kalangan, sehingga banyak aktivis Sylva Indonesia yang masuk dalam berbagai lini seperti kamar praktisi, LSM/NGO, lembaga donor, dll. Akhirnya pada era 2000an hingga kini, tidak sedikit kekuatan "dialog" yang dibangun oleh para aktivis menghasilkan berbagai output dalam rangka menuju visi besar kehutanan Indonesia yaitu "hutan lestari masyarakat sejehtera". Walaupun secara outcome boleh dikatakan sudah ada namun masih belum masuk dalam catatan para pegiat dimasing-masing sektor.

Singkat cerita, bahwa dua pandangan yang saling berseberangan akan tetap ada hingga saat ini, walaupun dalam perjalanannya terdapat titik temu. Misal, bagaimana skema perhutanan sosial yang sejak dahulu sudah digadang-gadang dan digaungkan hingga kini masih terus berjalan, dimana ijin pengelolaan kawasan hutan untuk masyarakat secara luasan terus ditambah dan dipercepat. Contoh tersebut juga membuat kekhawatiran dilain pihak bahwa nanti hutan akan rusak, hancur, dll. Disinilah titik temu dari proses dialog terus dilakukan sehingga pengelolaan hutan dalam dilakukan secara optimal, dan berkeadilan. Atau banyak contoh lain yang sedikit ngeri-ngeri sedap seperti ijin untuk penggunaan lain seperti kebun sawit, ataupun tambang yang secara tidak langsung memang itu ada di bawah/dasar dari hutan itu sendiri. Karena tidak dipungkiri hutan sebagai satu kesatuan ekosistem termasuk dibagian dalam tanahpun terdapat potensi sumber daya alam yang berlimpah. Tentu ini harus diatur dengan regulasi yang tepat dan demokratis.

Sylva Indonesia sebagai _agent of change_ harus mampu belajar dari situasi kesejarahan pengelolaan hutan di Indonesia dari era ke era tersebut. Sebab membaca lembaran sejarah tersebut baik apa yang terjadi, mengapa terjadi, dimana kejadian, siapa yang terlibat dan apa hasilnya, akan menjadikan "napas" para aktivis Sylva Indonesia menjadi lebih panjang dan tidak bosan-bosan. Dia tidak akan digilas oleh jaman. Maka pemikiran yang progresif terkait bagaimana kehutanan di Indonesia ini akan dikelola dan dibawa kemana, setidaknya ada arah dan jalan dalam menapaki era-era selanjutnya.


Dipersimpangan, Jangan Takut Tersesat

Tahun 2025 menjadi sebuah tahun keramat. Para punggawa kehutanan, senior, rimbawan yang menuntun kita bahkan sudah banyak yang berpulang dipanggil Sang Pencipta. Kini masih ada sisa-sisa yang mungkin masih ada api dan semangat juang yang ingin ditularkan. Atau bahkan masih ada kader-kader yang membawa api semangat juang yang saat ini masih sering menyuarakan atau bahkan sering berdiskusi disisi kita seperti kawan, sahabat, yang tanpa sekat hingga para rimbawan muda Sylva Indonesia lupa untuk "menuliskan/menorehkan" pemikiran, gagasan, aksi, praktik dan pengalaman dalam menghadapi situasi kehutanan lintas jaman tadi.

Dipersimpangan jalan jalan inilah, kedewasaan para kader Sylva Indonesia diuji baik mental maupun kecerdasan dalam "menggerakkan akal dan nurani" untuk menentukan arah pembangunan kehutanan dimasa yang akan datang. Tidak akan mungkin kembali kemasa lampu, atau ingin segera lari kemasa depan itu dengan mudah.

Meminjam istilah dalam pergulatan pemikiran pak Wiratno (2011) dalam buku tersesat dijalan yang benar itu, menurutnya yang dikatan oleh Faqih (2003) dibagian akhir benar bahwa desain pembangunan Indonesia itu produk sarjana Indonesia yang mendewakan pertumbuhan ekonomi. Sementara dunia memasuki era neo-kolonialisme, dimana dominasi dan kolonialisasi tidak lagi menggunakan kekerasan fisik tetapi dengan penjajahan teori dan ideologi. Ia melihat bahwa sarjana kehutanan tidak didesain untuk berpikir mandiri dan cenderung menerima begitu saja pandangan dominan mengenai seharusnya hutan harus dikelola bukan hanya yang mengutamakan eksploitasi dan pencapaian produksi kayu besar-besaran.

Lalu bagaimana agar jalan makin lurus. Dalam buku yang dieditori oleh Prof. Hariadi Kartodiharjo (2013) kembali ke jalan lurus, beliau mengatakan bahwa masa depan dan peluang memperbaiki kebijakan kehutanan sangat tergantung pada tumbuhnya generasi kritis yang mampu memperbaharui diskursus diberbagai bidang dan tempat pekerjaan baik dibidang pengembangan SDM, pendidikan, pelatihan, penelitian, khususnya terkait kehutanan. Banyak aspek yang harus diperbaiki bahkan digugat untuk mendapatkan pengetahuan baru terkait bagaimana kehutanan dapat menjadi sebuah subjek pendorong untuk manusia dibumi agar dapat bertahan hidup dengan tetap menjadikan hutan sebagai aspek penting dalam ruang hidup manusia.

Inilah lingkungan hidup sesungguhnya, praktik-praktik kelola ruang yang berdasarkan pada prinsip kesimbangan diutamakan agar seluruh komponen ekosistem hidup secara seimbang. Seperti tema PMKI itu, ada kata-kata _Solusi Berbasis Alam_ dimana hutan adalah bagian dari sumber daya alam. Kekuatan besar yang mampu menjaga denyut nadi kehidupan dibumi, namun juga tidak lepas dari sumber lain.

Ketersesatan itu akan terjadi jika kesombongan akan pengetahuan yang dimiliki. Seharusnya meminjam istilah yang sering dinasehatkan kepada kita sejak kecil "malu bertanya sesat di jalan". Ini mengibaratkan kita bahwa menjadi manusia itu harus jujur, apabilah memang tidak tahu, tidak paham maka bertanya kepada ahlinya. Dipersimpangan jalan kita akan menemui aktor-aktor yang telah mengetahui arah jalan selanjutnya, tidak heran jika banyak dimasa-masa transisi kepemimpinan di Indoensia akan selalu ada tinjauan terhadap rencana pembangunan, dan rancangan pembangunan. Bahkan juga telah ada jalan/peta jalan yang telah disusun oleh era/rejim sebelumnya. Ini sebagai bentuk untuk meletakkan fondasi dan arah jalan pembangunan kedepan.

Akan tetapi, kehutanan dalam hal ini harus dapat membaca arah dan tujuan dari pengelolaan sumber daya alam khususnya hutan akan dibawa kemana. Sebab cita-cita bangsa Indonesia untuk mewujudkan Indonesia Emas di tahun 2045 tidak akan tercapai jika meninggalkan jejak lingkungan yang kotor, alam rusak, udara polusi, laut tercemar, walaupun sejuti bangunan megah dan korporasi berdiri megah di negeri ini.


Selamat Harlah Himasylva, Bravo Sylva Indonesia

Sylva Indonesia tentukan jalanmu dimasa yang akan datang akan kemana, dan apa gerakanmu dalam setiap nafasmu. Sebab tidak akan ada kader-kader yang tangguh tanpa melewati pergulatan pemikiran, dinamika organisasi, inovasi dari keadaan yang dihadapi saat ini untuk lebih berarti bagi kemaslahatan kader Sylva yang lebih banyak. Di Himasylva dahulu kami ditempa, oleh dosen, senior, oleh sahabat, teman, dan masa kekeliruan berfikir, bertindak itu akan selalu ditemui. Disitulah kami dimarahi dan juga diluruskan oleh keadaan.

Rimbawan Unila sebagai pelopor pegolakan pemikiran dan gerakan di Sylva Indonesia harus mampu membuka cakrawala di era baru ini. Era yang berbada dengan masa lampau. Bukan soal teknologi saja, namun soal bagaimana menghubungkan pengetahuan lintas jaman yang telah dilalui sejak 1997-2025 (28 tahun) ini menjadi sebuah petunjuk dan arah agar kader Sylva Unila menjadi rimbawan penentu jalan pembangunan kehutanan Indonesia. Selamat harlah Himasylva ke-28.

Salam Rimbawan....!!!

Bogor, 26 Juni 2025; 00.46 WIB

Faridh Almuhayat Uhib H.

Jumat, 20 Juni 2025

TANTANGAN NU DI WILAYAH TAPAK

Dokumentasi Pribadi: Kenanagan saat peringatan hari santri tahun 2017 bersama Ketua PCNU Kota Bogor, Rois Syuriah MWCNU Bogor Utara, Ketua Tanfidz MWCNU Bogor Utara di kediaman Bapak Jatirin Anggota DPRD Kota Bogor dari Fraksi PKB.


Mukadimah

Sebagian besar masyarakat Indonesia adalah beragama Islam. Bukan karena Islam itu sebagai agama yang mendominasi atau serakah dalam urusan ketauhidan, namun Islam lebih banyak diterima dibanyak kalangan masyarakat karena metode dakwahnya yang luwes, membudaya, dan tidak menghilangkan tradisi-tradisi kebudayaan yang baik diakar rumput. Sehingga bersandingan dengan dengan bentuk apapun yang ada di masyarakat dengan penuh harmoni.

Lalu perubahan jaman dari waktu ke waktu yang begitu cepat hingga tahun 2025 ini sebagai tahun yang dianggap sudah puncak era teknologi 4.0, namun Islam masih relevan. Kita lihat banyak di kalangan kaum/masyarakat modern ingin kembali pada masa-masa lampau, mereka menemukan kegersangan dalam kehidupan. Mereka disibukkan dengan target-target pekerjaan yang tinggi, dikejar dengan urusan-urasan ekonomi hingga tak luput menyambar pada urusan privasi (keluarga). Urusan keluarga juga penting diurus, namun pada titik tertentu saat dunia canggih mengejarnya, mereka kemudian lelah dan menemukan semacam "hidayah" kembali jalan pulang sesuai kodratnya yaitu "manusia-hamba Allah SWT".

Inilah tantangan bagi kita pemegang kunci nilai-nilai keagaman (sebut: Nahdlatul Ulama). Perkumpulan Ulama, Kiai, Ajengan, atau sebutan pemuka agama Islam) yang masih tersisa dalam bingkai Islam Ahlussunnah Wal Jamaah-Annahdliyyah. Kita sebagai pengikut saja. Perkumpulan yang insya Allah diridhaiNya sebab didalamnya terdapat ilmu-ilmu agama. Ilmu yang tersimpan dalam individu-individu yang didik dengan penuh kesadaran akan tanggung jawab sebagai insan pengemban amanah agama yaitu Khalifatul Fil Ardh.  Maka dalam jamiyyah NU ini individu telah diletakkan tanggung jawab untuk mensyiarkan agama Islam dengan penuh keyakinan bahwa Islam sebagai rahmatan lil'alamin, islam sebagai petunjuk/ guiden dalam mengarungi hidup, islam sebagai jiwa dan jantung kehidupan. Maka NU harus mampu menembus sekat-sekat jaman dalam mengurai permasalahan kehidupan yang semakin pelik.


Tantangan NU di Tapak

Kedepan akan lebih kompleks tantangannya. Tidak usah bicara muluk-muluk tentang tugas Pengurus Besar NU, namun mari kita bicara tugas NU ditingkat tapak. Siapa dia? Ranting dan Anak Ranting. 

Ranting NU sebagai pemegang wilayah tingkat desa/kelurahan atau Anak Ranting untuk wilayah RW/RT harus mengendalikan tugas-tugas sebagai pengayom dan pemberi petunjuk bagi masyarakat khususnya yang beragama Islam, lebih khusus lagi yang menjadi anggota NU. 

Misal, bagaimana pengurus ranting NU memetakan masjid-masjid basis penyebaran Islam Aswaja, memetakan majelis-majelis taklim, memetakan kondisi sosial dan ekonomi masyarakat, memetakan wilayah berpotensi untuk dikembangkan dalam rangka memajukan wilayah untuk kebutuhkan roda organisasi.

Ranting NU menjadi jantung kehidupan. Sebab itu, pengurus harus bersemangat dan yakin bahwa mereka menjadi panutan, mereka dapat berdiri diatas kaki sendiri (berdikari), pengurus harus merdeka tanpa ada tekanan dan pengaruh dari siapapun dalam mengurus jamaah tetap tegak lurus dengan arah organisasi, pengurus harus mampu mengangkat NU sebagai "biang candu" bagi masyarakat untuk urusan duniawi maupun ukhrawi. Namun NU juga bukan kendaraan mencari uang-ini tidak boleh.

Berat memang. Namun apakah seberat tugas kanjeng Nabi dalam berdakwah? apakah seberat ayah/ibu, kakek/nenek, atau para kiai dan guru-guru kita dalam mendidik ummatnya untuk tetap berpegang teguh dalam dinnul islam?. Tentu ini menjadi renungan, saat kita tidak hadir dalam warna kehidupan itu, maka akan dilindas oleh waktu, lalu hilang tanpa jejak. Sedangkan KH. Wahid Hasyim yang dididik oleh ayahannya KH. Hasyim Asy'ari bin Kiai Asyari itu kira-kira begini "Membaca sejarah memang penting, tapi membuat sejarah lebih penting". Inilah tantangan nyata kita bagaimana kita mengukir sejarah sebaik mungkin agar penerus kita kelak tetap dalam semangat berNU yang sama dengan pendahulunya.


Penutup

Mari bersama-sama dalam jamiiyyah NU ini menggerakkan dengan akal dan batin yang penuh dengan cinta. Cinta karena Allah SWT dan RasulNya, cinta karena warisan ilmu daripada para Ulama. Tantang NU ditingkat tapak bukan sesuatu yang harus dibuat sulit untuk dipecahkan, namun buatlah mudah sebab kemudahan akan tercapai apabila tali jagat itu melingkar dalam jiwa kita sebagai warga NU.

Kedepan, pengurus dan anggota harus bergerak. Kaderisasi dimasing-masing tingkatan harus diikuti, mulai dari PD-PKPNU, PM-KNU, hingga level nasional A-KNU. Setidaknya pendidikan tersebut menguatkan cara otak pengurus dan anggota NU bekerja dalam menstrukturkan organisasi, memberikan semangat (ghirah) dalam berjuang di NU, serta menjadi bekal dalam mengurus organisasi dalam waktu cepat/lambat. Sebagai penutup, mengutip pesan Hadratusysyaikh KH. Hasyim Asy'ari sebagai penyemangat dalam berdakwah dan mensyiarkan NU di tingkat tapak sebagai berikut: "Dakwah dengan cara memusuhi ibarat orang membangun kota, tetapi merobohkan istananya.”. Semoga kita selalu dalam rahmat dan ridha Allah SWT dimanapun berada, baik di Anak Ranting/Ranting atau tingkatan lebih tinggi. Aamiin.


Gunung Batu, 20 Juni 2025/08.43 WIB

Alfaqir

Faridh Almuhayat Uhib H.

Selasa, 10 Juni 2025

MEMPELAJARI NU CIPARIGI DARI RIHLAH KEUMMATAN



Setidaknya ada beberapa pekerjaan rumah (PR) dari para pengurus ataupun kader NU di kelurahan Ciparigi yang saat ini harus segera berlari. Beberapa hal terulang dalam organisasi sepertinya akan menjadi penyakit menahun yang kronis kemudian hilang karena memang NU dianggap sebagai beban bagi sebagian pengurus. 

Umumnya permasalahan NU dimana-mana itu begini:

Pertama, menyelesaikan masalah pribadi agar tidak dibawa pada ranah organisasi. Ini sering terjadi karena konflik kepentingan dimana tidak bisa membedakan kepentingan pribadi dan kepentingan organisasi, seperti masalah jejaring (pengaruh), masalah kelola uang yang tidak transparan, masalah keterbukaan informasi organisasi, masalah salah komunikasi, dan masalah lain yang memicunya.

Kedua, masalah tidak adanya Visi, Misi, dan Tujuan yang jelas. Padahal secara aturan, NU memiliki AD/ART yang harus sama-sama dijadikan bahan bacaan dan harus di "tadaburi" bersama yaitu seluruh jajaran pengurus  agar dalam satu frekuensi yang sama. 

Ketiga, masalah program yang tidak laku dijual. Kenapa program harus laku dijual? ini bukan soal jualan proposal, tetapi program-program tingkat ranting NU harus strategis, anggota dan masyarakat antusias dengan program yang dibuat pengurus. Mengapa begitu? program kerja akan menjawab soal-soal keseharian ummat/jamaah NU baik soal agama hingga soal sepele seperti bab-bab tematik (pergaulan, hobi, dll).

Keempat, masalah keuangan. Sering kita temui NU tidak berdaya dalam hal pembiayaan. Namun ini bukan soal mampu atau tidak mampu, tapi soal bagaimana rancangan organisasi itu dapat menggerakkan ekonomi untuk dapat membiayai program-program yang disusun pengurus. Ini hal ideal, namun kenyataannya itu sulit dan pahit sebab tenaga-fikiran yang dicurahkan benar-benar harus mampu menembus kotak dan sekat-sekat kemapanan pengurus/jamaah NU.

Kembali lagi soal desain rihlah para kader NU yang selama ini memperoleh PR 9 perintah kader saat pendidikan. Hasilnya apa? sudah sampai mana? adakah wujudnya dokumen atau laporan para kader itu? Kembali mengingatkan, sebab mengingatkan itu adalah tugas bersama. Sembilan perintah kader NU:

1. Susun database potensi kepengurusan cabang hingga ranting.

2. Konsolidasikan kegiatan keagamaan Ahlus Sunnah Wal Jama’ah didalam organisasi NU maupun masyarakat.

3. Kunjungi dan datangi para Ulama, Kyai, maupun tokoh Agama.

4. Petakan orang-orang dan simpul gerakan yang berindikasi menyebarkan paham wahabi, radikal islam, paham liberal, dan neo-komunis dalam segala bentuk dan manifestasinya.

5. Petakan problem, kelemahan serta ancaman tantangan dan hambatan terhadap NU di semua tingkatan.

6. Gerakkan potensi ekonomi warga NU serta sumber-sumber pendanaan NU.

7. Lakukan observasi dan identifikasi perkembangan jumlah warga NU.

8. Lakukan pendataan dan identifikasi lembaga-lembaga strategis NU mulai dari pesantren, masjid, madrasah, hingga perguruan Islam.

9. Lakukan pengembangan jaringan strategis di dalam maupun di luar NU.

Laporan perintah 1 hingga perintah 9, sudah akan menjadi sebuah dokumen besar dan berbobot. Semua bisa menjadi rujukan untuk menyusun program kerja dan kegiatan. Tinggal bagaimana mengatur 9 perintah tersebut dalam kolom-kolom waktu yang telah dibagi habis kepada pengurus baru ranting NU Kelurahan Ciparigi. Bahkan tegak lurus dengan NU sudah pasti, yang jelas ketika habitat, ekosistem ke NU an dibangun bersama di wilayah ranting Ciparigi pasti NU Ciparigi akan menjadi Bom Atom yang mampu menggetarkan dan memukul kekuatan lawan. 

Bahkan KH. Wahab Casbullah sendiri mengatakan bahwa NU itu bagaikan meriam apabila NU tidak mudah diperdaya/dipecah belah oleh lawan yang sebenarnya hanya mengaku-ngaku menjadi orang NU, tapi tindakannya justeru merobohkan NU.

Ini terbukti, terkecohnya pengurus dan kader NU terkadang hanya soal remes, contoh penampilan dari sarung sampai jubah dan sorban sudah dianggap makom tinggi, pendidikan tinggi dianggap pintar dan pasti bisa memimpin NU, kesuksesan materi pasti bisa membiayai NU, banyaknya jamaah pasti dihormati, banyaknya sekolah dan lembaga-lembaga yang dibangun pasti orangnya baik, bahkan sampai terkecohnya di tataran politik praktis itu seperti saat punya kepentingan kekuasaan lalu mendekati tokoh-tokoh yang kemudian di orbitkan agar supaya jamaah memilihnya. 

It's okay. Itulah yang terjadi, tetapi membangun kecerdasan spiritual itu penting, agar tumbuh akal sehat yang berdikari (berdiri diatas kaki sendiri) yaitu NU yang mampu berdiri kokoh dengan hasil keringatnya secara berjamaah.

Mampukah begitu NU Ciparigi? Pasti mampu, dibarengi dengan Tirakat yang kuat, dzikir-wirid yang kuat, berfikir kritis dan ilmu padi, dan jangan lelah untuk beramal sholeh-kebaikan di lingkungan Ciparigi, insya Allah akan menjadi ladang luas dan lapang yang dimudahkan oleh Allah SWT untuk babat alas di leuweung Ciparigi. 

Ya Allah jadikan para Ulama, Ajenngan, Kiai, Bu Nyai, kader muda Ahlussunnah Wal Jamaah di Ciparigi bersatu dalam jamiiyah yang Engkau ridhai yaitu Jami'iyyah Nahdlatil Ulama'. Semoga Engkau bukakan pintu kemudahan kepada mereka yang hatinya masih tertutup untuk melingkar bersama kami, bergerak bersama kami, peduli bersama kami dalam wadah yang Engkau ridhai ini. Amiin.


Selasa, 10 Juni 2025; 16.54 WIB

SECUIL CATATAN NGOBRAS NU CIPARIGI

(Lokasi Miftahul Khoir Nahdliyatussalam- Senin 9 Juni 2025)

Reminder waktu tiba di alat komunikasi era 4.0 ini-HP. Reminder otak juga tiba bahwa ada undangan Ngobras (Ngopi Bareng Bari Ngopi Santai Soal Nahdlatul Ulama) di lokasi yang dahulu menjadi perjuangan MWCNU Bogor Utara yaitu Majelis Miftahul Khoir Nahdliyatussalam pimpinan Alm. KH. Abdul Basit Rahman, salah satu Rois Syuriah MWCNU Tahun 2016-2021. Reminder hati mucnul "ah besok kerja berangkat pagi, jauh, nanti capek, nanti pasti pulang malam, inilah itulah", namun lubuk hati terdalam "berangkat, sebab siapa yang akan mendoakanmu saat mati nanti?kalo bukan NU". Tercengang dan merasa terintimidasi hati nurani oleh sebab itu, namun semangat/ghirah kader harus menyala sebab umur semakin tua, harus makin bermanfaat.

Tiba di lokasi, disambut oleh Sahabat lama sekaligus santri Alm Rois Syuriah yaitu kang Asep, kang Syahrul, dan pak Kamal. Alhamdulillah pertemuan hangat bincang-bincang sekilas, lalu berziaroh di makam Alm Rois Syuriah yang hanya beberapa langkah, semoga kiriman doa disampaikan kepada beliau dan menjadi pelajaran bagi saya pribadi bahwa umur itu hanya sebantar dan sejarah itu akan selamanya dikenang, apabila kita mengukirnya. Sempat terbesit sejak lama bahkan sore tadi, ingin memberikan plangisasi NU dimakam-makam para rois (syuriah dan katib) yang banyak berjasa membentengi masyarakat itu sekaligus agar menjadi pelajaran dan juga tidak "kepaten obor" bahwa NU dan pengurusnya itu ada di Kota Bogor, di Kecamatan Bogor Utara, bahkan di Ranting Ciparigi. Ini Pekerjaan Rumah pengurus, hemat saya. Bahwa data warga NU itu ternyata tidak yang hidup saja, namun yang sudah meninggal. 

Tidak lama datang ust Rais, Ust Akbar, dan Ust Jalal selaku ketua MWCNU NU Bogor Utara. Pertemuan santai dimulai. Menarik saat dibacakan tim tempur NU Kelurahan Ciparigi. Luar biasa konsolidasi formal dan non formal dilakukan agar maksud dan tujuan NU di Ciparigi sukses. Tidak mudah. Namun apa yang disampaikan pak Kamal selaku Tanfidz adalah benar dan tepat. Sebab benar karena NU harus bangkit, menjalin kekuatan baik dari Ponpes, Majelis Taklim, Pengurus pemerintahan, hingga dari sisi lain yang ada di Ciparigi. Sebab tepat karena kekuatan itu tidak akan bisa terhimpun apabila tidak beragam latar belakang. Walaupun ini pekerjaan sulit, tapi beliau enjoy dan menikmatinya. Ini pengalaman dan penting untuk menjadi titik point bahwa NU di Ciparigi harus semarak dunia hingga akhir jaman.

Ust Rais, sebagai Rois juga tepat, bahwa ber NU itu hukumnya menjadi wajib untuk memberikan kemaslahatan bagi ummat. Salah satunya harus dengan bersatu, dalam wadah yaitu jamiiyyah NU. Ust Akbar mencoba menggerakkan diri untuk suport atas berjalannya organisasi. Kang Asep, Kang Syahrul juga sama. Ini menandakan bahwa saatnya kembali bersama-sama untuk mengabdi dalam NU sebagaimana tinggalan para ulama-ulama yang telah meletakkanya di bumi Ciparigi. Jika bukan kita siapa lagi? tentu ini tugas dan PR pengurus, yang harus mengurus siapa yang akan urus dimasa yang akan datang jika bukan dari orang-orang dekat yang melingkar dalam tali jagat, yang paham sejarah, jalan, dan juga arah dari NU, khususnya di Ciparigi.


Belanja Masalah

Apa yang perlu dipermasalahan, pasti akan ada masalah. NU Ciparigi sudah saat nya belanja masalah, mulai dari belanja masalah personal yang dapat aktif berkontribusi menggerakkan roda organisasi hingga masalah soal keilmuan dan eksistensi dari nilai-nilai keislaman itu sendiri bahkan masalah ummat lebih luas. 

Sebagai contoh, masalah tim yang belum solid, tentu harus diatasi dengan membangun komitmen bersama soal tata kerja dan cara main NU di Ciparigi agar solid. Ada lagi masalah sepele soal pembagian wewenang, wilayah, dan juga pendelegasian yang tepat untuk para pengurus. Ini semua perlu ditata, sebab aturan main di AD/ART perkumpulan NU sudah saklek dan sudah dibagi siapa berbuat apa. Wajib kita penuhi. 

Soal NU di Ciparigi, perlu kembali memetakan wilayah dan potensi yang perlu kehadiran NU sebagai pengayom masyarakat dan ummat. Tentu Ciparigi yang luasnya hanya luasnya 1,61 km² dengan jumlah penduduk 27.619 jiwa, jumlah RT sebanyak 72, dan jumlah RW sebanyak 13 (Sumber: https://kelciparigi.kotabogor.go.id) harus dapat bergeliat mengisi relung-relung kekosongan masyarakat, apalagi selama ini mereka hanya mendapatkan kabar sepotong terkait hebatnya NU dan perannya, namun ditingkat tapak kurang dirasakan. NU Ciparigi perlu mendapatkan porsi untuk berkembang, ditengah apatisnya warga, hedonnya perkotaan, minimnya kader muda, masjid dikuasi minhum, pemahaman masyarakat perkotaan yang ingin maunya simpel dan praktis, maka tantangan semacam itu bukan halangan tetapi menjadi amal bakti warga NU untuk merawat bangsa dan negara melalui berbagai upaya salah satunya upaya plangisasi dan pelayanan terhadap warga yang lebih baik.

Cerita yang memusuhi NU tentu banyak, namun ini bukan soal kalah menang, namun soal keistiqomahan dan memegang erat NU hingga akhir hayat. Sebab ada-ada aja jika ada yang ingin di NU itu dapat uang, dapat jabatan, dapat nama terkenal, dapat foto sana-sini, dapat jatah "ingin dianggep dan dihormati". Hal-hal semacam ini adalah kesalahan "tafsir" yang bahkan kesalahan menterjemahkan bahwa kemuliaan yang Allah berikan itu hanya soal materi, ternyata bukan materi saja tetapi juga sebab ilmu dan akhlak apakah sudah siap untuk merima yang Allah berikan untuk kemudian diangkat derajatnya. Belanja masalah harus banyak yang dipermasalahkan, kemudian kita jawab dengan program-program nyata dan tepat sasaran.

Semoga Allah SWT memberikan kesehatan dan kemampuan  untuk para pengurus PRNU Ciparigi dan tim kerja lainnya yang berjasa mendorong agar NU di Ciparigi syiarnya lebih dirasakan masyarakat. Allahumma shalli ala sayyidina muhammad wa ala aali sayyidina Muhammad.


10 Juni 2025; 00.52 WIB

----DOKUMENTASI----