Selasa, 10 Februari 2009

BAGI DIA ITU HAL PENTING DALAM HIDUPNYA

Pulang dari kampus aku jalan melewati seperti biasa, dari fakultas pertanian ke halte Unila kemudian lewat depan masjid alwasi’i. Ketika aku di jalan berpapasan dengan seorang perempuan paruh baya, yang memang waktu aku jalan sampai di arboretum Unila sudah terlihat dari jauh. Dia mengabadikan perjalan dia, dia mengambil gambar di halte, dia kemudian jalan. Berpapasan dengan aku di dekat rumah rektor Unila. Kemudian aku menyapanya, “hello miss?”. “Hello”sahut dia dengan ramah. Tetapi dalam pikiranku apakah dia takut dengan penampilanku yang gondrong ini?. Namun aku beranikan diri untuk berkenalan dan berdialog dengan dia. Memang sih penguasaan bahasa Inggrisku kurang, tetapi coba-coba ngetes keberanian dan kemampuanku. Aku sedikit grogi menghadapi kefasihan bahasa Inggrisnya yng memang di negaranya dia selalu memakai bahasa itu. Tetapi aku punya keberanian untuk berbicara dengan dia. 

Where are you from?” Tanyaku pada dia. “Iam from Kenthuchki University”sahut dia dengan pede. Kembali aku Tanya “Kenthuckhi America?” “yes, America”jawab dia. Dalam hatiku mengatakan “oooo orang amerika kayak gini ya bentuknya?aku sendiri senyum-senyum. Kemudian aku memperkenalkan diri, my name is Faridh, iam from foresty departemen in agricultur faculty dan lain sebagainya yang penting dia kenal aku gitu aja kok repot. Dia kemudian memperkenalakan kalau dia sedang belajar di Indonesia di di Fakultas Pendidikan (education) Unila selama 12 hari. Dia sangat senang ketika dijalan melihat janur yang biasa dipasang orang jawa dijalan-jalan sebagai tanda bahwa ada yang sedang merayakan pernikan. Dia mengabadikannya. Aku tawarkan untuk berfoto didepan janur itu, tetapi dia tidak mau. Aku menyukai cara orang bule Amerika karena dia mau berbagi pemikiran, terbuka,dan tidak malu-malu. Aku sendiri juga tdak malu dengan kemampuan akan bahasa Inggrisku yang pas-pasan ini, namun aku yakin aku pasti bisa. 

Namun aku punya strategi, kalu dia di Indonesia harus bisa bahasa Indonesia, karena aku menilai kenapa kita tidak bangga dengan bahasa kita sendiri. Aku bertanya kepada dia dia “can you speak Indonesia?” dia menjawab “little alias sedikit-sedikit” kita sama-sama ketawa, mungkin karena aku juga bisa bahasa Inggrisnya sedikit-sedikit. Artinya dia ada kemauan untuk belajar bahasa Indonesia. Kau Tanya tinggal dimana, dia menjawab tinggal di Wisma Unila. Aku menawarkan silahkan bermain kerumah saya jika ingin lebih kenal dengan saya. Kemudian dia juga menawarkan silahkan bermain ke wisma. Aku bilang “next time” karena memang waktu sudah jam setengah enam sore. Aku sudah janji dengan orang KNPI yang ingin bertemu denganku disore itu. 

Semoga saja menjadi sebuah pengalaman yang berharga, bahwa penguasaan bahasa Inggris itu perlu sekali. Tetapi jangan sampai kita malu dengan bahasa kita sendiri yaitu bahasa Indoensia dan menurutku bagaimana caranya bahasa Indonesia mejadi bahasa pemersatu bangsa sehingga menjadi bahasa Internasional. Bolehlah sekarang bahasa kita masih tingkatan nasional mungkin disuatu saat bisa jadi menjadi bahasa internasional. Butuh generasi muda yang mau memperjuangkan hal tersebut. 

Bandar Lampung, 10 Februari 2009 

Faridh AL-Muhayat Uhib H