Rabu, 27 Desember 2017

Serat Kaping Gangsal
Kepada : Gusti Allah

Duh Gusti Allah aku sedang sakit. Pikiranku, tenggorokanku, hidungku, mataku, telingaku, mulutku, perutku, dan inilah nikmat dari-Mu.
Aku tidak menolak Gusti, tapi aku terima semua dari-Mu. Demamku menjadi-jadi, aku bersujud taubat semoga Engkau terima. Ya Tuhan, jika suratku ini yang terkahir, maka aku titip Engkau jaga Ayah dan Ibuku, kakakku dan keluarganya, adik-adikku, dan sudara-saudaraku, begitu juga dengan sahabat-sahabatku baik yang suka maupun yang benc terhadapku. Jagalah mereka, lindungilah mereka, sayangi mereka sebagaimana Engkau menyayangiku hingga detik ini.
Tuhanku, ak rindu kepada-Mu dan rasulmu Muhammad. Jika Engkau jemput aku dengan segera, maka khusnul khatimahkan aku. Aku tersenyum dengan segala sesuatu takdirMu karena aku ini dari-Mu dan akan kembali kepada-Mu.
Tuhan, aku dengar, lihat, meniru para kekasih-Mu, wali-Mu, ulama-Mu, Kyai-Mu dan aku cinta kepada mereka walaupun aku tidak sesering santri-santri yang meraup berkah dari mereka karena-Mu.
Gusti, bagaimana dengan kader-kaderku? Jagalah dan bawalah mereka ke medan perang-Mu untuk meraih ridha-Mu.
Allahku, Rasulku, Nabiku, Waliku, Ulamaku, Kyaiku, Sahabat-sahabatku aku mencintaimu. Sungguh.
Lailahaillallah Muhammadur Rasulullah


Faridh

Nunyai Bandar Lampung, 19 Februari 2011

Jumat, 15 Desember 2017

Serat Kaping Sekawan
Kepada Yth. Gusti Allah Azza Wa Jalla

Gusti Allah, aku sehat-sehat saja walaupun sesekali aku sakit karena luka ataupun organ dalamku tiba-tiba sakit. Gusti Allah, aku rindu Engkau. Sungguh aku cinta dan rindu pada-Mu, dan hamba selalu menyebut-nyebut-Mu setiap waktu,
Mohon Engkau terima surat kangen dan cintaku, semoga Engkau tetap mencintaiku.
Cukup sekian suratku Tuhan, semoga aku dalam keadaan baik-baik saja dan dalam lindungan-Mu.
  
Faridh

Nunyai Bandar Lampung, 18 Februari 2011

Kamis, 14 Desember 2017

HABIB TERIMA RAPOR


Bro adn Sist, tidak terasa waktu begitu cepat. Memang ungkapan itu sudah menjadi takdirnya manusia untuk selalu memanfaatkan waktu dengan baik. Anakku yang pertama (Habib) hari ini (14 Desember 2017) menerima rapor. Dalam benakku memang seperti jaman old, terima rapor selalu ada nilai dan rangking. Harap maklum, sebagai ayah yang baru menyekolahkan anaknya yang pertama kesekolah jenjang paling awal yaitu Raudlatul Athfal (RA) atau setingkat dengan Taman Kanak-kanak (TK) adalah sesuatu yang baru. Ternyata terima rapor anakku itu kegiatannya "unjuk gigi" alias unjuk bersama apa saja yang sudah diajarkan oleh gurunya di sekolah, seperti mengucap salam, doa, hafalan surat pendek dalam Al Qur'an, bernyanyi. Intinya mereka secara berjamaah satu kelas unjuk bersama di panggung yang sudah disiapin sekolah. Melihat momentum ini bagiku adalah kesempatan luar biasa dalam hidup ini, setidaknya aku tahu perkembangan puteraku selama disekolah. Walaupun harus meluangkan waktu beberapa jam lamanya, tapi tidak menjadi masalah. Dahulu orang tuaku juga begitu, masak kita sok sibuk sih buat anak gitu lhoh.... Hehehe.

Terima rapor ala RA Musa'ab Bin Umair memang beda, anak-anak setelah unjuk bersama kemudian orang tua dipanggil guru kelas untuk mengetahui perkembangan anak selama 1 semester. Apa yang harus diperbaiki untuk pendidikan anak, itulah intinya kedepan. Tentu bukan hal baik atau buruk, jika melihat perkembangan anak kurang baik atau sudah baikpun. Sebab, masa yang akan datang masih ada waktu untuk memperbaikinya. Semoga saja kita para orang tua masih diberikan umur panjang untuk membaikinya, tentunya diawali dengan memperbaiki diri. Disinilah letak kesedihanku bro, aku lihat foto-foto si Habib dan teman-temannya disekolah, sama ada foto-fotoku sama si Habib. Air mata ini tiba mengalir, sejak dulu kalo kalau lihat foto itu cuman keinget mati aja, seolah-olah itu moment terakhirku. Apalagi ini foto ama Habib puteraku yang hari ini tadi aku ikut mendampingi di sekolahnya. Aku cuma bisa berdoa, semoga anakku menjadi anak sholeh, gelem nyantri (mau nyantri di pesantren) tentunya di pesantren NU. Hehehe. Maaf kenapa harus NU? lha iyo masak mbahku NU, bapakku NU, aku NU mosok anaknya gak di NU kan Hehehe. Harus (wajib) bro, soalnya kalo enggak di sekolah NU kayak hambar hidup ini. Hehehe

Ada beberapa point yang bisa kita ambil hikmah dari pendidikan anak ini:
1) Kita (ayah dan ibu) harus cermat dalam mendidik anak kita, baik dari tutur kata, tingkah laku, serta dalam bergaul
2) Anak membutuhkan pengakuan dari keluarga, sudah tentu anak itu ingin diperhatikan ayah dan ibu. Dia bisa ini dan bisa itu, dipamerin ke ayah dan ibu. Ini wajar bagi anak, sebab itulah anak menunjukkan bahwa ia sudah bisa sendiri.
3) Jangan banyak menuntut ini itu sama anak, sebab anak-anak itu akan mudah bosan. Jika sudah bosan tentu efek kedepan akan buruk. Kebiasaan kita yaitu akan memaksa anak, karena biasanya orang tua itu "wang sinawang" alias melihat anak orang lain bisa hafal ini itu, bisa ini itu. Tentu boleh saja bro and sist, tapi jangan dipaksanakan ke anak ya. Biarkan anak kita tumbuh sesuai dengan kemampuannya dibawah bimbingan sang murobbinya (ortunya).
4) Posisikan anak sebagai ujian untuk masa tua kita. Maka kita kudu SABAR. Besok kalau tua kita akan seperti mereka, sifat kekanak-kanakan akan keluar. Anak-anak kita yang akan merawat kita. Artinya, apa yang kita tanam saat ini, semoga besok menjadi buah yang baik untuk masa tua kita. Semoga saja ini bisa kita lewati ya bro and sist. Karena berat sekali, berat sekali, berat sekali. Kenapa berat? Kita tanya pada diri kita.
5) Biarkan Allah Ta'ala (Tuhan Yang Maha Esa) yang mengaturnya. Kita tidak harus menuntut anak jadi ini, jadi itu. Kita cukup tanamkan bahwa bekalnya hidup itu dilewati dengan: dzikir, fikir, dan amal sholeh. Cakupan ketiga itu luas ya bro, tidak usah minta dalil. Aku bukan ahli dalil. Hehehe
6) Kalau sudah diatas, ajarkan anak kita Cinta Tanah Air. Dimana bumi dipijak disitu langit dijunjung. Ajarkan ke anak kita bahwa HUBBUL WATHAN MINAL IMAN. Ini bukan hadist ya Bro and Sist, ini fatwanya Hadratusysyaikh KH. Hasyim Asy'ari (Pendiri NU yang mengeluarkan Resolusi Jihad). Tapi kalau mau hadist ya ada bro, kanjeng Nabi Muhammad SAW sendiri pernah bilang "Cintailah bangsa Arab karena tiga perkara, pertama karena Rasulullah SAW adalah orang Arab", lanjutannya silahkan dilanjutkan ya Bro...pasti lebih tahu. Itu cukup untuk pegangan kita, bahwa kita mencintai Indonesia itu karena kita orang Indonesia dengan latar belakang suku, bangsa yang beraneka ragam. So, tanamkan baik-baik itu ya...karena sekarang lagi menjamur virus anti NKRI, anti Pancasila, Anti Bhineka, Anti Konstitusi.

Semoga kita semua dapat melewati masa-masa hidup yang indah ini dengan baik, bermanfaat, hidup dengan penuh cinta. Jangan lupa ngopi ya Bro dan Sis...





Rabu, 13 Desember 2017

NGOPI TAMPAN


Senyum Pepsoden

Mengawali cerita kongkow dengan para senior saya kemarin (Selasa, 12 Desember 2017) yang dengan dibarengi hujan rintik-rintik hingga membasahi kota Bogor sore itu, merupakan pertanda baik untuk negeriku. Memang harus diakui, sebab hujan itulah faktor utama Indonesia bebas dari kebakaran hutan dan lahan (karhutla). Secara otomatis, kinerja pemerintah khususnya Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan semakin mendapatkan raport yang baik. Namun bukan hanya faktor utama saja yang membuat raportnya baik, tetapi sudah barang tentu didukung oleh faktor lain seperti leadership, policy dan tentunya aksi nyata di lapangan.

Jempol buat para aktor lapangan yang sudah berusaha keras mencegah terjadinya karhutla dan para pengambil kebijakan. Saya dukung ibu Menteri LHK untuk menegakkan hukum dan menjalankan program nyata untuk hal ini. Setidaknya kita bisa banyak belajar dari peristiwa 2 tahun lalu (tahun 2015) karhutla memakan banyak korban.

Kami bertiga (Bang Bayu Ndut, Mbak Ade, Saya) sore itu kongkow bareng di salah satu cafe dekat dengan kantor Puslitbang KLHK, memang terasa seperti sudah sering ketemu karena cukup dengan janjian via Whatshap kamipun berkumpul untuk sekedar berbagi cerita. Walaupun kami dari umur dan angkatannya jaraknya cukup jauh, tetapi terasa dekat. Kenapa? Karena kami bangga dengan almamater kami yaitu Kehutanan Universitas Lampung, walaupun sudah banyak perbedaan baik dari pendapat maupun pendapatan.

Tidak basa basi, mukadimah dimulai dari yang muda. Memang senior saya ini seorang pembelajar, ia mau mendengar lama cerita-cerita saya baik dari masalah A - Z. Apa yang terjadi di kampus Unila baik dari dosen, mahasiswa, organisasi, dan lain-lain. Tidak panjang lebar, secara bergantian kami bercerita tentang itu, memang pada intinya "masalah itu bisa diselesaikan, hanya kami yang belum selesai masalahnya". Hehehe. Apa itu? Mari kita tanya pada pohon.

Kira-kira itulah cerita sore itu, tidak perlu panjang lebar. Singkat, padat, dan kurang jelas. Hehehe
Semoga bermanfaat baik di dunia maupun di akhirat.


Salam Rimbawan

Jumat, 24 November 2017

Serat Kaping Tiga
Untuk : Tuhan Yang Maha dari segala yang maha

Tuhan, tidakpantas aku ini menyandang gelar hamba-Mu. Coba aku minta catatan amalan dan dosaku, agar aku tahu sebelum mati mana saja yang harus aku tambah dan mana saja yang harus aku kurangi. Bolehkan Tuhan catatan-Mu aku minta? Agar aku tak akan kembali malas seperti sekarang ini. Malas itulah penyakitku, aku tidak tahu apakah sebangsaku juga begitu?
Cukup dulu Tuhan, karena sudah adzan Maghrib aku akan ke masjid. Sampai jumpa disuratku lain waktu. Semoga Engkau tidak bosan menerima surat dariku.
Salam kangen selalu,
Faridh yang selalu mencintai-Mu



Nunyai Bandar Lampung, 12 Februari 2011

Minggu, 19 November 2017

NEGERI ULALA VS NEGERI PANCASILA

Suatu ketika, saya berdiskusi dengan seorang teman yang sudah lama tidak berjumpa. Kami bertemu secara tida sengaja diperjalanan kelembaga pemerintah. Kami mencoba bertukar nomor handphone dan akhirnya kami banyak berdiskusi kesana kemari. Hingga pada suatu obrolan selalu terbersit dalam benakku, bahwa temanku ini banyak menyinggung soal berbagai permasalahan yang ada di negeri Ulala. Negeri Ulala yaitu negeri yang teramat sangat indah untuk dilupakan, sebab tanahnya subur, rakyat makmur, dan yang paling aneh yaitu rajanya juga Ulala.

Disinilah kami berdiskusi tentang negeri itu dengan saling melempar joke-joke segar. Namun dalam hal satu ini, dia sepertinya serius. Dia bertanya tentang Pancasila. "Bung, coba kau jelaskan tentang negeri yang memakai Pancasila dijadikan sebagai pedoman hidup, dasar negera itu? Apakah tidak keblinger? Kita di negeri Ulala saja tidak memakai itu saja bisa makmur, rakyat aman tenteram?"
Aku mencoba menanggapinya, "Hei sahabat, sepanjang jalan kenangan dari buku-buku yang saya baca tentang negeri tetangga kita itu, mereka MERDEKA bukan karena pemberian. Mereka berjuang dari semangat yang dikobarkan oleh semua elemen bangsa. Mereka bersatu. Sejarah mencatat, justeru masa-masa penjajahan dari Inggris, Belanda, Jepang, dan sekutu-sekutunya hingga berabad-abad membuat mereka belajar, bahwa politik DEVIDE ET IMPERA (strategi politik, militer, dan ekonomi yang bertujuan mendapatkan dan menjaga kekuasaan dengan cara memecah) merupakan politik yang sangat merugikan mereka, sehingga masa-masa sulit selama berabad-abad itu mereka lalui dengan semangat untuk belajar. Beda dengan negeri Ulala kita ini, tanpa perjuangan, dan merdekapun itu pemberian bukan hasil pejuangan. Betul tidak? Hehehe, akhirnya dengan sedikit tercenang dan mengaminkan, kita tertawa bersama-sama.

"Kenapa mereka bisa bersatu ya Bung? Jika dilihat dari pulaunya saja mustahil mereka bisa bersatu, kenapa tidak membuat negara dimasing-masing kepulauannya itu?" sahut temanku itu.

Lantas aku jawab, "Sahabat, bagaimanapun kita bisa belajar dari mereka, bahwa kelas sosial didalam masyarakat justeru menimbulkan kesenjangan. Seperti anak saudagar, keturunan raja (priyayai) dll nya itu bisa sekolah dengan fasilitas dari penjajah, sehingga bisa sekolah hingga keluar negeri. Namun berbeda dengan masyarakat biasa alias "wong cilik" tidak bisa sekolah dan hanya layak dijadikan pelayan saja. Inilah hebatnya, anak-anak priyayi, pemuka agama, tokoh adat, dan rakyat di negeri tetangga kita itu, mereka sadar akan penderitaan rakyat kecil dari Sabang sampai Merauke, sehingga mereka bersatu dengan dibarengi semangat perjuangan untuk merdeka dari penjajah".

"Kalau itu sih juga sama saja Bung, dimana-mana juga dilatar belakangi dari penderitaan bersama. Gak ada ada yang spesial tuh sepertinya?" timpal temanku yang sedikit tidak terima.

Kemudian dengan nada datar saya jelaskan kembali,"Bat, kita belajar lagi yok. Coba bayangkan sekelas priyayi yang bisa sekolah tinggi menanggalkan egonya dari mana latar belakangnya untuk menularkan ilmu kepada saudara-saudaranya rakyat kecil, yang pemuka agama mengobarkan keyakinan perjuangan melawan penjajah itu jihad, yang tokoh adat juga mengobarkan semangat perlawanan agar nilai-nilai warisan leluhurnya tidak tergilas oleh Westernisasi, yang rakyat kecil mereka "manut" alias ikut kata orang-orang yang ngerti taktiknya untuk merdeka. Beda kayak negeri kita Bat, kebanyakan pada sok tau, sok ngerti, suka komen, suka curiga, njelek-njelekin negerinya sendiri, rakyatnya tidak mau berjuang dengan darah dan keringatnya. Kamu mau ngerasasin gak gimana mereka berjuang saat itu, gampangnya gini aja kamu lari 1 km aja bawa beras 1 kg aja kamu kasih kesaudara kita yang jadi gelandanga disana itu?".

Temanku itu menggeleng-gelengkan kepala pertanda dia tidak sanggup. Hehehe. Kids jaman now gitu lhoh.

"Mereka itu Bat, walaupun berbeda-beda pendapat, suku, bangsa, agama, budaya, bahasa tapi bisa bersatu. Karena mereka ikut para pemimpinnya, ikut ulamanya, ikut pemuka agamanya, pengen budayanya tetap lestari, pengen bebas bersama-sama, sehingga kita tahu ada makna-makna dan peristiwa bersejarah yang patut kita acungi jempol. Seperti Sumpah Pemuda, Resolusi Jihad, Proklamasi, Pancasila, Bhineka Tunggal Ika, NKRI, UUD 1945, Hari Pahlawan, dan banyak sekali peristiwa lainnya. Mereka disatu sisi tidak meninggalkan budayanya, tetapi mereka juga tidak anti dengan perubahan-perubahan yang terjadi Bat". ujarku.

Dengan mengangguk-anggukan kepalanya, sahabatku itu sepertinya meresapi betul perjuangan para pahlawan negeri Pancasila itu. Seolah-olah dia malu dengan dirinya sendiri. Lalu dia bertanya lagi, "Bung, Pancasila itu apa sih?".

Aku jawab saja dengan singkat, "Sepengetahuanku Bat, Pancasila itu ideologi dasar bagi negara Indonesia yang diambil dari bahasa Sansekerta, yaitu panca berarti lima dan sīla berarti prinsip atau asas. Jadi Pancasila itu kayak rumusan dan pedoman kehidupan berbangsa dan bernegara bagi seluruh rakyat Indonesia, gitu bat. Mereka merumuskan Pancasila juga merupakan hasil dari berbagai pengalaman sejarah yang sudah mereka lalui. Kayak di Sila Pertama, Ketuhanan Yang Maha Esa. Mereka menyadari bahwa di negeri Indonesia itu terdiri dari berbagai agama dan kepercayaan, sehingga pada prinsipnya mereka adalah masyarakat yang ber-Tuhan, tidak memaksakan dengan satu agama untuk dijadikan dasar bernegara, karena akan menimbulkan perpecahan kembali".


Sahabatku itu memotong diskusi karena ia ada meeting di kantornya, dia bilang "Bung, nanti kita gali lebih tentang Pancasila itu. Sepertinya menarik, karena negera yang sangat luas itu kok bisa bersatu padu begitu ya?". 
"Aku siap-siap aja bat, tapi kita saling belajar ya. Jangan cuman aku aja yang menjawab bat, nanti kita ajak yang lain". Ucapku padanya.















Minggu, 12 November 2017

Serat Kaping Tiga
Untuk : Tuhan Yang Maha dari segala yang maha

Tuhan, tidak pantas aku ini menyandang gelar hamba-Mu. Coba aku minta catatan amalan dan dosaku, agar aku tahu sebelum mati mana saja yang harus aku tambah dan mana saja yang harus aku kurangi. Bolehkan Tuhan catatan-Mu aku minta? Agar aku tak akan kembali malas seperti sekarang ini. Malas itulah penyakitku, aku tidak tahu apakah sebangsaku juga begitu?
Cukup dulu Tuhan, karena sudah adzan Maghrib aku akan ke masjid. Sampai jumpa disuratku lain waktu. Semoga Engkau tidak bosan menerima surat dariku.
Salam kangen selalu,
Faridh yang selalu mencintai-Mu



Nunyai Bandar Lampung, 12 Februari 2011

Selasa, 07 November 2017

Serat Kaping Kalih
Suratku : aku sayang kamu, maka maafkan aku

Assalamu’alaikum Wr. Wb
Tuhanku, aku tidak pantas lagi untuk mengaku seorang muslim. Aku malu terhadap-Mu karena Engkau memanjakan dariku dengan butiran-butiran nikamt-Mu yang tak terhitung oleh waktu.
Tuhanku, ijinkan aku berbicara dengan diriku sebagaimana perintah-Mu bahwa akan Engkau minta pertanggungjawaban dihari akhir nanti. Sekali lagi Tuhan, ijinkan aku berbicara pada diriku.
Wahai pikiranku dari otakku. Aku minta maaf atas perlakuanku terhadapmu, aku peras dirimu, aku paksa dirimu, aku perkosa dirimu, untuk bertindak semauku, berfikir, memabayangkan, mencari akal, mendesak angan-anagan hingga menjadi ingin untuk berbuat maksiat. Maksiat mata, hidung, lidah, mulut, telinga, hati, tangan, kelamin, kaki yang tidak bisa aku sebut satu persatu. Wahai otakku, aku mohon maaf atas perlakuan diriku itu.
Wahai mataku, maafkan diriku yang memperkosamu, mempekerjakan dirimu semau diriku untuk melihat moleknya dunia hingga panah-panah syetan membelengguku untukmelihat dunia ini setiap hari menjadi candu untuk melihatnya. Mataku, tidakkah aku telah menyuruhmu karena aku yang menginginkannya kenikmatan dunia.
Wahai telingaku, maafkan aku memberimu desahan dunia fana hingga nyata menjadi indah dan indah. Sungguh aku tuli, sebenarnya aku mendengarkan jeritanmu untuk tidak mau menuruti kemauanku. Telingaku maafkan aku.
Wahai mulutku dan hidungku, aku berbicara seiring nafas yang terus berganti, tidak ubah-ubahnya aku bisu karena dibungkam dan dikunci oleh nafsu. Aku menyuruhmu berbuat hina, mencumbu, mencandukan dalam mulut-mulut hawa dan nafsu. Seharusnya aku berhentikan kamu, agar tidak mau menuruti aku. Tolong maafkan aku, karena aku sadar, sayangku untukmu tidak akan tergantikan oleh waktu.
Wahai leherku, tenggorokanku, maafkan aku yang menyuruhmu tidur menikmati rasa dunia yang sesudah aku aku beri kepadamu racun-racun dunia hingga engkau lelah, sakit, muntah, dan berkata “aku sakit”, namun aku paksa dirimu. Aku minta maaf.
Wahai tangan kanan dan kiri yang telah banyak membantuku. Ini salahku, sebenarnya engkau lelah melayani nafsuku, aku mohon jangan engkau tinggalkan aku, aku masih sayang denganmu. Dari dahulu engkau bantu aku sekarang aku bantu kamu sebisaku untuk menebus permintaan maafku padamu karena aku engkau jadi merana, sakit, benci terhadapku.
Wahai jantungku, hatiku, ususku, organ-organ dalamku maafkan aku telah mencederai dirimu dengan indahnya dunia. Maafkan aku memberimu waktu mencicipi nafsu yang menyakitkan dirimu, seharusnya aku paksa dirimu untuk tidak menuruti hawa dan nafsuku. Apalagi yang akan aku perbuat untukmu? Aku tidak bisa berbuat apa-apa lagi, karena aku telah menjadikanmu budak nafsuku. Maafkan aku.
Wahai kelaminku, aku malu terhadapmu untuk bersekutu dengan anggota badanku untuk berbuat hina, maksiat, bahkan mudharat. Kamu menangis tapi karena aku tuli, aku buta, sehingga aku paksa dirimu untuk jadi alat pemuasku bersama angan-anganku.
Wahai kakiku, aku juga menyesal menyuruhmu jalan kejalan yang sesat. Kamu saksikan apa yang telah aku suruh padamu, aku tidak kuasa menyuruhmu lagi karena aku telah salah mengarahkanmu, maka maafkan aku yang telah menculikmu untuk berjalan dijalan yang salah.
Suratku ini aku tulis karena aku sayang kalian semua. Kalian bagaikan saudara, sahabat, teman, guru untuk tiap waktuku. Jangan kalian bawa perbuatanku kepada Tuhan yang telah melihatku selama 24 tahun lebih 35 hari lebih 13 jam, 24 menit, 24 detik dihari akhir nanti. Cukup dengan suratku untukmu, maka terimalah permintaan maafku pada kalian semua walaupun kalian tidak aku sebut satu persatu. Bantulah aku untuk meminta ampun kepada Tuhan, karena aku telah berbuat seenaknya kepada kalian dan aku beristighfar dan bershalawat agar Tuhan percaya padaku lagi untuk tidak berbuat seenaknya. Suratku ini saksiku bicara, saksiku atas kalian. Dan aku tidak tahu apakah suatu saat aku memperkosa kalian lagi, karena aku ini hanya ada 2 (dua) pilihan “baik atau buruk”.
Semoga kita tidak berbuat yang tidak-tidak. Alfatehah. Semoga Allah meridhai kita semua, amiin.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb


Nunyai Bandar Lampung, 4 Februari 2011

Minggu, 05 November 2017

Jalan Sehat Sarungan: Peringatan Hari Santri Tahun 2017 Kota Bogor

Berawal dari niat kami sekeluarga untuk berpartisipasi dalam jalan sehat sarungan peringatan Hari Santri Nasional (HSN) 2017 yang dilaksanakan oleh gabungan organisasi di Kota Bogor seperti Majelis Ulama Indonesia (MUI), Forum Pondok Pesantren (FPP), Pusat Pengembangan Islam Bogor (PPIB), Pemkot Kota Bogor, Kementerian Agama, Dewan Masjid Indonesia (DMI), PC Nahdlatul Ulama Kota Bogor, BKPRMI, GP Anshor Kota Bogor, Baznas, FKDT, dll pada hari Minggu (5 November 2017). Kami sekeluarga bangun pagi-pagi untuk mempersiapkan segala sesuatunya. Maklum anak-anak kami masih kecil, sehingga memakan waktu untuk persiapan dari menunggu si kecil bangun, si kakak menunggu roti langganan, memandikan, dll nya itu. Sebelum berangkat saya mendapat telephon dari salah satu Banser Kota Bogor, "Kang ngiring teu jalan sehat?" (Kang ikut tidak jalan sehat?), tanyanya. Saya jawab, "saya ikut pak". Sontak saya tanya kembali, "Pak bendera NU ada tidak yang bawa buat di jalan sehat nanti?", si Banser bilang, "lupa kang". Saya pun bergegas sebelum berangkat berinisiatif untuk mencari bambu panjang, dan membawa bendera merah putih serta bendera NU. Kami pun berangkat dengan terburu-buru khawatir tertinggal dari start yang dijadwalkan dari Balai Kota. Sebab, acara yang diumumkan sebelum-sebelumnya oleh panitia yaitu jam 06.30 WIB sudah start dari Balai Kota Bogor.

Akhirnya kami sampai di Balai Kota pukul 07.20 WIB baru mulai start, kami segera membuka stroller untuk si Haddad, memasangkan peci dan kacamata hitam mereka, dan saya segera memasang bendera merah putih dan bendera NU. Sesekali dalam hati saya teringat saran dari jamaah NU untuk diserahkan kepada orang lain atau santri yang ada di jalan sehat. Namun saya niatkan untuk mengatakan "TIDAK", saya sendiri akan membawa bendera tersebut dari start sampai finish. Sebab, kami sekeluarga ingin mengharap barokah dari perjuangan para Ulama wabil khusus pendiri NU (Hadratusysyaikh KH. Muhammad Hasyim Asy'ari). Biarkan saya berkeringat, capek, dan bahkan jika nyawa saya dicabutpun saya ingin panji-panji NU dalam pelukanku. Begitulah katanya militansi, tidak pandang siapa, tidak pandang dimana, untuk NU harus siap berkorban.

Ada yang unik, putraku Habib sangat luar biasa. Dia berjalan dengan memakai celana panjang, kaos Bogor, peci hitam, dan kacamata hitam. Sambil senyam-senyum dia mengikuti mama dan adiknya (Haddad) yang duduk di stroller dengan costum sama. Tentu dia jalan kaki, dan sepanjang perjalanan tidak mengeluh, bahkan sudah lebih setengah perjalan baru dia minta digendong. Haddad yang masih berumur 2 tahun itu duduk manis ada distroller sambil memandang kesana-kemari para peserta jalan sehat yang sangat banyak. Namun mereka senang, mereka menikmati walaupun akhirnya dia minta digendong juga, akhirnya stroller harus berganti penumpang, Haddad sambil saya gendong dan saya membawa bendera merah putih dan NU.

Akhirnya titik finish di Ponpes Al Ghazali pun sampai, namun kami tidak bisa sampai kedalam. Sebab sudah menjadi lautan santri yang berada didadalam Ponpes. Kami tidak bisa masuk, akhirnya kami putuskan untuk mengirim salam kepada mama KH. Abdullah Bin Nuh saja dan kami ke kantor Kementian Agama untuk istirahat. Namun, Allah Maha Adil, ketika kami tidak bisa menerobos masuk ke Ponpes Al Ghazali, kami dipertemukan dengan KH. Wahid yang juga sekaligus Katib Syuriah PCNU Kota Bogor. Kami bersalaman, mencium tangan beliau. Beliaupun juga sama, ingin ke Kemenag saja, sebab sudah tidak bisa masuk. Dikantor Kemenag kami duduk istirahat, Istriku dan putra-putraku yang belum pada sarapan, akhirnya makan bekal roti yang dibawa. Mereka lahap sekali, maklum jalan yang ditempuh cukup jauh.

Semoga hal ini menjadi nilai bagi kita semua baik santri maupun masyarakat Indonesia, bahwa jalan sehat sarungan ini sebagai kita niatkan bentuk ta'dzim kita kepada para Ulama dan pahlawan yang telah mengorbankan jiwa dan raga untuk melawan penjajah saat itu, selain itu harus kita ingat bahwa santri memiliki peran yang besar untuk membawa bangsa Indonesia menjadi bangsa yang merdeka, berdaulat, adil dan makmur. Maka santri-santri "JAMAN NOW" harus move on untuk kembali memperdalam pengetahuan keagamaan dan berinovasi untuk menghasilkan kualitas SDM yang mampu membawa negara ini menjadi negara yang kuat.

Santri bagi saya, bukan hanya bisa ngaji saja, santri juga harus bisa menjadi bagian penting dari proses-proses pembangunan bangsa Indonesia. Dengan demikian santri bisa mengisi disemua lini, mulai dari jadi guru, dosen, petani, nelayan, pedagang, PNS, swasta, konsultan, birokrat, politik, budayawan, hingga menjadi Presiden, atau apappun itu, santri harus bisa. Dengan bekal yang dibawa dari hasil mondok bertahun-tahun, dan membawa pesan-pesan dari gurunya, ditambah pengetahuan umumnya maka santri harus berani memimpin dan memiliki bargaining position dimanapun berada. Satu lagi ya, mari kita para santri urus NU, jangan ormas yang lainnya. Jangan pula setengah NU setengah sana, setengah sana, setengah sana bla-bla-bla...Sekali NU tetap NU, khidmat di NU, dari NU untuk negeri. SANTRI MANDIRI, NKRI HEBAT.

Ucapan terimakasih yang mendalam: Kepada Alim, Ulama, Kiai, Ajengan, Ustadz, Santri, Pengurus lembaga/organisasi yang terlibat dalam acara Jalan Sehat Sarungan Kota Bogor. 

Selamat HSN 2017
Bogor, 5 November 2017

Sekelumit dokumentasi HSN tahun NOW

 Gambar 1. Peserta jalan sehat sarungan yang diikuti puluhan ribu santri (Sumber: Dede SA, Ketua Fatayat NU Kota Bogor)

 Gambar 2. Peserta mulai meninggalkan Balaikota (Sumber: Dede SA, Ketua Fatayat NU Kota Bogor)

 Gambar 3. Putraku Habib dan Haddad melihat Banser disampingnya beserta santri-santri. Penampilan putraku sebut saja "Santri Jaman Now" (Sumber: Dokumentasi Pribadi)

Gambar 4.  Bergaya sembari istirahat setelah jalan sehat di Kemenag. Jika ditanya, "Siapa Kita?, NKRI, Pancasila", Putraku ini jawab dengan lantang "NU, Harga Mati, Jaya" (Sumber: Dokumentasi Pribadi)

 Gambar 5. Membawa bendera Merah Putih dan bendera NU tidak harus malu, harus bangga biarpun keringat bercucuran, tangan pegal-pegal. "Ngalap berkah Mbah Hasyim Asy'ari". (Sumber: Dokumentasi Pribadi)

 Gambar 6. Sampai di finish (Ponpes Al Ghazali), cium tangan KH. Wahid (Katib Syuriah PCNU Kota Bogor). Lapor bahwa simbol NU berkibar dari start sampai finish. (Sumber: Dokumentasi Pribadi)

 Gambar 7. Peserta jalan sehat melewati Jl. Sudirman yang pas kegiatan rutin Car Friday (Sumber: Dede SA, Ketua Fatayat NU Kota Bogor)

Gambar 8. Lautan manusia di halaman YIC & Ponpes Al Ghazali mengikuti rangkaian acara setelah jalan sehat.  (Sumber: Gus Turmudzi, Sekretaris PCNU Kota Bogor)


Gambar 9. Sebagai penutup gambar, kenapa kita harus masuk NU, inilah petuah pendiri NU. Ayo kita masuk NU, jangan menjauh dan memandang NU dari pandangan yang sebelah mata. Semoga Allah SWT meridhoi kita semua. (Sumber: https://www.qureta.com/uploads/post/whatsapp_image_2017-02-02_at_12.22.40.jpeg)


Rabu, 06 September 2017

POTRET KELUARGA


Jika kita diberikan contoh oleh kekasih Allah
Maka ikutilah
Jika kita diberikan contoh buku alam semesta yang sungguh mengagumkan
Maka kita gali dengan iqra dan penuh keyakinan
Bukan lain potret itu hanyalah klise dari sebagian kecil rencana Sutradara
Rencana yang semuanya dapat diatur oleh Sang Sutradara
Aku tidak tahu berapa nanti umurku
Sudah ku pinta, namun semua adalah hakMU
Wahai bani Faridh Almuhayat Uhib Hamdani, kirimi aku berkali-kali ayat-ayat yang suci

Bogor, 6 September 2017/15 Dulhijah 1438 H; Pukul 03.08 WIB



Surat Dari Ayah Faridh Almuhayat Uhib Hamdani bin Sri Hartoyo


1.       Istriku Luthfia Nuraini Rahman binti Asep Kusrahman
2.      Putraku Muhammad Habib Jalaluddin Rumi Al Hamdani
3.      Putraku Mahbub Nahdlan Haddad Al Hamdani


Rabu, 6 September 2017/ 15 Dzulhijah 1438 H

Keluargaku yang ayah cintai,
Pujian terbaik hanya untuk Allah Yang Maha Terpuji, beserta makhluk pilihanNya yaitu Kanjeng Nabi Muhammad Shalallahu ‘Alaihi Wassalam. Maka sebaik-baik Dzat untuk bersandar yaitu Allahush Shomad, dan shalawat serta salam kita haturkan kepada Nabi Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat, dan keturunannya serta pengikutnya hingga akhir zaman.

Keluargaku yang ayah cintai,
Hari ini Rabu, 06 September 2017 tepat 15 Dzulhijah 1438 H ayah tepat usia 31 tahun. Dahulu ayah dilahirkan tepat dengan weton Sabtu Legi dari ayah bernama Sri Hartoyo bin Suminto Cokrosumarto dan dari ibu bernama Pariyah binti Marto Sentono. Semoga Allah SWT merahmati mereka semua yang ayah sangat cintai. Ayah berharap kalian semua juga mencintai sepenuhnya, bukan sebagian-sebagian saja. Sebab apa? Sebab cinta kalian akan menjadi sebab turunnya ridha ayah. Maka ayah berwasiat agar kalian selalu menjaga silaturahim. Tidak lupa juga seperti yang ayah ajarkan untuk selalu mengirimkan doa-doa kepada mereka, setidaknya paling sedikit kirimlah Al Fatihah kepada mereka, bahkan pada ayah juga hingga ketika ayah sudah tidak ada.

Keluargaku yang ayah cintai,
Ayah sekolah SD, SMP, SMA, S1, S2 tiada lain karena rasa cintaku pada orang tuaku. Aku menikahpun karena rasa cintaku kepada mereka, sebab dengan menikah keturunan akan terus diharapkan menjadi generasi penerus mereka. Alhamdulillah 3 November 2012 ayah menikahi gadis yang sangat cantik, ia bidadari syurga, ia cahaya kasih sayang, ia cerdas, dan ia sholeh. Mama Luthfia Nuraini Rahman binti Asep Kusrahman. Ayah mencintainya, tentu karena Allah. Semoga Allah SWT kumpulkan kita semuanya bersama orang-orang shaleh di syurganya. Aamiin. Setahun kita dikaruniai seorang putera, tepat di tanggal 17 Juli 2013. Allah menurunkan seorang putera yang gagah perkasa, tampan, dan tentu ia adalah jagoan ayah. Sebagai bentuk ikatan cinta ayah kepada Dzuriat Kanjeng Nabi Muhammad SAW ayah beri panggilan Habib. Tidak ada maksud menyamakan, namun ayah mengharap keberkahan para Habaib semoga menjadi para pecinta Kanjeng Nabi. Dua tahun kemudian, tepatnya 7 September 2017 lahir seorang putra kembali yang gagah nan tampan, laksana hujan dimusim kering yang kemudian ayah beri panggilan Haddad. Memang ayah sengaja beri panggilan itu agar kelak ia menjadi penerus perjuangan Imam Al Haddad. Semoga. Aamiin.

Keluargaku yang ayah cintai,
Bukan karena sesuatu yang mendorong ayah menulis surat ini. Melainkan dorongan ayah tidak terbendung tat kala ayah tidak bisa tidur malam ini. Ayah isi tahajud, hajat, witir, doa itupun juga tidak menutup kantuk untuk segera tidur. Maka ayah putuskan menggerakkan jari untuk menulis wasiat, pesan, surat untuk istriku, anak-anakku semoga bermanfaat. Aku meminta kepada Sang Pencipta Jagad Raya, bahwa tiada lain dan tiada bukan ayah meminta rahmat, hidayah, keridhaan Allah SWT agar kita semua menjadi keluarga sakinah, mawadah, warahmah. Ayah meminta agar Allah menyayangi kita, mencintai kita, mengumpulkan kita bersama orang-orang shaleh. Ayah meminta kemuliaan hidup dunia dan akhirat, yang mana agar kita selamat dari siksa dan adzab alam kubur, siksa api neraka, dan fitnah dajjal al masih. Wallahu A’alam. Ayah meminta hidup berkah, mati dalam keadaan khusnul khatimah, dicabut nyawa kita dalam keadaan iman dan islam. Semoga Allah mengabulkan. Sebab, kita tidak tahu mati kita seperti apa kelak, maka permintaan diatas tiada lain karena sungguh sebuah keberuntungan jika Allah memberikan rahmatNYa untuk kita masuk dan berkumpul bersama orang-orang shaleh. Tanpa rahmatNya kita tidak bisa apa-apa.

Keluargaku yang ayah cintai,
Tegakkanlah shalat wajib, dan tambahlah dengan yang sunnah. Perbanyaklah dzikir, perbanyaklah shalawat, perbanyaklah menolong orang. Insya Allah itu menjadi wasilah keberkahan hidup dan wasilah untuk di akhirat nantinya dipilih oleh Allah SWT untuk dikumpulkan bersama orang-orang yang dicintai Allah SWT. Barang tentu tidak mudah, itu sangat berat. Maka ikutilah ulama-ulama yang ilmunya bersanad hingga Rasulullah SAW baik ilmu dzahir maupun batin. Harapannya, anak ayah Habib dan Haddad menjadi anak shaleh, hafidz qur’an, muhaddist yang ilmunya memberikan maslahat bagi orang banyak. Itulah harapan ayah, namun semua adalah kehendak Allah SWT dan kalian jika sudah dewasa dapat memilih dan memilah dengan sendirinya. Ayah memberikan bekal sekuat tenaga ayah, agar kalian selalu dalam rel-rel agama yang benar dan selalu rendah hati dimanapun berada. Hormat, hormat, hormat kepada orang terutama yang lebih tua dan juga anak kecil. Merekalah gurumu, carilah ibroh, hikmah dari mereka sebab ilmu Allah sangat luas yang kita dapat hanyalah buliran debu-debu yang mana ilmu Allah tiada terhitung, tak terhingga. Maka tidak ada yang perlu kalian sombongkan.

Keluargaku yang ayah cintai,
Istriku engkau bidadariku, selayaknya engkau menjadi orang hebat dan lebih terhormat. Ayah meminta maaf, atas segala prasangka, tingkah laku, perkataan ayah yang belum dapat memuliakanmu, membuat tersenyum bibir dan hatimu selalu, membuatmu bahagia, dan tentu ayah masih banyak kekurangan dan kesalahan dalam berumah tangga denganmu. Semoga Allah memberikan syurga, tempat yang mulia di dunia dan akhirat kepadamu. Aamiin.

Istriku pujaanku, maafkan ayah yang belum dapat mengajarimu, memberimu fasilitas yang mapan. Ayah doakan agar engkau ataupun kita semua dapat diterima di CPNS tahun ini. Kado dari Allah SWT baik dan buruknya adalah yang terbaik. Semoga menjadi awal yang baik untuk kita semua, dunia dan akhirat.

Terimakasih, sudah bertahun-tahun menemani ayah. Sudah melayani ayah, melakukan yang terbaik untuk ayah. Namun sebaliknya ayah belum seperti yang mama harapkan, belum dapat memberikan reward untuk mama yang lelah siang malam mengurus ayah dan anak-anak jagoan kita, maka ayah akan selalu belajar menjadi ayah yang baik dan benar, ayah yang dapat membimbing kita dalam kebenaran. Insya Allah.

Regard,
Ayah Faridh Almuhayat Uhib Hamdani bin Sri Hartoyo bin Sumiinto Cokrosumarto



Rabu, 31 Mei 2017

Nak Jaga Ibumu

Gambar terkait

Waktu engkau kecil nakm engkau lari-lari dipinggir sawah dengan riangnya engkau bermai bersama sahabat-sahabatmu

Sesekali engkau berhenti, engkau lempar tanah keteman-temanmu namun mereka juga senang dan riang walau kotor sekalipun

Nak, kini sawah itu telah berubah menjadi pabrik dan bangun-bangunan rumah, bahkan habis terjual

Kini ibu makin renta dan engkau mungkin lupa bagaimana situasi desamu tempat bermainmu

Selebihnya engkau pasti akan tahu bagaimana sawah-sawah itu bisa jadi seperti itu

Sudah sejak lama ibu melihat, tapi apa daya ibu tidak bisa berbuat apa-apa

Kini engkau telah selesai sekolah, kuliah, kerja yang kata bisa merubah keadaan

Aku harap itu bukan mimpi, agar kelak ada yang bisa bermain di sawah lagi bukan buatmu tapi untuk anak dan cucumu nanti

Nak, jaga ibu yang mulai renta



Jakarta, 31 Mei 2017

Minggu, 21 Mei 2017

Serat Sepindah

Surat buat Tuhan

Tuhan, malam ini aku memohon ridha-Mu. Aku ingin bertanya Tuhan, apakah hamba sudah Engkau campakkan dari jalan-Mu? Sehingga hamba tidak mudah memilih diantara pilihan-pilihan ini. Tuhan, aku ingin Engkau beri kemantaban, itu saja. Jika rizki itu milik-Mu, maka Engkau yang berhak memberikannya kepadaku. Maka hamba meminta pintu-pintu itu Engkau bukakan walau hanya sedikit saja. Tuhan mohon beri aku jalan antara jarak daratan dan lautan buatlah menjadi dekat sedekat diri-Mu dengan kekasih-Mu Mustafa SAW.
Tuhan, aku tidak tahu mana yang terbaik untukku, antara ini dan itu. Sudah aku sanggupi satu muncul lagi satu. Dari satu-satu itu minta seribu pintu dari-Mu. Jadikan satu menjadi seribu pintu rejeki untukku. Tuhan, satu saja mintaku. Dekatkan aku pada jalan-Mu, ridha-Mu, rahmat-Mu.
Tuhan, semoga Engkau mengerti dari tulisanku ini. Aku mencintai-Mu beserta rasul-Mu. Aku pasrah. Hanya itu yang kupinta.


Nunyai Bandar Lampung, 17 Januari 2011

Selasa, 09 Mei 2017

MAKALAH OPSI SVLK UNTUK HUTAN ADAT

 

MAKALAH OPSI SVLK UNTUK HUTAN ADAT[1]

Dr. M. Zahrul Muttaqin[2], Faridh Almuhayat Uhib H., S.Hut., M.Si[3]

 

I.          KEBIJAKAN SVLK PADA HUTAN ADAT

Pasca putusan MK No. 35 Tahun 2012 yang menetapkan bahwa hutan adat bukan hutan negara. Putusan MK tersebut merupakan koreksi penafsiran terhadap pasal-pasal dalam UU No. 41 tahun 1999 tentang kehutanan yang menyatakan bahwa hutan adat termasuk hutan negara. UU No. 41 tahun 1999 mengategorikan status hutan dalam dua kelompok, yaitu hutan negara dan hutan hak. Demikian pula dalam rumusan pertimbangannya, MK menyatakan bahwa hutan berdasarkan statusnya dibedakan menjadi dua, yaitu hutan negara dan hutan hak. Karena hutan adat dinyatakan sebagai hutan bukan negara maka hutan ini dimasukkan kedalam kategori hutan hak. Hutan hak dibedakan antara hutan adat dan hutan perseorangan/badan hukum, hutan adat adalah hutan yang berada dalam wilayah masyarakat hukum adat. Ketiga statuts hutan tersebut (negara, hutan adat, dan hutan perseorangan/badan hukum) pada tingkatan yang tertinggi seluruhnya dikuasai oleh negara. Hutan adat berbeda dengan tanah adat. Meskipun hutan adat bukan hutan negara, ada beberapa kemungkinan lokasinnya, yaitu:

1.       Berada pada lahan hak/milik komunal (adat)

2.       Berada pada tanah negara

3.       Sebagian di lahan hak/milik komunal dan sebagai di tanah negara yang pengelolaannya dilakukan oleh masyarakat hukum adat (hutan adat)

Sebelum ada putusan MK No. 35 tahun 2012, produksi hasil hutan dari hutan adat belum diatur secara khusus dalam peraturan perundang-undangan berkenaan dengan implementasi SVLK. Peraturan perundang-undangan yang menyinggung produksi hasil hutan dari hutan adat lebih mengatur tentang penggunaannya untuk konsumsi sendiri atau kompensasi yang diberikan oleh perusahaan kehutanan (pemegang IUPHHK) kepada masyarakat adat yang bersangkutan.

Dalam permenhut No. 28/2009 maupun penggantinya yaitu PermenLHK No. 43/2014 tentang standar dan pedoman penilaian kinerja pengelolaan hutan produksi lestari dan verifikasi legalitas kayu, belum mencakup hutan adat dan masih sebatas di hutan rakyat/hutan di lahan milik, hutan desa, dan HTHR. Disisi lain permenhut No. 30/2012 tentang penatausahaan hasil hutan yang berasal dari htuan hak menyatakan lebih tegas bahwa hutan yang berada di lahan milik dibebani hak atas tanah yang dibuktikan dengan Letter C atau Girik, Hak Guna Usaha, hak pakai, atau dokumen penguasaan/pemilikan lainnya yang diakui BPN[4]. Maka hutan adat belum termasuk didaamnya.

PermenLHK No. 21/2015 tentang penatausahaan hasil hutan yang berasal daru hutan hak dan Begitu juga Permenhut No. 43/2014 tentang penilian kinerja PHPL dan verifikasi legalitas kayu juga masih belum jelas/samar dalam menjelaskan batasan tentang hutan hak. Permen tersebut biasanya masih mengacu pada PP No. 6/2007 dan UU No. 41/1999, dan BELUM MEMPERHATIKAN Putusan MK. No. 35.2012.

 

II.        IMPLEMENTASI SVLK DI HUTAN ADAT

A.      Landasan Hukum SVLK

1.       PermenLHK No. 32 tahun 2015 tentang Hutan Hak

2.       PermenLHK No. 30 tahun 2016 tentang Penilaian Kinerja Pengelolaan Hutan Produksi Lestari dan Verifikasi Legalitas Kayu Pada Pemegang Izin, Hak Pengelolaan, Atau Pada Hutan Hak

3.       PermenLHK No. 83 tahun 2016 tentang Perhutanan Sosial

4.       Perdirjen PHPL No. 14 tahun 2016 tentang  Standar dan Pedoman Pelaksanaan Penilaian Kinerja PHPL dan VLK

Landasan tersebut masih belum mencakup hutan adat dalam pasal demi pasal. Maka putusan MK dari tahun 2012 telah ditetapkan belum banyak peraturan dan kebijakan yang mencantumkan bagaimana masyarakat hukum adat menjadi bagian dari hutan hak yang secara eksplisit tertuliskan.

 

B.      Implementasi SVLK

Dalam implementasi SVLK, institute KARSA (2010) dalam Laporan Stocktaking Assessment SVLK Dalam Konteks Otonomi Khusus Provinsi Papua menemukan berbagai tantangan dalam pelaksanaan SVLK yang dikelompokkan menjadi:

a.       Terkait pada pemenuhan syarat penting, yang meliputi kebijakan, tata kelembagaan, kriteria dan indikator sampai kepada standard operational procedure (SOP) yang terkandung di dalam sistem;

b.      Terkait pada pemenuhan syarat cukup, meliputi kewenangan (authority), sosialisasi, ketrampilan individu (personal skill), independen (independency), keterbukaan alur informasi dan pembiayaan. 

Keseluruhan tantangan tersebut jelas muncul akibat sejumlah ketidakjelasan pengaturan dan kesimpangsiuran pemahaman dari berbagai pihak terhadap SVLK. Dampaknya sebagian aturan mengalami kebuntuan sehingga implementasi SVLK menjadi tidak optimal. Gap yang terjadi jika SVLK di lakukan oleh pemegang IUPHHK swasta yaitu didukung oleh kemampuan finansial dan SDM yang dapat mempercepat proses SVLK. Sedangkan untuk komunal memerlukan dukungan kolektif untuk mendapatkan legalitas dari IUPHHK di wilayah komunal.

Jika mengacu pada PermenLHK No. 95/2014 dan Perdirjen BUK No. 1/2015, hutan adat dikategorikan sebagai bentuk hutan hak sehingga implementasinya dapat menggunakan SVLK pada hutan hak. Berdasarkan kriteria yang digunakan khususnya K1.1 (keabsahan hak milik dalam hubungannya dengan areal, kayu, dan perdagangannya), dan K.3.1 pemilik hutan hak telah memiliki dokumen lingkungan sesuai dengan ketentuan yang berlaku (jika dipersyaratkan oleh ketentuan). Kelemahannya di hutan adat yaitu bukti-bukti keabsahan  hak milik seperti SHM, Letter C, Girik, Letter B, atau dokumen lainnya yang di akui BPN.

Disisi lain hambatan yang juga sangat mendasar yaitu kapasitas masyarakat dalam pengelolaan hutan dan administrasi kehutanan serta rendahnya kapasistas SDM aparat pemerintah dan lemahnya pengawasan dan penegakan hukum.

 

III.      PERAN INDUSTRI

Hal yang penting juga perlu diperhatikan yaitu peran industri kehutanan yang dapat menjadikan bergeliatnya usaha yang legal. Dorongan untuk menumbuhkan IKM di daerah harus dilakukan untuk mempertegas kembali kebijakan pasar kayu legal dan melarang peredaran kayu ilegal di seluruh Indonesia.

Peran pemerintah yang terkait dengan SVLK di hutan adat Papua Barat yaitu segera melakukan fasilitasi masyarakat dalam mendapatkan SVLK terutama dalam hal pembiayaan dan proses pendampingan, membantu penguatan, menyederhanakan prosedur perizinan, dan melakukan pengawasan dan pemantauan secara intensif terhadap kerja asesor.

 



[1] Disampaikan dalam Diskusi Terbatas Opsi SVLK untuk Hutan Adat oleh INOBU pada Selasa 9 Mei 2017

[2] Peneliti di Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Kebijakan  dan Perubahan Iklim (P3SEKPI) KLHK

[3] Asisten Peneliti di P3SEKPI /ACIAR Project 2014-2017

[4] Hak atas hutan adat, tanah adat atau tanah ulayat belum mendapatkan pengakuan dari BPN.