Selasa, 27 Juli 2021

Kisah Wali


Kisah Wali masyhur, ketika ia mengetahui si "makhluk" Allah SWT pembawa wabah ingin menjangkit di berbagai wilayah pd jaman itu, namun wali tersebut bukannya menghentikan, tetapi justeru mempersilahkan untuk melaksanakan tugasnya. Namun dengan catatan hanya 500 ribu orang saja yang terkena atau meninggal.

Setelah sekian lama melaksanakan tugasnya, makhluk tersebut menemui wabah. Akan tetapi jumlah yang dimeninggal lebih dari itu. Wal hasil, wali tersebut bertanya "kenapa engkau melebihi dari yang engkau katakan saat itu?". Lalu si wabah mengatakan "aku menyisakan orang yang lebih baik daripada yang aku akibatkan."
Kalau begitu laksanakan tugasmu sesuai dengan kehendakNya, jawab sang wali tersebut.
====********====
1. Kisah ini memberikan gambaran, bahwa wabah adalah bagian dari makhluk Allah SWT yang harus kita pandang dengan cara yang baik walaupun akibatnya dari sakit sampai meninggal. Namun manusia wajib berikhtiar, baik secara jasmani maupun ruhani.
2. Manusia hanyalah makhluk Allah SWT, tidak memiliki kuasa apapun selain hanya melaksanakan titah dari sang Pencipta Alam Semesta. Allah SWT bukankan sudah mengatakan, bahwa Ia menciptakan golongan Jin dan Manusia tiada lain hanya untuk menyembah dan beribadah kepada Allah SWT.
3. Wali-wali Allah SWT sungguh sangat beraneka ragam dan macam tingkatan, ia sosok yang terkadang tersembunyi bahkan tidak menampakkan diri sebagai Wali pandangan manusia seperti pakaian yang agamis. Maka menyikapi berbagai perbedaan "dhohir" kita harus hati-hati mengucapkannya/menilainya sebab dari hal kecil tersebut kita bisa menjadi orang yang tergelinciri pandangan maupun ucapan.
4. Menerima dengan ikhlas yang sudah menjadi ketentuanNya, walaupun kita sudah menjadi orang yang berihtiar baik dhohir maupun batin.
Bogor, 27 Juli 2021

Minggu, 25 Juli 2021

MENGENANG WAFATNYA HADRATUSYEKH KH. HASYIM ASY’ARI YANG WAFAT PADA TANGGAL 25 JULI 1947.



Hadratusyech yang artinya “Maha Guru” menjadi gelar yang diberikan khususnya untuk orang yang benar-benar pantas mendapatkannya. Gelar ini berarti satu tingkat di atas gelar Syeikh
Gelar hadratussyekh tersebut disandang beliau sejak dari Mekkah. Karena selain KH. Hasyim Asyari selain menguasai berbagai disiplin keilmuan Islam secara mendalam, juga hafal kitab-kitab babon hadits dari Kutubus Sittah yang meliputi Shahih Bukhari, Shahih Muslim, Bukhori Muslim, Sunan Abu Dawud, Turmudzi, Nasa’i, Ibnu Majah.
Dalam hal bermadzhab, beliau memandang sebagai masalah yang fundamental, guna memahami maksud sebenarnya yang terkandung di dalam Al-Qur’an dan Hadits. Sebab tanpa mempelajari berbagai pendapat dari kalangan ulama-ulama besar khususnya Empat Imam Madzhab, yaitu Maliki, Syafi’i, Hanafi, dan Hanbali, maka hanya akan menghasilkan pemutarbalikan pengertian dari ajaran Islam itu sendiri.
Hadratussyekh wafat dengan warisan jasa yang luar biasa besar. Kelak amal jariyah perjuangan yang belum ia tuntaskan itu berlanjut dengan pergerakan nasional di mana-mana. Para kiai dan kader mudanya tidak surut memperjuangkan kemerdekaan tanah air yang amat mereka cintai. Dalam semangat Islam, mereka berkorban untuk Bumi Pertiwi.
KH. Hasyim Ay’ari wafat, tapi tetap mewariskan darah juang kepada putra-putranya, yaitu KH. Wahid Hasyim, salah seorang perumus Pancasila dan Menteri Agama RI tiga kali. KH. Choliq Hasyim menjadi Daidanco (Komandan Batalyon Pembela Tanah Air, PETA,) KH. Yusuf Hasyim aktif di Laskar Hizbullah sebagai Komandan Kompi II. Salah seorang cucunya menjadi pejuang kemanusiaan dan demokrasi terdepan serta Presiden Indonesia, KH. Abdurahman Wahid.
Dan kita sebagai santri dan penerus perjuangan beliau, sudah sepatutnya untuk menjaga, mengamalkan dan menyebarkan seluruh nilai, ajaran dan keteladanan KH. Hasyim Ay’ari. (*)
Semoga ALLAH SWT menempatkan kedudukan mulia kepada beliau dan semoga kita diakui sebagai santrinya. Aamiin.