Selasa, 21 Desember 2021

IBU


IBU....... ,engkaulah yg menghantarkan aku ada,engkaulah yg menjadikan aku spt sekarang ini,dari bimbinganmulah yg menjadikan aku besok di sorga..! terima kasih ibu..! ya Allah ampunilah dosa dan kesalahan orangtuaku, sebagaimana beliau mengasihi dan mengasuhku diwaktu aku kecil.

Abdul Hamis Sri Hartoyo

21 Desember 2021

Senin, 15 November 2021

Sinau Urip

 

Kuat Dilakoni Yen Gak Kuat Disambi Ngopi
Gusti Pangeran Ora Sare iki
Wiridan di akehi kerjone disregepi
Insya Allah ridha lan mbejani

🇮🇩✊Semangat Sinau Urip

Jumat, 29 Oktober 2021

Belajar dari Hutan


Kesempatan Ke 2 dapat mengunjungi Balai Litbang Teknologi Sumber Daya Alam (Balitek KSDA) Samboja, Provinsi Samarinda dalam rangka Monitoring Program Prioritas Nasional di KHDTK Samboja. Dahulu tahun 2019 saat akan ke Balai Besar Litbang Dipetocarpa Samarinda transit ke Samboja.

Hasilnya PN dr KHDTK ini keren, tanaman hutan yg memiliki potensi untuk herbal baik untuk terapi penyakit berat, sedang hingga untuk kecantika bisa diperoleh dr HUTAN. Para peneliti berjibaku meneliti hingga menjadi produk layak pakai.Luar biasa....
Hutan itu kayak kita bernegara membentuk sekumpulan tegakan pohon beserta ikutannya baik benda hidup danntidak hidup dari atas pohon hingga bawah tanah semua saling berinteraksi dan berkomunikasi.
Belajar dari hutan, inilah jiwa para rimbawan yang ingin disampaikan kepada khalayak luas. Bahwa hutan menjadi sumber kehidupan, sumber inspirasi. Makanya ayo kita bela, kita jaga hutan kita supaya lestari. Kalo rusak.....kita semua juga menanggung resikonya.
Thank to: @litbang_lhk_banjarbaru @balitek.ksda @bsilhk
Salam rimbawan.....


Selasa, 27 Juli 2021

Kisah Wali


Kisah Wali masyhur, ketika ia mengetahui si "makhluk" Allah SWT pembawa wabah ingin menjangkit di berbagai wilayah pd jaman itu, namun wali tersebut bukannya menghentikan, tetapi justeru mempersilahkan untuk melaksanakan tugasnya. Namun dengan catatan hanya 500 ribu orang saja yang terkena atau meninggal.

Setelah sekian lama melaksanakan tugasnya, makhluk tersebut menemui wabah. Akan tetapi jumlah yang dimeninggal lebih dari itu. Wal hasil, wali tersebut bertanya "kenapa engkau melebihi dari yang engkau katakan saat itu?". Lalu si wabah mengatakan "aku menyisakan orang yang lebih baik daripada yang aku akibatkan."
Kalau begitu laksanakan tugasmu sesuai dengan kehendakNya, jawab sang wali tersebut.
====********====
1. Kisah ini memberikan gambaran, bahwa wabah adalah bagian dari makhluk Allah SWT yang harus kita pandang dengan cara yang baik walaupun akibatnya dari sakit sampai meninggal. Namun manusia wajib berikhtiar, baik secara jasmani maupun ruhani.
2. Manusia hanyalah makhluk Allah SWT, tidak memiliki kuasa apapun selain hanya melaksanakan titah dari sang Pencipta Alam Semesta. Allah SWT bukankan sudah mengatakan, bahwa Ia menciptakan golongan Jin dan Manusia tiada lain hanya untuk menyembah dan beribadah kepada Allah SWT.
3. Wali-wali Allah SWT sungguh sangat beraneka ragam dan macam tingkatan, ia sosok yang terkadang tersembunyi bahkan tidak menampakkan diri sebagai Wali pandangan manusia seperti pakaian yang agamis. Maka menyikapi berbagai perbedaan "dhohir" kita harus hati-hati mengucapkannya/menilainya sebab dari hal kecil tersebut kita bisa menjadi orang yang tergelinciri pandangan maupun ucapan.
4. Menerima dengan ikhlas yang sudah menjadi ketentuanNya, walaupun kita sudah menjadi orang yang berihtiar baik dhohir maupun batin.
Bogor, 27 Juli 2021

Minggu, 25 Juli 2021

MENGENANG WAFATNYA HADRATUSYEKH KH. HASYIM ASY’ARI YANG WAFAT PADA TANGGAL 25 JULI 1947.



Hadratusyech yang artinya “Maha Guru” menjadi gelar yang diberikan khususnya untuk orang yang benar-benar pantas mendapatkannya. Gelar ini berarti satu tingkat di atas gelar Syeikh
Gelar hadratussyekh tersebut disandang beliau sejak dari Mekkah. Karena selain KH. Hasyim Asyari selain menguasai berbagai disiplin keilmuan Islam secara mendalam, juga hafal kitab-kitab babon hadits dari Kutubus Sittah yang meliputi Shahih Bukhari, Shahih Muslim, Bukhori Muslim, Sunan Abu Dawud, Turmudzi, Nasa’i, Ibnu Majah.
Dalam hal bermadzhab, beliau memandang sebagai masalah yang fundamental, guna memahami maksud sebenarnya yang terkandung di dalam Al-Qur’an dan Hadits. Sebab tanpa mempelajari berbagai pendapat dari kalangan ulama-ulama besar khususnya Empat Imam Madzhab, yaitu Maliki, Syafi’i, Hanafi, dan Hanbali, maka hanya akan menghasilkan pemutarbalikan pengertian dari ajaran Islam itu sendiri.
Hadratussyekh wafat dengan warisan jasa yang luar biasa besar. Kelak amal jariyah perjuangan yang belum ia tuntaskan itu berlanjut dengan pergerakan nasional di mana-mana. Para kiai dan kader mudanya tidak surut memperjuangkan kemerdekaan tanah air yang amat mereka cintai. Dalam semangat Islam, mereka berkorban untuk Bumi Pertiwi.
KH. Hasyim Ay’ari wafat, tapi tetap mewariskan darah juang kepada putra-putranya, yaitu KH. Wahid Hasyim, salah seorang perumus Pancasila dan Menteri Agama RI tiga kali. KH. Choliq Hasyim menjadi Daidanco (Komandan Batalyon Pembela Tanah Air, PETA,) KH. Yusuf Hasyim aktif di Laskar Hizbullah sebagai Komandan Kompi II. Salah seorang cucunya menjadi pejuang kemanusiaan dan demokrasi terdepan serta Presiden Indonesia, KH. Abdurahman Wahid.
Dan kita sebagai santri dan penerus perjuangan beliau, sudah sepatutnya untuk menjaga, mengamalkan dan menyebarkan seluruh nilai, ajaran dan keteladanan KH. Hasyim Ay’ari. (*)
Semoga ALLAH SWT menempatkan kedudukan mulia kepada beliau dan semoga kita diakui sebagai santrinya. Aamiin.

Jumat, 12 Februari 2021

IMLEK 2572 TAHUN 2021



Perayaan imlek tahun ini (2021) sangat berbeda dari tahun-tahun sebelumnya. Biasanya penuh dengan gegap gempita mereka para Tionghoa merayakan tahun baru tersebut dengan dibarengi festival barongsai, dan berbagai pesta adat lainnya yang ditunjukkan secara terpusat ataupun secara arak-arakan. Di Indonesia, jaman dahulu imlek sembunyi-sembunyi atau tidak menampakkan diri, sebab mereka sebagai minoritas dan juga terbelenggu oleh situasi politik yang kurang mendukung. Namun pasca reformasi, khususnya sejak Presiden RI yaitu era KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur) menjabat, justeru tahun baru imlek menjadi perayaan sebagaimana perayaan tahun baru agama-agama lainnya yang ada di Indonesia. Masyarakat keturunan Tionghoa di Indonesia kembali mendapatkan kebebasan merayakan tahun baru Imlek pada tahun 2000 ketika Presiden Abdurrahman Wahid mencabut Inpres Nomor 14/1967. Kemudian Presiden Abdurrahman Wahid menindaklanjutinya dengan mengeluarkan Keputusan Presiden Nomor 19/2001 tertanggal 9 April 2001 yang meresmikan Imlek sebagai hari libur fakultatif (hanya berlaku bagi mereka yang merayakannya). Baru pada tahun 2002, Imlek resmi dinyatakan sebagai salah satu hari libur nasional oleh Presiden Megawati Soekarnoputri mulai tahun 2003.

Tahun ini tidak ada perayaan, sebab situasi pandemi Covid-19 memaksa untuk tidak banyak melakukan pengumpulan masa skala banyak. Bisa dibayangkan jika perayaan itu diadakan, pasti akan terjadi cluster-cluster baru yang menimbulkan penularan Covid-19 di Indonesia semakin masif. Salut untuk para pemimpin tionghoa di Indonesia, mereka mampu memberikan pencerahan kepada umat untuk tidak merayakan besar-besaran seperti tahun-tahun sebelumnya, dan ini dimaklumi. Ini juga dilakukan oleh pemeluk agama lain, seperti Islam saat Idul Fitri, Idul Adha, Kristen saat Kebaktian, Hindu dan Budha pun juga sama-sama tidak merayakannya. Semua dirumah atau berkumpul dengan keluarga terbatas.

Apa sebenarnya Imlek?
Kata "Imlek" bukanlah nama dari perayaan tahun baru Tiongkok yang sebenarnya. Kata ini diambil dari Bahasa Hokien dan hanya diketahui dan digunakan oleh orang Indonesia. Di luar, perayaan ini lebih dikenal dengan nama Chinese New Year untuk orang-orang Barat, sedangkan orang Tiongkok menamainya "Guo Nian" atau "Xin Jia" yang artinya lewati bulan atau bulan baru. Hari raya Imlek telah ada sejak 4.000 tahun lalu. Seiring perkembangan zaman, maka terbentuklah beberapa tradisi yang akhirnya turun menurun dan wajib dijalani dalam setiap perayaan Imlek.

Mengutip di halaman www.wikipedia.com, Tahun Baru Imlek merupakan perayaan terpenting orang Tionghoa. Perayaan tahun baru imlek dimulai pada hari pertama bulan pertama (Hanzi: 正月; pinyin: zhēng yuè) di penanggalan Tionghoa dan berakhir dengan Cap Go Meh 十五暝 元宵節 pada tanggal ke-15 (pada saat bulan purnama). Malam tahun baru imlek dikenal sebagai Chúxī 除夕 yang berarti "malam pergantian tahun".

Di Tiongkok, adat dan tradisi wilayah yang berkaitan dengan perayaan tahun baru Imlek sangat beragam. Namun, kesemuanya banyak berbagi tema umum seperti perjamuan makan malam pada malam tahun baru, serta penyulutan kembang api. Meskipun penanggalan Imlek secara tradisional tidak menggunakan nomor tahun malar, penanggalan Tionghoa di luar Tiongkok sering kali dinomori dari pemerintahan Huangdi. Setidaknya sekarang ada tiga tahun berangka 1 yang digunakan oleh berbagai ahli, sehingga pada tahun 2017 Masehi, "Tahun Tionghoa" dapat jadi tahun 4715, 4714, atau 4654.

Dirayakan di daerah dengan populasi suku Tionghoa, Tahun Baru Imlek dianggap sebagai hari libur besar untuk orang Tionghoa dan memiliki pengaruh pada perayaan tahun baru di tetangga geografis Tiongkok, serta budaya yang dengannya orang Tionghoa berinteraksi meluas. Ini termasuk Korea, Mongolia, Nepal, Bhutan, Vietnam, dan Jepang (sebelum 1873). Di Daratan Tiongkok, Hong Kong, Makau, Taiwan, Singapura, Indonesia, Malaysia, Filipina, Thailand, dan negara-negara lain atau daerah dengan populasi suku Han yang signifikan, Tahun Baru Imlek juga dirayakan, dan telah menjadi bagian dari budaya tradisional dari negara-negara tersebut.

Tradisi Unik Saat Imlek
Tidak banyak yang mengetahui apa sebenarnya tradisi unik mereka, sebab masyarakat umum tahunya yaitu mereka sembahyang di Vihara dengan membakan dupa, berdoa, lalu pulang. Selebihnya yaitu pesta adat Tionghoa. Namun ada juga masyarakat yang mengetahui imlek dari gemerlapnya lampu lampion, hiasan-hiasan rumah dan pertokoan yang serba merah dan ada pembagian angpao (amplop warna merah berisi uang). Walaupun tidak sedikit juga pemeluk agama lain yang melarang ummatnya untuk tidak mengikuti perayaan tahun baru Imlek beserta pesta tradisinya, karena membahayakan akidah masyarakat. Namun perlu digaris bawahi, bahwa tidak semuanya begitu. Masih banyak yang memahami bahwa dengan adanya imlek, perayaan festival budaya sebatas pertunjukan bagi masyarakat untuk menghibur dan menghiasi warna kehidupan yang tidak dipersoalkan. Sebab perayaan itu dijamin secara hukum.

Mengutip dari https://www.cermati.com/artikel/11-tradisi-tradisi-unik-saat-imlek, ada sebelas tradisi unik yang biasa dirayakan oleh orang Tionghoa antara lain:
1. Bersih-bersih rumah;
2. Mendekorasi rumah;
3. Serba warna merah;
4. Hidangan khas imlek;
5. Pantang makan bubur;
6. Dilarang membalik ikan saat menyantapnya;
7. Petasan dan kembang api;
8. Pentas liong dan barongsai;
9. Bagi-bagi angpai;
10. Mengunjungi sanak saudara; dan
11. Tradisi yu sheng.

Kegembiraan mereka seperti kegembiraan kita saat merayakan tahun baru agama, atau tahun baru suku kita. Seperti penulis, saat akan merayakan lebaran, menyambut tahun baru Islam, tahun baru kalender jawa yang disambut dengan masak-masak, berkumpul dengan keluarga, membersihkan rumah, menyiapkan hidangan, dan lain-lain. Ini merupakan sejarah baru peradaban di Indonesia. Dimana Imlek yang sebelumnnya dikekang oleh situasi dan kondisi politik, saat ini sudah bebas dan merayakannya dengan tenang. 

Akan tetapi masih banyak PR dan kritik bagi kita semua, bahwa kesenjangan diantara masing-masing pemeluk agama masih terjadi, hal ini karena ada proses yang diputus yaitu "dialog antar pemeluk agama yang kurang dijalin dengan baik", legitimasi terhadap suku tertentu terkait kebiasaan yang kurang baik masih ada, masih ada anggapan juga bahwa orang atau suku ini menjajah suku itu atau sebaliknya. Atau bahkan legitimasi negatif lainnya yang masih berkembang.

Ketika proses akulturasi yang sudah berlangsung ini tidak dijaga, maka tidak heran masih ada yang merasa lebih unggul diantara suku atau agama lain di Indonesia. Padahal sebenarnya kita sudah menjadi Indonesia, berbineka tunggal ika, perPancasila, dengan UUD 1945 bahkan berbahasa satu, berbangsa satu, bertanah air satu. Inilah proses yang harus kita jalani. Ingat pesan Presiden dan Founding Father kita, DR (HC) Ir. Sukarno "Kalau jadi Islam, jangan jadi orang Arab, kalau jadi Kristen, jangan jadi orang Yahudi. Tetaplah jadi orang Indonesia dengan adat budaya Nusantara yang kaya raya ini,"

Semoga kita semua selalu dalam lindungan TUHAN YANG MAHA ESA, mari kita rawat budaya kita dengan memperkuat keaqwaan kita, kita perkokoh persatuan dan kesatuan kita demi Indonesia yang kita cintai
 

Minggu, 03 Januari 2021

SELAMAT MENJALANI TAHUN 2021

 

Waktu begitu cepat berlalu. Seperti kita lihat jam terus berputar mengelilingi porosnya bahkan tidak terasa ia telah banyak melewati angka-angka yang setiap hari sama nilainya. Namun apa kita tahu bahwa ketika waktu terus melewati angka yang sama namun kita sebagai hamba melewati dengan hal-hal yang berbeda? Kita beruntung. Sebab Tuhan menciptakan kita untuk melewatinya dengan penuh manfaat, baik manfaat untuk jiwanya maupun jasadnya. 

Tahun 2020 Masehi telah terlewati, cepat, dan tidak terasa tubuh kita juga semakin menua. Tahun 2021 harus dijalani, seolah lama tetapi akan juga terlewati dengan cepat. Tahukan kenapa cepat? Sebab kita disibukkan dengan sejuta kebutuhan dalam alam fikiran yang menuntut kita untuk terus melakukan perwujudan, entah itu dalam bentuk kebaikan maupun kejahatan. Beruntunglah kita yang terus berbuat kebaikan, sebagaimana perintah Allah SWT agar kita berbuat kebaikan dengan saling tolong menolong. Sedangkan kejahatan atau keburuhan telah ditunjukkan oleh Allah SWT agar dijauhi. Sebab itu kita melewati hidup ini dengan hati-hati.

Tahun 2021 jika kita diberi kesempatan oleh Tuhan YME untuk melanjutkan kehidupan ini apa yang akan kalian lakukan? Tentu ada yang membuat list daftara resolusi 2021, ada juga yang biasa-biasa saja, bahkan ada yang juga yang tidak tahu akan melakukan apa. Kesemuanya tidak ada yang salah, yang salah hanyalah kita memandang sesuatu tidak sesuai dengan alam pikiran kita. Maka tidak perlu juga kita memandang yang berlebihan tentang apa yang sudah dilakukan seseorang, sebab jawaban mereka sebenarnya sederhana yaitu tidak ingin mengambil pusing dan ingin menjalaninya dengan apa adanya. Hehehe. 

Belahan dunia sedang dilanda pandemi, wabah yang terus bertambah bahkan bermutasi jenis virus Covid-19nya. Tentu dijaman saat ini hal yang paling diinginkan yaitu kenormalan dalam kehidupan. New Normal, normal tidak menggunakan masker, dan segala protokol yang ditetapkan. Namun apa boleh buat, Tuhan berkehendak demikian. Kita tidak bisa mengelaknya, kita harus menerimanya dengan keikhlasan, kepasrahan, dan tentu terus melakukan upaya agar obat penangkalnya dapat ditemukan.

Spekulasi terjadi ditengah pandemi. Hoax, fitnah, kemaksiatan, kecurangan, terus terjadi dimana-mana baik atas nama kemanusiaan maupun atas nama kekuasaan. Hal serupa sebenarnya juga sama, tanpa pandemipun pasti akan demikian. Jadi, apa sebenarnya teka-teki kehidupan ini?

Jika demikian, simpel saja jawabannya. Kita akan berteriak lantang tentang kebenaran, skenario kejahatan juga akan terus berjalan. Orang yang ingin kejahatan terus berlangsung, skenario kebenaran akan terus ada. Lalu ketidakadilan akan terus berjalan? Ya betul. Sebab keputusan adil seadil-adilnya hanya Tuhan, manusia hanya dapat berusahan memberikan rasa keadilan itu dengan rule of law hasil pemikiran manusia yang disarikan dari penghayatan atas kitab sucinya. Sebagai seorang muslim, Al Quran merupakan sumber kebenaran. Maka tidak akan mungkin kita paksanakan 100% isi Al Quran kepada orang lain, namun kita  diminta unruk mengejawantahkan nilai-nilai Al Quran tersebut kedalam kehidupan sehari-sehari kita. Begitu juga agama lain. Pemeluknya akan mengangkat nilai-nilai dari kitab sucinya untuk guiden dalam kehidupannya dan kehidupan bersama orang lain.

Maka tidak heran dalam kehidupan berbangsa dan bernegara kita selalu mengutamakan nilai-nilai kebenaran yang dibangun bersama untuk kemaslahatan/kebaikan bersama. Tidak sendiri-sindiri sesuai dengan identitasnya masing-masing dan memaksanakan identitasnya dipakai orang lain. Maka tepat jika negara kita ini bukan negara yang mementingkan 1 golongan saja, namun mementingkan semua golongan agar hidup rukun, aman, tentram dan sentosa. 

Tahun 2021 mari kita jalani dengan pikiran yang positif, energi yang positif, serta terus melakukan kebaikan dan meninggalkan keburukan. Jika kita seorang muslim, jadilah muslim yang baik. Jika seorang nasrani, jadilah nasrani yang baik. Jika seorang budha jadilah orang budha yang baik. Jika seorang hindu, jadilan orang hindu yang baik. Jika seorang konghucu,jadilah orang konghucu yang baik.

Kita pasti bisa membawa negara Indonesia kekal abadi, dibawah ridha dan ijin Ilahi. Aamiin. 


Salam, 


Bogor, 3 Januari 2020


Yuk kita naikkan hastag dimedia sosial kita semua dengan hastag:

#indonesiamaju

#indonesiajaya

#indonesiaharuskitajaga