Sabtu, 29 Juni 2013

AKTIVIS, KONEKSI DAN KEINTIMANNYA


Sore itu (Jum’at, 28/6) saya menyempatkan untuk ngopi dan kongkow-kongkow bareng dengan teman-teman di kantin asyik Fahutan IPB. Seperti Sahabat Anggi, Adi Jombang, Munawir, dll yang bernotabene karena ketidaksengajaan bertemu dikantin, masing-masing memiliki background yang berbeda saya, Anggi, dan Adi berbendera PMII, sedangkan yang lainnya HMI. Suasana itu menjadi seru ketika obrolan dibuka dengan pertanyaan dari si Munawar “ada kabar apa dunia ini?” he.he.he.. heran juga saya yang baru datang tiba-tiba ditanya seperti itu, namun saya tahu yang dimaksud, saya menjawab “Indonesia sudah beres, tinggal kita ini yang belum beres pak, bagaimana cara membereskan kita berdua?” he.he.he.

Sementara saya baru asyik ngobrol dengan Anggi, maka saya lanjutkan terlebih dahulu obroland engan Anggi yang memang membutuhkan bantuan. He.he.he bantuan apakah itu? Yah kita tahu bahwa fresh graduate butuh apa to. Bisa kita maklumi. He.he.he. dalam hati dan fikiran saya sebenarnya member jawaban yang sama dengan yang lain, bahwa saya sepertinya banyak yang dijadikan tempat menghantarkan untuk sebuah kesibukan “standard ganda” gara-gara dahulu saya Sekjen Sylva Indonesia jaman mereka. Namun disisi lain saya juga merasa berdosa belum bisa memberikan yang terbaik untuk para aktivis seperti mereka (Anggi, Adi Jombang) dan teman-teman loyalis Sylva. He.he.he… sungguh saya masih memiliki hutang kepada mereka.

Segelas kopi kapucino saya pesan, dan sebungkus rokok saya pesan akhirnya obrolan semakin berlanjut dalam satu meja. Munawar pun menggoda dengan pertanyaan “Bagaimana ini rasanya rokok dari Papua ni?” he.he.he. rasanya saya biasa-biasa saja mencicip rasa rokok dari Papua sama bukan Papua, namun dengan cepat saya faham bahwa begitulah obrolan para aktivis membuka sebuah wacana yang memang menjadi kebiasaan ketika kongkow-kongkow. Saya katakana, memang rasa Papua tapi bungkus tetap dari Jawa. He.he.he. maksud saya yaitu hasil kerja di Papua kita nikmati di Jawa (kantin ini).

Mulai di buka kembali “cletukan” pertama dari teman-teman, bagaiman ini nasib kawan-kawan ini Faridh bisa bawa tidak? He.he.he kayak saya itu orang badan kepegawaian saja yang bisa bawa begitu saja orang untuk bekerja. Mereka sekali lagi memandang “buku lama” saya. He.he.he saya jawab saja, “begini bung, jaman sekarang aktivis seperti tidak memiliki pengaruh apa-apa dibandingkan jaman dahulu. Itulah sebabnya saya ingin mengatakan bahwa aktivis belum tentu memiliki koneksi yang banyak. Begitu juga orang yang memiliki koneksi banyak belum tentu dia aktivis. Namun orang yang memiliki koneksi dipengaruhi oleh aktivis.” Hal-hal tersebut diatas adalah bentuk keintiman bagaimana dunia aktivis adalah dunia yang bisa menjalankan segala keadaan dengan menggunakan segenap usaha dan upaya untuk menjadikan koneksi sebagai alat untuk perjuangan disetiap lini baik yang sesame aktivis ataupun non aktivis. 

Akhirnya, dia sepakat. He.he.he…. begitulah kesimpulan obrolan di kantin Asyik Fahutan IPB sore itu. Semoga tulisan ini bermanfaat bagi pembaca yang budiman.

Selasa, 16 April 2013

KALAU EYANG GAK MUNCUL SIAPA YANG JADI SUBUR

Mulai ramai media masa, elektronik dimana-mana muncul fenomena yang sebenarnya biasa tetapi menjadi luarbiasa karena banyaknya versi. He.he.he kenapa versi? Karena ada yang bertindak sebagai pembela, korban, hingga tidak memihak manapun.  Begitulah berita yang berkembang dengan “subur”nya di media cetak, elektronik saat ini.
Si Adi, Si Arya tiba-tiba muncul di tv mengangkat masalah aliran sesat hingga praktek si eyang yang dianggapnya menyalahi aturan. Kemudian ditambah lagi dengan si A, B, C dan lain-lain hingga akhirnya sampai kemeja DPR untuk mengadukan permasalahan yang dialaminya. Dalam hati saya katakan “Cocok bener ini berita untuk menggiring pengesahan UU santet” He.he.he. bagaimana tidak, untuk membuat suatu UU saja para wakil rakyat harus jauh-jauh ke benua-benua di dunia salah satunya yaitu Eropa. Sungguh menggelitik dalam hati, jangan –jangan nanti ada fakultas baru untuk membuktikan bagaimana, dari mana, oleh siapa santet itu berasal sehingga secara ilmiah dapat dibuktikan. Sehingga suburlah ilmu tentang santet, pellet di fakultas baru yaitu Fakultas Ilmu Santet dan Ilmu Pelet (FISIP). He.he.he
Kita coba menjadi pemerhati sejenak ya….
Si korban mengatakan bahwa ajaran eyang Subur sesat, memeras para pengikut, melunturkan akidah, kaya dari togel, bermain perempuan, mengawini saudara/adik/kakak istrinya dan lain-lain. Tentu korban mengeluarkan semua unek-unek yang pernah dia alami, wajar saja namanya juga korban ingin menumpahkan semua kepublik agar dengan harapan publik juga merasakan apa yang mereka rasakan. Tentu sebagai manusia biasa, saya merasakan apa yang dirasakan saudaraku setanah air yang mengalami hal tersebut, jika saya jadi mereka mungkin hal yang sama saya teriakkan tanpa “tedeng aling-aling” apakah ada landasan hukumnya atau tidak. Ini yang disebut dengan “intim”nya suatu ajaran yang telah diterima oleh akal dan fikiran ketika mendapat pencerahan baru sadar bahwa apa yang dilakukan salah, namun jika diyakini benar maka apapun yang dilakukan benar. He.he.he…saya jadi berfikir subur untuk menulis hal ini karena tangan saya gatal, dari pada saya garuk mendingan saya garuk di laptop saja.
Si pembela mengatakan juga bahwa eyang Subur bukan sesat, karena yang diajarkan itu adalah kebaikan, saling mengingatkan. Dalam hal ini eyang justeru menjadi korban katanya, karena dilaporkan tentang masalah yang tidak jelas, mulai santet, guna-guna, dan lain-lain. Wajar saja yang namanya membela ya apapun yang bisa dibela tentu di bela, mumpung masih ada peluang untuk membela. Negara kita negara hukum, tentu harus dibuktikan dengan fakta-fakta hukum. Namun bagaimana yang tidak masuk dalam hukum seperti halnya kasus eyang ini? Tentu saja ada satu hal yang di ingat lembaga yang pernah ingin di bubarkan ole Gus Dur, yaitu MUI. Majelis tersebut di Indonesia menjadi sorotan untuk menentukan benar-salah, khalal-kharam, sesat-benar, dll. Sehingga pada waktu itu dianggap tidak memiliki kuasa apa-apa MUI di mata Gus Dur. Namun bagaiman dengan MUI sekarang? Belum ada sikap juga tuh…..katanya untuk menentukan sesat-tidaknya ada lima tahapan yang harus dilalui. Karena  nunggu suatu keputusan sehingga masalah berlarut-larut menjadi buah bibir masyarakat. Namun saya boleh dong mengingatkan, jangan dijadikan “tuntunan” namun jadikan “tontonan” saja ya….he.he.he
Tentu banyak yang telah melihat bagaimana perseteruan ini terjadi, sehingga dapat menjadi hikmah bagi masing-masing pembaca, pemirsa di media cetak maupun elektronik.  Tapi ada satu kata kunci yang seharusnya menjadi penetralisir, yaitu damaikanlah permasalahannya kepada hati dan fikiran masing-masing sehingga didekatkan pada upaya penyelesaian, bukan upaya semakin kesetanan dimasing-masing pihak. Eyang berbicara di publik sebenarnya selesai permasalahannya, namun bukan untuk mengakui atau menghakimi orang lain namun sebagai orang yang dituakan ketika angkat bicara harus di hormati, dan disimak baik-baik. Kalau eyang tidak muncul akhirnya yang subur adalah pihak-pihak lain, agenda lain, dan lain-lain. He-he.he syukur-syukur kantong juga subur.
Sebagai penutup sebaiknya kita saling mengingatkan dalam kebaikan. Jika Allah SWT memberikan kenikmatan yang tidak terhingga, haruskah kita terus merengek meminta yang lebih untuk kita jadikan tumpukan harta benda yang dilihat orang yang membutuhkan. Begitu juga dengan keyakinan kita, jangan sampai tergadai dengan indahnya dunia ini. 
Semoga akhir cerita yang khusnul khatimah, mari bertanya pada diri kita bahwa masihkah tidak yakin dengan kekuatan Allah SWT mengenai takdir hidup?semoga saja kita masih yakin. Kita niatkan semua karena-Nya.

Rabu, 16 Januari 2013

1 HARI DALAM SELANGKANGAN JAKARTA

"Maaf bang Jay Syamsu Rijal saya berangkat duluan, karena saya ada tugas menghadiri sebuah acara di Jakarta". He.he.he mudah sekali meminta maaf dalam hati kecil saya. Namun tekad untuk menjalan perintah yang datang ketika malam hari (15 Jan) dari Lampung untuk menjalankan tugas KNPI Lampung menghadiri President Lecture di Hotel Borobudur Jakarta tetap harus dijalankan, kalo boleh curhat hujan, macet, menjadi kendala didepan mata yang sudah membudaya. Ya saya sangat bersyukur karena perintah komandan saya sejalan dengan tugas dari Forum Wacana IPB yang jauh-jauh hari sudah direncanakan. Begitulah jalannya "ATM" berkah kesabaran.

Setelah saya selesai acara di hotel tepat pukul 12.15 WIB saya harus ke Lemhannas. Tugas "dadakan" lagi, sebenarnya saya sudah akan meuju Menara Kuningan. He.he.he tapi okelah saya usahakan secapat kilat. Tuhanpun menjawa usaha tersebut. Dalam perjalanan pamit, eh...bertemu dengan sahabati dari PB PMII kalau tidak salah namanya Ellina dan ??? saya lupa namun saya sangat kenal mukanya yang sudah lama di PMII. Sedikit gembira bisa bertemu mereka karena mengobati kangen masa lalu ketika di organisasi itu. Alhamdulillah bintang sembilan tetap menyinari keterikatan batin kami.

Setiba di menara kuningan, saya menunggu bang Jay dan pak Amrullah di cafe. He.he.he saya fikir mereka belum datang, saya pun santai dengan secangkir kopi, roti, dan koran KOMPAS yang tadi pagi saya beli. Ternyata mereka sudah di ruangan pertemuan, "Faridh dimana?" telp dari bang Jay. "Saya di cafe bagn tunggu abng". jawab saya. "Kenapa tunggu, kami sudah diruang meting" sedikit agak kesal mungkin, namun yah...biar saja kan tidak tahu, he.he.he. untung tahunya masih enak. Selesai pertemuan, kita istirahat sejenak karena sudah jam 17.00 WIB di cafe dekat gedung yang akan kita datangi pertemuan kedua yang jaraknya kurang lebih 1km dari menara kuningan. Setelah ngobrol "ngalor ngidul" hujanturun dan akhirnya kita pindah diruang dalam yang tidak terkena air hujan. Namun ada yang kurang, apa itu? ya biasa kepul asap dari mulut tidak bisa karena didalam ruangan cafe. Yah sedikit kecewa, namun tidak apalah saya coba mengisi waktu "waiting" dengan shalat ashar.

Saya tanya ke satpam, bapak mushola disebelah mana ya?. "Di basement 2 bapak, silahkan turun lewat tangga (darurat)" jawab apak satpam. Sampai di mushola dan wudhu, saya shalat. Kemudian salah satu curhat saya sama Yang Kuasa. "Oh Tuhan, masih ada manusia yang peduli untuk menyediakan ruang untuk mengingatmu walaupun sekecil ini. Tuhan, pantaskah jika rasa cintaku padaMU, aku menempatkan Engkau dilorong-lorong kecil, ruang dasar gedung yang terkadang susah untuk dicari, itupun aku harus bertanya kepada penjaga atau pegawai gedung itu Tuhan. Sedangakan sayangMU kepada ciptaanMU(manusia) tidak terkira hingga mereka bisa mebuat langitMU tercakar-cakar, bahkan bumMU terpaku-paku, perut bumiMu dihisap dengan teknologi modern agar sumber air keluar dari dalam perut bumi. Wahai Tuhan, sekiranya Engkau hanya diletakkan di lorong-lorong selangkangan Jakarta seperti ini, haruskah aku marah? sedangkan Engkau tetap sayang dan sayang, tidak marah kepada kami. Tuhan, Engkau diingat bukan karena ada dimana, apa agama yang punya tempat ini, mayoritas apa agama ditempat ini, namun karena Engkaulah sepantas-pantasnya Sesembahan kami, tidak ada Sekutu bagiMu dan itupun bagi yang mengingat ditengah-tengah "sosialitanya sosialnya wanita-wanita", ditengah-tengah hiruk pikuk pekerjaan, ditengah-tengah neiknya hormon laki-laki, dan dengan segala yang ada dari tubuh hingga cantiknya bangunan yang ada".

Sedah selesai shalat, saya, bang Jay, dan pak Amrullah melanjutkan ke gedung Pesona katulistiwa. Luar biasa hebatnya, mulai dari receptionist yang "melek" dan kami lelaki harus "merem", lho kenapa begitu? he.he.he kalo digabungkan laki-laku dan perempuan nanti merem melek dong, makanya dipisah saja biar tidak ada konotasi lain. He.he.he.mungkin bagi yang tidak suka kata-kata ini bisa saja bilang, Djuancuk tenan kowe rid (Djuancuk sekali kamu rid). Tidak apalah Djuancuk kan juga ada yang positif to....(menurut saya). Selesai pertemuan, kita mampir ditempat makan disuatu tempat "sebut saja X mall". Kami makan malam, kemudian pulang. Ketika keluar dari mall, luarbiasa....pandangan kami tertuju pada mobil-mobil yang lewat karena yang kita cari yaitu angkot yang akan ke stasiun tebet. Tapi karena macet, angkot sudah penuh dan jarang lawat.

Cukup lama kami menunggu angkot yang tidak kunjung longgar untuk kami duduk, sedikit nyleneh juga saya katakan ke Bang Jay dan Pak Amrullah "Pak, selama disini(mall ini) kita tidak usah nonon film bioskop 5 cm". "Kenapa, kok begitu?" jawab bang Jay. Saya jawab kembali, karena dsni saja kita(laki2) sudah bisa liat 5 cm dibawah pinggul, dibawah tulang leher bwah. He.he.he gratis lagi kan bang. Memang, jika diamati, baik dari yang kecil, muda, setengah tua, bahkan sampai yang sudah berkeluarga banyak kaum wanita yang mengumbar auratnya. Ini sebuah fenomea yang luar biasa. Bisa menjadi tontonan umum, bahkan sampai sekarang banyak terjadi tindak kriminal kan... saran saya sih, mbok ya ditutup itu aurat jangan diumbar, berpaikanlah yang nyentrik, rapi, tidak mengumbar aurat, saya fikir saran itu lebih baik daripada fenomena-fenomena tersebut.

Ternyata di selangkangan Jakarta masih ada tempat untuk mengingatNYa. Walaupun terkadang 5cm juga terus berjalan merem melek. He.he.he ah....siapa dulu Jakarta.

Bogor, 16 Januari 2013 ; 02.14 WIB

Minggu, 06 Januari 2013

“NGALOR NGIDUL” TETAP BERNAMA IBADAH


Hari Jum’at kemarin 4 Januari 2013 saya merasakan sebuah kenikmatan yang luar biasa, nikmat dapat ber(silat)turahmi dengan sahabat-sahabat saya di Forum Wacana IPB. Diskusi dan sharing mulai dari canda tawa hingga obrolan serius tentang agama. Memang bisa dibilang obrolan tanpa judul yang lebih asyik saya sebut dengan “Ngalor Ngidul”.

Sudah hal yang biasa jika orang berfikiran “Dakwah” oleh teman-teman ‘sebelah ‘ dengan duduk bersila, membuka kitab, dan tidak dengan barang-barang yang antik seperti rokok, kopi, botol air putih, dan makanan kecil karena kalo mereka bilang dalam hukum agama Islam “makruh”. Berbeda dengan obrolan kali ini yang sejak saya duduk di bangku kuliah Pascasarjana IPB baru dapat berlanjut dengan lama sampai lupa titipan makan malam untuk istri (untung saja sang istri sangat paham dengan kebiasaan saya ini).

Kita mulai saja tulisan ini dengan diskusi antara HIDUP dengan KEHIDUPAN. Pendapat demi pendapatpun keluar, ada yang mengartikan hidup itu untuk beribadah sedangkan kehidupan adalah sarana untuk beribadah. Ada juga yang mengartikan dengan langsung mengutip ayat andalan dalam Alquran “Wama khalaqtul jinna wal insa illa liya’budun” yang kemudian didefinisikan dengan dengan sejatinya manusia hidup. Saya lebih tidak ingin membawa dalam lingkaran dengan jebakan ayat-ayat manapun namun dapat dikatan intisarinya saja yang kita keluarkan. Seperti halnya hidup, hidup merupakan qodrat manusia dari Tuhannya karena berasal dari cinta. Dari hal tersebutlah kemudian terjadi pertemuan antara sperma dan ovum kemudian menjadi hidup si jabang bayi sampai menjalaninya didunia. 

Diskusi selanjutnya adalah fase dalam kehidupan ada berapa? Saya menjawab tentu ada empat fase, yaitu manusia sebelum ditiupkannya ruh, kemudian fase setelah ditiupkannya ruh yang kemudian menjadi jabang bayi, kemudian fase hidup didunia, dan yang terakhir fase kehidupan setelah mati. Sekarang barulah boleh kita memakai ayat yang tadi diatas kita sebut tadi. Pemaknaan ayat dan memaknai ayat saya sangat hati-hati karena jika kita tanpa rujukan maka kita akan terjebak dalam pemikirannya manusia yang mengandalkan aqlu. Memang jika kita terjebakpun tidak menjadi masalah, kan itu urusan manusia sendiri dengan Tuhannya to.

Obrolan demi obrolan berlanjut sampai mempertanyakan keadilan Tuhan, “berarti tuhan tidak adil dong”. He.he.he. saya sangat suka dengan diskusi kali ini. Lebih seru karena saya merasakan nikmat yang luar biasanya dariNya, ternyata Tuhan sudah menunjukkan keadilan dengan keantagonisan manusia selain didiri manusia itu sendiri. Peran akal untuk berfikir tidak harus setuju semuanya, ternyata ada yang tidak setuju dengan sahabat saya. Namun itulah keadilan Tuhan, dalam hati saya apakah akan dilanjutkan lagi diskusi ini karena keadilanMu sudah ada, namun dihati saya. Namun perlu disadari saja bagi yang sadar, Tuhan mencipkan semuanya dengan keseimbangan, ada kanan ada kiri, ada atas ada bawah, dan lain sebagainya. Kemudian muncul, apakah Tuhan adil jika manusia sejak lahir cacat, seperti tidak ada tangan sebelannya, atau bagian tubuh lainnya? He.he.he. ya tentu saja adil, bagi yang merasakan keadilanNya. Bagi yang tidak bagaiman? Tentu akan mencari keadilan kembali, dengan cara ia berjuang. Namun sudahkah bertemu keadilan Tuhan?jika sadar padahal Tuhan sudah adil memberikan kekuatan kepadanya untuk berjuang tadi.

Sampai dibawa diskusi tadi, ke rumah kos-kosan ketua Wacana, walaupun suasana sedang gerimis. Candaan si Bray pun keluar, gerimis itu Cuma satu pak, tapi temannya yang banyak. He.he.he. sebatang rokok mulai dinyalakan, diskusi bisnis pun sebagai pembuka. Saya menjadi pendengar saja, syukur-syukur “kecipratan” berkah pengalaman bisnis mereka. Namun saya berkesimpulan dalam obrolan pembuka dengan statement “saya tidak mau bisnis seperti itu”. Kemudian sahabat saya bertanya kenapa? Saya bilang gak mau dan gak mau. Sahabt saya bertanya kembali harus ada alasannya dong. He.he.he saya dipaksa untuk menjawab. Namun saya katakana “ya tidak mau saja”. Sebenarnya ada jawaban saya, pengalaman di bisnis (M*M) sepertinya dosa besar dahulu sempat dua kali mengikuti, namun saya mengevaluasi diri ternyata saya bekerja menguras keringat orang lain. Itulah sebenarnya “haram” bagi saya sendiri untuk kembali kedalam lubang kenikmatan orang tersebut. Mohon maaf saja jangan tersinggung.

Kita mulai kembali, kaum waria, kaum homoseksual, termasuk transgender itu bagaimana? Ada yang bercerita tentang pengalamannya bersama (bukan menjadi atau mengikuti lho) salah satu dari “pengidap” virus tersebut dan ternyata, He.he.he……”NGERI”. namun sebenarnya lingkunganlah yang membentuk mereka menjadi seperti itu. Pak ketuapun mengeluarkan statement bahwa mereka itu juga memiliki bibit untuk menjadi seperti itu, dan forum diskusi pun semuanya sepakat. Gilirannya saya bercerita, tentang “dicerita” ada Waria disingkat W yang mendirikan Pesantren bagi para  W. Ternyata W-pun ada pesantrennya, guru ngajinya tentu bukan Waria. Sistem pengajaran dipesantren W tersebut menggunakan metode untuk para kaum W mereka dalam beribadah memilih mantab berstatus sebagai laki-laki atau perempuan, tentu tidak ada paksaan dalam hal tersebut dan silahkan si W memilih. Kegiatan sehari-hari mereka kebanyakan adalah bekerja disalon, karena dipesantren W tersebut juga diharamkan untuk berbuat perbuatan yang haram. Maka mereka bekerja sesuai keterampilannya masing-masing.
Sudah sejak jaman Nabi-nabi dahulu kaum-kaum seperti itu sudah ada, namun dunia sekarang sepertinya menutup diri bagi mereka. Dalam hukum orang Islam berpaham “Radikal” tetap mereka itu neraka selamanya. Namun bagi orang moderat tentu memberikan kesempatan mereka untuk menjadi sebagaimana kodrat mereka sehingga mereka dapat nyaman dalam melakukan aktivitas dan beribadah kepada Tuhannya.
Next…saya sangat anti dengan partai “P***************” saya memberi bintang yang banyak karena saya tidak ingin ada yang tersinggung dengan partai tersebut, saya tau bahwa ranah tersebut sangat sensitif. He.he.he.. biasalah orang Indonesia lebih banyak memakai perasaan kemudian disambungkan dengan kepentingan lain, maka yang terjadi konsleting dalam berdialog dan diskusi.

Singkat cerita, Islam sebagai rahmatal lil ‘alamin bukanlah hal yang mudah dipahami. Karena sejak jaman Nabi Muhammad SAW sudah ada bentuk-bentuk penghianatan oleh umatnya, sehingga mereka menyetir ayat Alqur’an dan Hadist untuk kepentingan politik mereka atas nama Tuhan. Bahman berani menyingkirkan para ahlul bait dan keturunan kanjeng Nabi SAW (yang disebut kaum Alawi) sampai saat ini. Maka diskusi selanjutnya dalah SEJARAH ISLAM. He.he.he lebih seru lagi diskusi ini, namun saya tidak menceritakan diskusi ini karena akan menjadikan “bara dalam sekam” bagi yang tidak menyukainya. Lebih baik saya memberikan penguatan saja dalam obolan kali ini, yang intinya adalah banyak kaum dan kelompok yang suka mengkafirkan, membid’ahkan, mengharamkan amaliah-amaliah kelompok lainnya. Tentu saja sebenarnya ada kaitannya dengan SEJARAH ISLAM tadi.

Seperti halnya bagian kenapa mereka sering mengharamkan Ziarah Kubur, yang nantinya jika dibuka ternyata di Mekah Almukaromah ada kaum dengan kekuasaanya ingin memindahkan kuburannya Nabi Ibrahim AS, dll. Sehingga menimbulkan kemarahan bagi orang Ahlussunnah Wal Jama’ah disingkat saja Aswaja ada juga yang mengatakan Aswa itu asal wajar-wajar saja He.he.he. namun dalam hal ini adalah keluarga besar Nahdlotul Ulama disingkat NU yang mengirimkan timnya ke Saudi Arabia untuk menghadap dan meminta kepada Raja Saudi Arabia agar tidak terjadi hal itu, hasilnya pun dapat dinikmati sampai sekarang tidak diotak-atik lagi. Karena mereka yang ingin melakukan kegiatan pemindahan yaitu kaum Wahabi mengatakan akan syirik karena berkaitan dengan shalat menghadap kuburan. Lebih baik saya mengatakan, kanjeng Nabi Muhammad saja tidak berani mengatakan bahkan melakukan kegiatan tersebut, kok kita malah yang aneh-aneh. Ada apakah semua ini? 

Ada yang bertanya, siapakah kaum wahabi itu? Kaum Wahabi atau Salafi adalah aliran keagamaan abad ke-18, yang dipelopori Muhammad bin Abdul Wahhab, yang bertekad bulat memurnikan ajaran agama kapan perlu dengan cara-cara kekerasan, peperangan, dan pembunuhan. Gerakan pemurnian ajaran agama demikian di abad modern disebut sebagai Wahabi Modern. Doktrin utama Wahhabi adalah Tauhid, Keesaan dan Kesatuan Allah. Ibn Abd-al-Wahhab dipengaruhi oleh tulisan-tulisan Ibnu Taymiyyah dan mempertanyakan interpretasi klasik Islam, mengaku mengandalkan Alquran dan Hadits. Ia menyerang sebuah "kemerosotan moral yang dirasakan dan kelemahan politik" di Semenanjung Arab dan mengutuk apa yang dianggap sebagai penyembahan berhala, kultus populer orang-orang kudus, dan kuil dan kunjungan ke kuburan.

Kalau begitu biar kuat pemahaman kita, mohon ijin jika nanti saya mengutip sedikit tentang ayat dan hadisnya mengenai beberapa hal. Bagaimana hukumnya ziarah kubur, bukannya itu syirik? Banyak yang akhirnya ketakutan karena jika kita ziarah dicap meminta kepada yang mati. He.he.he apalagi jika ada yang melihat ziarah kubur malam jumat lagi….ada yang sangat benci dengan hal-hal tersebut. Perlu pencerahan sedikit, agar Islam itu tidak sesempit otak manusia. Memang semasa Rasulullah SAW pernah melarang melakukan ziarah kubur, karena dimaksudkan untuk menjaga akidah umat Islam karena Rasulullah khawatir kalau ziarah kubur diperbolehkan umat Islam akan percaya dan menjadi penyembah kuburan. Namun adanya Rasulullah akidah umatnya semakin kuat, dan tidak ada kekhawatiran untuk itu, akhirnya beliau memperbolehkan untuk ziarah kubur sampai saat ini bagi laki-laki maupun perempuan. Karena ziarah itu manfaatnya besar bagi yang masih hidup bagi yang sudah meninggal, antara lain bagi yang hidup dia mengetahui siapakah dirinya, sudah seperti apakah amaliah-amaliah yang telah dia perbuat, selalu mengingatkan kepada kematian. Bagi yang sudah meninggal, akan senang jika dikirim doa, pahala ayat-ayat Alqur’an, dzikir dan Shalawat untuk dihadiahkan kepada yang sudah meninggal dengan harapan Tuhan YME mengampuninya, menyayanginya, dan selalu diberi kelapangan dialam kubur. 

Kalau begitu bagaimana hukumnya memberikan hadiah pahala kepada yang sudah meninggal? Apakah diperbolehkan? Karena itu tidak ada jaman Rasulullah. He.he.he…..sangat menarik jika kita contohkan bagaimana pahala haji bisa dihadiahkan untuk orang yang telah meninggal, pahala zakat untuk orang yang sudah meninggal, apakah akan ditanyakan kembali tentang hukum memberikan pahala bacaan Alqur’an, dzikir, shalawat kepada orang yang telah meninggal diperbolehkan? 

Bagaimana sejatinya untuk mengetahui silsilah kita terkadang dahulu bapak pernah mengatakan kadang kakek/nenek atau buyut menjenguk kita yang masih hidup? Jika Allah menghendaki hal tersebut sangat mudah bagi Allah, karena ruh itu Allahlah yang mengetahui. Sebagai cucu kita wajib sering kirim doa kepada ayah dan ibu, kakek dan nenek, buyut dan seterusnya dengan cara-cara yang benar, seperti mengirim doa, hadiah alfatihah agar mereka juga senang bahwa keturunannya masih mengingat dan mendoakan kepada yang sudah mati. Artinya itu “ngrumangsani” merasa siapakah dirinya sebenarnya dan harus menjalin silaturahmi juga kepada yang sudah mati baik dengan mendatangi kuburannya untuk mendoakan, atau setiap ba’da shalat selalu mengirim doa untuk mereka-mereka ahlul bait kita sendiri.

Subhanallah, diskusi ini sangat panjang untuk dituliskan, masih banyak yang belum masuk dalam tulisan ini. Namun tidak dipungkiri masih banyak ilmu Allah Azza Wa Jala yang masih belum terungkap sampai akhir hayat kita nanti walaupun dengan jalan diskusi, berdebat, sharing. Maka hikmah yang diambil bahwa pemahaman kita terhadap agama tidaklah terbatas karena dalilnya di Alquran dan Alhadist saja namun kita juga harus tahu bahwa yang tertulis maupun yang tidak tertulis di alam semesta adalah ayat Allah SWT yang harus bisa kita baca karena itu juga merupakan ilmu dan wahyu yang mulia dari Allah. Tidak sepantasnya untuk saling mengkafirkan dan membid’ahkan antara satu dengan yang lainnya. Jangan-jangan kelompok tersebut kafirnya dan bid’ahnya sendiri tidak pernah diperhatikan, maka hatinya gelap dan nista walaupun mereka banyak yang hafal Alqur’an dan Hadis-hadisnya.

Semoga rahmat dan ridho Allah SWT selalu menyertai kita dalam setiap hembusan nafas kita.
Wallahulmuwafieqilla aqwamith tharieq