"Maaf bang Jay Syamsu Rijal
saya berangkat duluan, karena saya ada tugas menghadiri sebuah acara di
Jakarta". He.he.he mudah sekali meminta maaf dalam hati kecil saya.
Namun tekad untuk menjalan perintah yang datang ketika malam hari (15
Jan) dari Lampung untuk menjalankan tugas KNPI Lampung menghadiri
President Lecture di Hotel Borobudur Jakarta tetap harus dijalankan,
kalo boleh curhat hujan, macet, menjadi kendala didepan mata yang sudah
membudaya. Ya saya sangat bersyukur karena perintah komandan saya
sejalan dengan tugas dari Forum Wacana IPB yang jauh-jauh hari sudah
direncanakan. Begitulah jalannya "ATM" berkah kesabaran.
Setelah saya selesai acara di hotel tepat pukul 12.15 WIB saya harus ke
Lemhannas. Tugas "dadakan" lagi, sebenarnya saya sudah akan meuju Menara
Kuningan. He.he.he tapi okelah saya usahakan secapat kilat. Tuhanpun
menjawa usaha tersebut. Dalam perjalanan pamit, eh...bertemu dengan
sahabati dari PB PMII kalau tidak salah namanya Ellina dan ??? saya lupa
namun saya sangat kenal mukanya yang sudah lama di PMII. Sedikit
gembira bisa bertemu mereka karena mengobati kangen masa lalu ketika di
organisasi itu. Alhamdulillah bintang sembilan tetap menyinari
keterikatan batin kami.
Setiba di menara kuningan, saya
menunggu bang Jay dan pak Amrullah di cafe. He.he.he saya fikir mereka
belum datang, saya pun santai dengan secangkir kopi, roti, dan koran
KOMPAS yang tadi pagi saya beli. Ternyata mereka sudah di ruangan
pertemuan, "Faridh dimana?" telp dari bang Jay. "Saya di cafe bagn
tunggu abng". jawab saya. "Kenapa tunggu, kami sudah diruang meting"
sedikit agak kesal mungkin, namun yah...biar saja kan tidak tahu,
he.he.he. untung tahunya masih enak. Selesai pertemuan, kita istirahat
sejenak karena sudah jam 17.00 WIB di cafe dekat gedung yang akan kita
datangi pertemuan kedua yang jaraknya kurang lebih 1km dari menara
kuningan. Setelah ngobrol "ngalor ngidul" hujanturun dan akhirnya kita
pindah diruang dalam yang tidak terkena air hujan. Namun ada yang
kurang, apa itu? ya biasa kepul asap dari mulut tidak bisa karena
didalam ruangan cafe. Yah sedikit kecewa, namun tidak apalah saya coba
mengisi waktu "waiting" dengan shalat ashar.
Saya tanya ke
satpam, bapak mushola disebelah mana ya?. "Di basement 2 bapak, silahkan
turun lewat tangga (darurat)" jawab apak satpam. Sampai di mushola dan
wudhu, saya shalat. Kemudian salah satu curhat saya sama Yang Kuasa. "Oh
Tuhan, masih ada manusia yang peduli untuk menyediakan ruang untuk
mengingatmu walaupun sekecil ini. Tuhan, pantaskah jika rasa cintaku
padaMU, aku menempatkan Engkau dilorong-lorong kecil, ruang dasar gedung
yang terkadang susah untuk dicari, itupun aku harus bertanya kepada
penjaga atau pegawai gedung itu Tuhan. Sedangakan sayangMU kepada
ciptaanMU(manusia) tidak terkira hingga mereka bisa mebuat langitMU
tercakar-cakar, bahkan bumMU terpaku-paku, perut bumiMu dihisap dengan
teknologi modern agar sumber air keluar dari dalam perut bumi. Wahai
Tuhan, sekiranya Engkau hanya diletakkan di lorong-lorong selangkangan
Jakarta seperti ini, haruskah aku marah? sedangkan Engkau tetap sayang
dan sayang, tidak marah kepada kami. Tuhan, Engkau diingat bukan karena
ada dimana, apa agama yang punya tempat ini, mayoritas apa agama
ditempat ini, namun karena Engkaulah sepantas-pantasnya Sesembahan kami,
tidak ada Sekutu bagiMu dan itupun bagi yang mengingat ditengah-tengah
"sosialitanya sosialnya wanita-wanita", ditengah-tengah hiruk pikuk
pekerjaan, ditengah-tengah neiknya hormon laki-laki, dan dengan segala
yang ada dari tubuh hingga cantiknya bangunan yang ada".
Sedah
selesai shalat, saya, bang Jay, dan pak Amrullah melanjutkan ke gedung
Pesona katulistiwa. Luar biasa hebatnya, mulai dari receptionist yang
"melek" dan kami lelaki harus "merem", lho kenapa begitu? he.he.he kalo
digabungkan laki-laku dan perempuan nanti merem melek dong, makanya
dipisah saja biar tidak ada konotasi lain. He.he.he.mungkin bagi yang
tidak suka kata-kata ini bisa saja bilang, Djuancuk tenan kowe rid
(Djuancuk sekali kamu rid). Tidak apalah Djuancuk kan juga ada yang
positif to....(menurut saya). Selesai pertemuan, kita mampir ditempat
makan disuatu tempat "sebut saja X mall". Kami makan malam, kemudian
pulang. Ketika keluar dari mall, luarbiasa....pandangan kami tertuju
pada mobil-mobil yang lewat karena yang kita cari yaitu angkot yang akan
ke stasiun tebet. Tapi karena macet, angkot sudah penuh dan jarang
lawat.
Cukup lama kami menunggu angkot yang tidak kunjung
longgar untuk kami duduk, sedikit nyleneh juga saya katakan ke Bang Jay
dan Pak Amrullah "Pak, selama disini(mall ini) kita tidak usah nonon
film bioskop 5 cm". "Kenapa, kok begitu?" jawab bang Jay. Saya jawab
kembali, karena dsni saja kita(laki2) sudah bisa liat 5 cm dibawah
pinggul, dibawah tulang leher bwah. He.he.he gratis lagi kan bang.
Memang, jika diamati, baik dari yang kecil, muda, setengah tua, bahkan
sampai yang sudah berkeluarga banyak kaum wanita yang mengumbar
auratnya. Ini sebuah fenomea yang luar biasa. Bisa menjadi tontonan
umum, bahkan sampai sekarang banyak terjadi tindak kriminal kan... saran
saya sih, mbok ya ditutup itu aurat jangan diumbar, berpaikanlah yang
nyentrik, rapi, tidak mengumbar aurat, saya fikir saran itu lebih baik
daripada fenomena-fenomena tersebut.
Ternyata di selangkangan
Jakarta masih ada tempat untuk mengingatNYa. Walaupun terkadang 5cm juga
terus berjalan merem melek. He.he.he ah....siapa dulu Jakarta.
Bogor, 16 Januari 2013 ; 02.14 WIB
wah mas ini pandai sekali merangkai kata-kata, walaupun saya belum begitu paham maksud mas tapi yah adalah sedikit yang saya dapat. trimakasih telah berbagi pengalaman.
BalasHapusMkash mas eko, memang aku juga gak tau apa maksudnya ok heheheh sama-sama belajar kok mas jd ya semoga bermanfaat.
BalasHapusfaridh