Rabu, 16 Januari 2013

1 HARI DALAM SELANGKANGAN JAKARTA

"Maaf bang Jay Syamsu Rijal saya berangkat duluan, karena saya ada tugas menghadiri sebuah acara di Jakarta". He.he.he mudah sekali meminta maaf dalam hati kecil saya. Namun tekad untuk menjalan perintah yang datang ketika malam hari (15 Jan) dari Lampung untuk menjalankan tugas KNPI Lampung menghadiri President Lecture di Hotel Borobudur Jakarta tetap harus dijalankan, kalo boleh curhat hujan, macet, menjadi kendala didepan mata yang sudah membudaya. Ya saya sangat bersyukur karena perintah komandan saya sejalan dengan tugas dari Forum Wacana IPB yang jauh-jauh hari sudah direncanakan. Begitulah jalannya "ATM" berkah kesabaran.

Setelah saya selesai acara di hotel tepat pukul 12.15 WIB saya harus ke Lemhannas. Tugas "dadakan" lagi, sebenarnya saya sudah akan meuju Menara Kuningan. He.he.he tapi okelah saya usahakan secapat kilat. Tuhanpun menjawa usaha tersebut. Dalam perjalanan pamit, eh...bertemu dengan sahabati dari PB PMII kalau tidak salah namanya Ellina dan ??? saya lupa namun saya sangat kenal mukanya yang sudah lama di PMII. Sedikit gembira bisa bertemu mereka karena mengobati kangen masa lalu ketika di organisasi itu. Alhamdulillah bintang sembilan tetap menyinari keterikatan batin kami.

Setiba di menara kuningan, saya menunggu bang Jay dan pak Amrullah di cafe. He.he.he saya fikir mereka belum datang, saya pun santai dengan secangkir kopi, roti, dan koran KOMPAS yang tadi pagi saya beli. Ternyata mereka sudah di ruangan pertemuan, "Faridh dimana?" telp dari bang Jay. "Saya di cafe bagn tunggu abng". jawab saya. "Kenapa tunggu, kami sudah diruang meting" sedikit agak kesal mungkin, namun yah...biar saja kan tidak tahu, he.he.he. untung tahunya masih enak. Selesai pertemuan, kita istirahat sejenak karena sudah jam 17.00 WIB di cafe dekat gedung yang akan kita datangi pertemuan kedua yang jaraknya kurang lebih 1km dari menara kuningan. Setelah ngobrol "ngalor ngidul" hujanturun dan akhirnya kita pindah diruang dalam yang tidak terkena air hujan. Namun ada yang kurang, apa itu? ya biasa kepul asap dari mulut tidak bisa karena didalam ruangan cafe. Yah sedikit kecewa, namun tidak apalah saya coba mengisi waktu "waiting" dengan shalat ashar.

Saya tanya ke satpam, bapak mushola disebelah mana ya?. "Di basement 2 bapak, silahkan turun lewat tangga (darurat)" jawab apak satpam. Sampai di mushola dan wudhu, saya shalat. Kemudian salah satu curhat saya sama Yang Kuasa. "Oh Tuhan, masih ada manusia yang peduli untuk menyediakan ruang untuk mengingatmu walaupun sekecil ini. Tuhan, pantaskah jika rasa cintaku padaMU, aku menempatkan Engkau dilorong-lorong kecil, ruang dasar gedung yang terkadang susah untuk dicari, itupun aku harus bertanya kepada penjaga atau pegawai gedung itu Tuhan. Sedangakan sayangMU kepada ciptaanMU(manusia) tidak terkira hingga mereka bisa mebuat langitMU tercakar-cakar, bahkan bumMU terpaku-paku, perut bumiMu dihisap dengan teknologi modern agar sumber air keluar dari dalam perut bumi. Wahai Tuhan, sekiranya Engkau hanya diletakkan di lorong-lorong selangkangan Jakarta seperti ini, haruskah aku marah? sedangkan Engkau tetap sayang dan sayang, tidak marah kepada kami. Tuhan, Engkau diingat bukan karena ada dimana, apa agama yang punya tempat ini, mayoritas apa agama ditempat ini, namun karena Engkaulah sepantas-pantasnya Sesembahan kami, tidak ada Sekutu bagiMu dan itupun bagi yang mengingat ditengah-tengah "sosialitanya sosialnya wanita-wanita", ditengah-tengah hiruk pikuk pekerjaan, ditengah-tengah neiknya hormon laki-laki, dan dengan segala yang ada dari tubuh hingga cantiknya bangunan yang ada".

Sedah selesai shalat, saya, bang Jay, dan pak Amrullah melanjutkan ke gedung Pesona katulistiwa. Luar biasa hebatnya, mulai dari receptionist yang "melek" dan kami lelaki harus "merem", lho kenapa begitu? he.he.he kalo digabungkan laki-laku dan perempuan nanti merem melek dong, makanya dipisah saja biar tidak ada konotasi lain. He.he.he.mungkin bagi yang tidak suka kata-kata ini bisa saja bilang, Djuancuk tenan kowe rid (Djuancuk sekali kamu rid). Tidak apalah Djuancuk kan juga ada yang positif to....(menurut saya). Selesai pertemuan, kita mampir ditempat makan disuatu tempat "sebut saja X mall". Kami makan malam, kemudian pulang. Ketika keluar dari mall, luarbiasa....pandangan kami tertuju pada mobil-mobil yang lewat karena yang kita cari yaitu angkot yang akan ke stasiun tebet. Tapi karena macet, angkot sudah penuh dan jarang lawat.

Cukup lama kami menunggu angkot yang tidak kunjung longgar untuk kami duduk, sedikit nyleneh juga saya katakan ke Bang Jay dan Pak Amrullah "Pak, selama disini(mall ini) kita tidak usah nonon film bioskop 5 cm". "Kenapa, kok begitu?" jawab bang Jay. Saya jawab kembali, karena dsni saja kita(laki2) sudah bisa liat 5 cm dibawah pinggul, dibawah tulang leher bwah. He.he.he gratis lagi kan bang. Memang, jika diamati, baik dari yang kecil, muda, setengah tua, bahkan sampai yang sudah berkeluarga banyak kaum wanita yang mengumbar auratnya. Ini sebuah fenomea yang luar biasa. Bisa menjadi tontonan umum, bahkan sampai sekarang banyak terjadi tindak kriminal kan... saran saya sih, mbok ya ditutup itu aurat jangan diumbar, berpaikanlah yang nyentrik, rapi, tidak mengumbar aurat, saya fikir saran itu lebih baik daripada fenomena-fenomena tersebut.

Ternyata di selangkangan Jakarta masih ada tempat untuk mengingatNYa. Walaupun terkadang 5cm juga terus berjalan merem melek. He.he.he ah....siapa dulu Jakarta.

Bogor, 16 Januari 2013 ; 02.14 WIB

2 komentar:

  1. wah mas ini pandai sekali merangkai kata-kata, walaupun saya belum begitu paham maksud mas tapi yah adalah sedikit yang saya dapat. trimakasih telah berbagi pengalaman.

    BalasHapus
  2. Mkash mas eko, memang aku juga gak tau apa maksudnya ok heheheh sama-sama belajar kok mas jd ya semoga bermanfaat.

    faridh

    BalasHapus