Peringatan
hari bumi tanggal 22 April yang dilakukan serentak diseluruh dunia menjadi
sebuah momentum yang berharga bagi planet “bumi” untuk menyadarkan masyarakat
agar kembali sadar akan pentingnya menjaga bumi dari kerusakan. Kerusakan yang
dilakukan manusia baik di darat, air, udara membawa dampak secara global yaitu
semakin meningkatnya suhu bumi, sehingga saat ini kita sedang dalam kondisi
yang tidak seberuntung orang jaman dahulu yang masih menikmati udara segar, air
bersih, dan tanah subur.
Hari
Bumi dicetuskan oleh Senator Amerika
Serikat yaitu Gaylord Nelson pada tahun 1970. Hari bumi dirancang
untuk meningkatkan kesadaran dan apresiasi terhadap planet bumi dan telah dilakukan
selama 45 tahun, maka selayaknya hari
bumi telah dikenal oleh masyrakat dunia sebagai hari untuk meningkatkan
kepedulian terhadap palnet bumi dan seisinya walaupun masih banyak kendala dan
tantangan dalam pelaksanaannya. Salah satunya yaitu hari bumi hanya sebagai
kegiatan ceremonial sehingga esensi hari bumi kurang dipahami banyak kalangan. Kita
harus tetap optimis bahwa sudah saatnya kita memiliki misi untuk segera
memperbaikinya, salah satunya yaitu menjaga dan mengelola hutan mangrove (HM) agar tetap lestari.
Mengapa harus HM?
Didalam
berbagai kesempatan diskusi dan pengambilan kebijakan keberadaan HM sering
terlewatkan untuk menjadi bagian dari sumber kekayaan hutan kita yang perlu
dikelola dengan benar. Disisi lain peran dan fungsi HM sangat besar terhadap
kelestarian ekosistem transisi antara daratan dan lautan.
Hutan Mangrove “Sabuk Pengaman”
Hutan
mangrove memiliki ciri khas yang unik yaitu diantara wilayah daratan dan lautan
yang membentuk seperti sabuk hijau (green
belt) sepanjang garis pantai. Karena keberadaannya tersebut maka HM
memiliki peranan penting dalam menjaga kestabilan ekosistem bumi khususnya di
wilayah tropis dan subtropis. Kustanti (2011) mengungkapkan bahwa diantara
fungsi HM yaitu fungsi ekologis seperti tempat berkembang biaknya biota laut
dan binatang-binatang laut, fungsi fisik seperti perlindungan dari abrasi
akibat gelombang besar serta tiupan angin yang kencang, dan fungsi sosial
ekonomi seperti meningkatkan kondisi ekonomi masyarakat sekitar hutan. Fungsi
lain dari HM yaitu memiliki kemampuan asimilasi dan laju penyerapan Carbon (C) yang
tinggi baik dari tumbuhan maupun tanah mangrove yang kaya akan kandungan
organik (Donato et.al 2012).
Patut
disyukuri bahwa bangsa Indonesia dianugerahi sabuk hijau yang terluas di dunia
yaitu (4.255 juta ha) yang diikuti Brazil (1.340 juta ha), Australia (1.150
juta ha), dan Nigeria (1.0515 juta ha). Namun luasan HM mengalami penurunan
setiap tahun yang disebabkan karena beberapa faktor seperti faktor pertumbuhan
ekonomi, konversi lahan untuk tambak dan pembangunan pesisir, penebangan liar,
kebijakan yang kurang tepat, dan manajemen yang keliru. Donato et al. (2012) mengungkapkan bahwa laju
kerusakan HM di Indonesia dalam 50 tahun terakhir mencapai 30%-50%. Sungguh
memprihatinkan jika kerusakan HM begitu
besar dan cepat, sedangkan Indonesia adalah negara kepulauan. Seharusnya kita
mampu mempertahankannya dari segala ancaman yang ada sehingga HM sebagai “sabuk
pengaman” pulau-pulau di Indonesia dapat terus lestari keberadaannya.
Beberapa
pakar mengemukakan bahwa kondisi permukaan air laut semakin meningkat akibat
global warming, pulau-pulau kecil banyak yang tenggelam, namun disisi lain
perlu memperhatikan kondisi masyarakat sekitar HM yang sebagian besar adalah
nelayan yang bergantung hidupnya dari laut dan HM. Apa yang bisa kita perbuat
untuk bangsa ini, padahal telah banyak penelitian, seminar, kegiatan keproyekan,
pemberdayaan yang dilakukan oleh berbagai pihak namun perubahan yang terjadi
belum banyak dirasakan.
Tentu
kami sangat khawatir jika sabuk pengaman yang kita banggakan saat ini telah
kehilangan simpati dari para pegiat lingkungan, sehingga akan memperburuk
kondisi HM yang ada. Atau sebaliknya karena hanya menjadi objek kegiatan maka
semakin memperburuk kondisi HM yang sebenarnya jika dikelola masyarakat justeru
akan lebih baik kondisinya. Namun hal tersebut kami fikir tidak bijak juga karena
semua stakeholder akan saling terkait
dan memiliki tujuan bersama agar kondisi bumi kita semakin baik, walaupun
disadari atau tidak kita masih lemah dalam mengungkap luasnya ilmu pengetahuan
dari emas hijau yang membentang tersebut.
Penjaga Bumi
Berbagai
pembuktian akibat dari hilangnya HM seperti intrusi air laut, berkurangnya
tangkapan (ikan, udang, kepiting) nelayan, abrasi pantai, rusaknya pemukiman
penduduk karena terpaan angin laut yang kencang, bahkan gelombang besar sunami
menghantam dengan cepat wilayah daratan jika HM hilang. Fakta-fakta tersebut
harus menjadi evaluasi bagi kita semua penduduk planet bumi ini untuk segera
kembali menata keseimbangan antara kebutuhan manusia dan alam.
Disatu
sisi kita sering melihat berbagai peristiwa terjadi yang mengancam kelestarian
HM namun sering dibiarkan, seperti pengerukan pasir di muara sungai, pembuatan
tanggul pemecah abrasi, penebangan liar yang dilakukan oleh oknum, konversi
lahan HM menjadi tambak/tempat wisata pantai, hal tersebut secara tidak langsung
akibat dari kesalahan dalam mengambil kebijakan dan manajemen pengelolaan HM
yang tidak tepat.
Kesalahan
tersebut biasanya terjadi karena kebijakan dan manajemen yang dibuat kurang memperhatikan
karakteristik dari sumberdaya alam di masing-masing wilayah HM sehingga HM
mengalami berbagai tekanan dari berbagai hal terutama dalam hal pemanfaatannya
yang over eksploitasi. Akan tetapi jika emas hijau yang terbentang ini hanya
dikelola oleh pemerintah dengan segala landasan hukum, strategi nasional, dan
lain-lain, maka kami yakin tidak akan bisa menyelesaikan permasalahan yang ada.
Solusi
yang harus segera dilakukan yaitu sebaiknya pemerintah/pengambil kebijakan
menjadi fasilitator bagi pengelola tingkat tapak (masyarakat) untuk mewujudkan
kelestarian HM yang ada diwilayahnya dengan berbagai macam cara baik
kesepatan-kesepakatan yang saling menguntungkan, adanya reward dan punism yang
semuanya bermuara pada kesepakatan “Ya Kami Ingin Hutan Mangrove Tetap Lestari”
dan menjadi pelajaran penting bahwa HM menjadi bagian dari penjaga planet bumi.
(*)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar