Minggu, 05 November 2017

Jalan Sehat Sarungan: Peringatan Hari Santri Tahun 2017 Kota Bogor

Berawal dari niat kami sekeluarga untuk berpartisipasi dalam jalan sehat sarungan peringatan Hari Santri Nasional (HSN) 2017 yang dilaksanakan oleh gabungan organisasi di Kota Bogor seperti Majelis Ulama Indonesia (MUI), Forum Pondok Pesantren (FPP), Pusat Pengembangan Islam Bogor (PPIB), Pemkot Kota Bogor, Kementerian Agama, Dewan Masjid Indonesia (DMI), PC Nahdlatul Ulama Kota Bogor, BKPRMI, GP Anshor Kota Bogor, Baznas, FKDT, dll pada hari Minggu (5 November 2017). Kami sekeluarga bangun pagi-pagi untuk mempersiapkan segala sesuatunya. Maklum anak-anak kami masih kecil, sehingga memakan waktu untuk persiapan dari menunggu si kecil bangun, si kakak menunggu roti langganan, memandikan, dll nya itu. Sebelum berangkat saya mendapat telephon dari salah satu Banser Kota Bogor, "Kang ngiring teu jalan sehat?" (Kang ikut tidak jalan sehat?), tanyanya. Saya jawab, "saya ikut pak". Sontak saya tanya kembali, "Pak bendera NU ada tidak yang bawa buat di jalan sehat nanti?", si Banser bilang, "lupa kang". Saya pun bergegas sebelum berangkat berinisiatif untuk mencari bambu panjang, dan membawa bendera merah putih serta bendera NU. Kami pun berangkat dengan terburu-buru khawatir tertinggal dari start yang dijadwalkan dari Balai Kota. Sebab, acara yang diumumkan sebelum-sebelumnya oleh panitia yaitu jam 06.30 WIB sudah start dari Balai Kota Bogor.

Akhirnya kami sampai di Balai Kota pukul 07.20 WIB baru mulai start, kami segera membuka stroller untuk si Haddad, memasangkan peci dan kacamata hitam mereka, dan saya segera memasang bendera merah putih dan bendera NU. Sesekali dalam hati saya teringat saran dari jamaah NU untuk diserahkan kepada orang lain atau santri yang ada di jalan sehat. Namun saya niatkan untuk mengatakan "TIDAK", saya sendiri akan membawa bendera tersebut dari start sampai finish. Sebab, kami sekeluarga ingin mengharap barokah dari perjuangan para Ulama wabil khusus pendiri NU (Hadratusysyaikh KH. Muhammad Hasyim Asy'ari). Biarkan saya berkeringat, capek, dan bahkan jika nyawa saya dicabutpun saya ingin panji-panji NU dalam pelukanku. Begitulah katanya militansi, tidak pandang siapa, tidak pandang dimana, untuk NU harus siap berkorban.

Ada yang unik, putraku Habib sangat luar biasa. Dia berjalan dengan memakai celana panjang, kaos Bogor, peci hitam, dan kacamata hitam. Sambil senyam-senyum dia mengikuti mama dan adiknya (Haddad) yang duduk di stroller dengan costum sama. Tentu dia jalan kaki, dan sepanjang perjalanan tidak mengeluh, bahkan sudah lebih setengah perjalan baru dia minta digendong. Haddad yang masih berumur 2 tahun itu duduk manis ada distroller sambil memandang kesana-kemari para peserta jalan sehat yang sangat banyak. Namun mereka senang, mereka menikmati walaupun akhirnya dia minta digendong juga, akhirnya stroller harus berganti penumpang, Haddad sambil saya gendong dan saya membawa bendera merah putih dan NU.

Akhirnya titik finish di Ponpes Al Ghazali pun sampai, namun kami tidak bisa sampai kedalam. Sebab sudah menjadi lautan santri yang berada didadalam Ponpes. Kami tidak bisa masuk, akhirnya kami putuskan untuk mengirim salam kepada mama KH. Abdullah Bin Nuh saja dan kami ke kantor Kementian Agama untuk istirahat. Namun, Allah Maha Adil, ketika kami tidak bisa menerobos masuk ke Ponpes Al Ghazali, kami dipertemukan dengan KH. Wahid yang juga sekaligus Katib Syuriah PCNU Kota Bogor. Kami bersalaman, mencium tangan beliau. Beliaupun juga sama, ingin ke Kemenag saja, sebab sudah tidak bisa masuk. Dikantor Kemenag kami duduk istirahat, Istriku dan putra-putraku yang belum pada sarapan, akhirnya makan bekal roti yang dibawa. Mereka lahap sekali, maklum jalan yang ditempuh cukup jauh.

Semoga hal ini menjadi nilai bagi kita semua baik santri maupun masyarakat Indonesia, bahwa jalan sehat sarungan ini sebagai kita niatkan bentuk ta'dzim kita kepada para Ulama dan pahlawan yang telah mengorbankan jiwa dan raga untuk melawan penjajah saat itu, selain itu harus kita ingat bahwa santri memiliki peran yang besar untuk membawa bangsa Indonesia menjadi bangsa yang merdeka, berdaulat, adil dan makmur. Maka santri-santri "JAMAN NOW" harus move on untuk kembali memperdalam pengetahuan keagamaan dan berinovasi untuk menghasilkan kualitas SDM yang mampu membawa negara ini menjadi negara yang kuat.

Santri bagi saya, bukan hanya bisa ngaji saja, santri juga harus bisa menjadi bagian penting dari proses-proses pembangunan bangsa Indonesia. Dengan demikian santri bisa mengisi disemua lini, mulai dari jadi guru, dosen, petani, nelayan, pedagang, PNS, swasta, konsultan, birokrat, politik, budayawan, hingga menjadi Presiden, atau apappun itu, santri harus bisa. Dengan bekal yang dibawa dari hasil mondok bertahun-tahun, dan membawa pesan-pesan dari gurunya, ditambah pengetahuan umumnya maka santri harus berani memimpin dan memiliki bargaining position dimanapun berada. Satu lagi ya, mari kita para santri urus NU, jangan ormas yang lainnya. Jangan pula setengah NU setengah sana, setengah sana, setengah sana bla-bla-bla...Sekali NU tetap NU, khidmat di NU, dari NU untuk negeri. SANTRI MANDIRI, NKRI HEBAT.

Ucapan terimakasih yang mendalam: Kepada Alim, Ulama, Kiai, Ajengan, Ustadz, Santri, Pengurus lembaga/organisasi yang terlibat dalam acara Jalan Sehat Sarungan Kota Bogor. 

Selamat HSN 2017
Bogor, 5 November 2017

Sekelumit dokumentasi HSN tahun NOW

 Gambar 1. Peserta jalan sehat sarungan yang diikuti puluhan ribu santri (Sumber: Dede SA, Ketua Fatayat NU Kota Bogor)

 Gambar 2. Peserta mulai meninggalkan Balaikota (Sumber: Dede SA, Ketua Fatayat NU Kota Bogor)

 Gambar 3. Putraku Habib dan Haddad melihat Banser disampingnya beserta santri-santri. Penampilan putraku sebut saja "Santri Jaman Now" (Sumber: Dokumentasi Pribadi)

Gambar 4.  Bergaya sembari istirahat setelah jalan sehat di Kemenag. Jika ditanya, "Siapa Kita?, NKRI, Pancasila", Putraku ini jawab dengan lantang "NU, Harga Mati, Jaya" (Sumber: Dokumentasi Pribadi)

 Gambar 5. Membawa bendera Merah Putih dan bendera NU tidak harus malu, harus bangga biarpun keringat bercucuran, tangan pegal-pegal. "Ngalap berkah Mbah Hasyim Asy'ari". (Sumber: Dokumentasi Pribadi)

 Gambar 6. Sampai di finish (Ponpes Al Ghazali), cium tangan KH. Wahid (Katib Syuriah PCNU Kota Bogor). Lapor bahwa simbol NU berkibar dari start sampai finish. (Sumber: Dokumentasi Pribadi)

 Gambar 7. Peserta jalan sehat melewati Jl. Sudirman yang pas kegiatan rutin Car Friday (Sumber: Dede SA, Ketua Fatayat NU Kota Bogor)

Gambar 8. Lautan manusia di halaman YIC & Ponpes Al Ghazali mengikuti rangkaian acara setelah jalan sehat.  (Sumber: Gus Turmudzi, Sekretaris PCNU Kota Bogor)


Gambar 9. Sebagai penutup gambar, kenapa kita harus masuk NU, inilah petuah pendiri NU. Ayo kita masuk NU, jangan menjauh dan memandang NU dari pandangan yang sebelah mata. Semoga Allah SWT meridhoi kita semua. (Sumber: https://www.qureta.com/uploads/post/whatsapp_image_2017-02-02_at_12.22.40.jpeg)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar