Selasa, 07 November 2017

Serat Kaping Kalih
Suratku : aku sayang kamu, maka maafkan aku

Assalamu’alaikum Wr. Wb
Tuhanku, aku tidak pantas lagi untuk mengaku seorang muslim. Aku malu terhadap-Mu karena Engkau memanjakan dariku dengan butiran-butiran nikamt-Mu yang tak terhitung oleh waktu.
Tuhanku, ijinkan aku berbicara dengan diriku sebagaimana perintah-Mu bahwa akan Engkau minta pertanggungjawaban dihari akhir nanti. Sekali lagi Tuhan, ijinkan aku berbicara pada diriku.
Wahai pikiranku dari otakku. Aku minta maaf atas perlakuanku terhadapmu, aku peras dirimu, aku paksa dirimu, aku perkosa dirimu, untuk bertindak semauku, berfikir, memabayangkan, mencari akal, mendesak angan-anagan hingga menjadi ingin untuk berbuat maksiat. Maksiat mata, hidung, lidah, mulut, telinga, hati, tangan, kelamin, kaki yang tidak bisa aku sebut satu persatu. Wahai otakku, aku mohon maaf atas perlakuan diriku itu.
Wahai mataku, maafkan diriku yang memperkosamu, mempekerjakan dirimu semau diriku untuk melihat moleknya dunia hingga panah-panah syetan membelengguku untukmelihat dunia ini setiap hari menjadi candu untuk melihatnya. Mataku, tidakkah aku telah menyuruhmu karena aku yang menginginkannya kenikmatan dunia.
Wahai telingaku, maafkan aku memberimu desahan dunia fana hingga nyata menjadi indah dan indah. Sungguh aku tuli, sebenarnya aku mendengarkan jeritanmu untuk tidak mau menuruti kemauanku. Telingaku maafkan aku.
Wahai mulutku dan hidungku, aku berbicara seiring nafas yang terus berganti, tidak ubah-ubahnya aku bisu karena dibungkam dan dikunci oleh nafsu. Aku menyuruhmu berbuat hina, mencumbu, mencandukan dalam mulut-mulut hawa dan nafsu. Seharusnya aku berhentikan kamu, agar tidak mau menuruti aku. Tolong maafkan aku, karena aku sadar, sayangku untukmu tidak akan tergantikan oleh waktu.
Wahai leherku, tenggorokanku, maafkan aku yang menyuruhmu tidur menikmati rasa dunia yang sesudah aku aku beri kepadamu racun-racun dunia hingga engkau lelah, sakit, muntah, dan berkata “aku sakit”, namun aku paksa dirimu. Aku minta maaf.
Wahai tangan kanan dan kiri yang telah banyak membantuku. Ini salahku, sebenarnya engkau lelah melayani nafsuku, aku mohon jangan engkau tinggalkan aku, aku masih sayang denganmu. Dari dahulu engkau bantu aku sekarang aku bantu kamu sebisaku untuk menebus permintaan maafku padamu karena aku engkau jadi merana, sakit, benci terhadapku.
Wahai jantungku, hatiku, ususku, organ-organ dalamku maafkan aku telah mencederai dirimu dengan indahnya dunia. Maafkan aku memberimu waktu mencicipi nafsu yang menyakitkan dirimu, seharusnya aku paksa dirimu untuk tidak menuruti hawa dan nafsuku. Apalagi yang akan aku perbuat untukmu? Aku tidak bisa berbuat apa-apa lagi, karena aku telah menjadikanmu budak nafsuku. Maafkan aku.
Wahai kelaminku, aku malu terhadapmu untuk bersekutu dengan anggota badanku untuk berbuat hina, maksiat, bahkan mudharat. Kamu menangis tapi karena aku tuli, aku buta, sehingga aku paksa dirimu untuk jadi alat pemuasku bersama angan-anganku.
Wahai kakiku, aku juga menyesal menyuruhmu jalan kejalan yang sesat. Kamu saksikan apa yang telah aku suruh padamu, aku tidak kuasa menyuruhmu lagi karena aku telah salah mengarahkanmu, maka maafkan aku yang telah menculikmu untuk berjalan dijalan yang salah.
Suratku ini aku tulis karena aku sayang kalian semua. Kalian bagaikan saudara, sahabat, teman, guru untuk tiap waktuku. Jangan kalian bawa perbuatanku kepada Tuhan yang telah melihatku selama 24 tahun lebih 35 hari lebih 13 jam, 24 menit, 24 detik dihari akhir nanti. Cukup dengan suratku untukmu, maka terimalah permintaan maafku pada kalian semua walaupun kalian tidak aku sebut satu persatu. Bantulah aku untuk meminta ampun kepada Tuhan, karena aku telah berbuat seenaknya kepada kalian dan aku beristighfar dan bershalawat agar Tuhan percaya padaku lagi untuk tidak berbuat seenaknya. Suratku ini saksiku bicara, saksiku atas kalian. Dan aku tidak tahu apakah suatu saat aku memperkosa kalian lagi, karena aku ini hanya ada 2 (dua) pilihan “baik atau buruk”.
Semoga kita tidak berbuat yang tidak-tidak. Alfatehah. Semoga Allah meridhai kita semua, amiin.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb


Nunyai Bandar Lampung, 4 Februari 2011

Tidak ada komentar:

Posting Komentar