Serat
Kaping Kalih
Suratku
: aku sayang kamu, maka maafkan aku
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Tuhanku,
aku tidak pantas lagi untuk mengaku seorang muslim. Aku malu terhadap-Mu karena
Engkau memanjakan dariku dengan butiran-butiran nikamt-Mu yang tak terhitung
oleh waktu.
Tuhanku,
ijinkan aku berbicara dengan diriku sebagaimana perintah-Mu bahwa akan Engkau
minta pertanggungjawaban dihari akhir nanti. Sekali lagi Tuhan, ijinkan aku
berbicara pada diriku.
Wahai
pikiranku dari otakku. Aku minta maaf atas perlakuanku terhadapmu, aku peras
dirimu, aku paksa dirimu, aku perkosa dirimu, untuk bertindak semauku,
berfikir, memabayangkan, mencari akal, mendesak angan-anagan hingga menjadi
ingin untuk berbuat maksiat. Maksiat mata, hidung, lidah, mulut, telinga, hati,
tangan, kelamin, kaki yang tidak bisa aku sebut satu persatu. Wahai otakku, aku
mohon maaf atas perlakuan diriku itu.
Wahai
mataku, maafkan diriku yang memperkosamu, mempekerjakan dirimu semau diriku
untuk melihat moleknya dunia hingga panah-panah syetan membelengguku
untukmelihat dunia ini setiap hari menjadi candu untuk melihatnya. Mataku,
tidakkah aku telah menyuruhmu karena aku yang menginginkannya kenikmatan dunia.
Wahai
telingaku, maafkan aku memberimu desahan dunia fana hingga nyata menjadi indah
dan indah. Sungguh aku tuli, sebenarnya aku mendengarkan jeritanmu untuk tidak
mau menuruti kemauanku. Telingaku maafkan aku.
Wahai
mulutku dan hidungku, aku berbicara seiring nafas yang terus berganti, tidak
ubah-ubahnya aku bisu karena dibungkam dan dikunci oleh nafsu. Aku menyuruhmu berbuat hina, mencumbu, mencandukan
dalam mulut-mulut hawa dan nafsu. Seharusnya aku berhentikan kamu, agar tidak
mau menuruti aku. Tolong maafkan aku, karena aku sadar, sayangku untukmu tidak
akan tergantikan oleh waktu.
Wahai
leherku, tenggorokanku, maafkan aku yang menyuruhmu
tidur menikmati rasa dunia yang sesudah aku aku beri kepadamu
racun-racun dunia hingga engkau lelah, sakit, muntah, dan berkata “aku sakit”,
namun aku paksa dirimu. Aku minta maaf.
Wahai
tangan kanan dan kiri yang telah banyak membantuku. Ini salahku, sebenarnya
engkau lelah melayani nafsuku, aku mohon jangan engkau tinggalkan aku, aku
masih sayang denganmu. Dari dahulu engkau bantu aku sekarang aku bantu kamu
sebisaku untuk menebus permintaan maafku padamu karena aku engkau jadi merana,
sakit, benci terhadapku.
Wahai
jantungku, hatiku, ususku, organ-organ dalamku maafkan aku telah mencederai
dirimu dengan indahnya dunia. Maafkan aku memberimu waktu mencicipi nafsu yang
menyakitkan dirimu, seharusnya aku paksa dirimu untuk tidak menuruti hawa dan
nafsuku. Apalagi yang akan aku perbuat untukmu? Aku tidak bisa berbuat apa-apa
lagi, karena aku telah menjadikanmu budak nafsuku. Maafkan aku.
Wahai
kelaminku, aku malu terhadapmu untuk bersekutu dengan anggota badanku untuk
berbuat hina, maksiat, bahkan mudharat. Kamu menangis tapi karena aku tuli, aku
buta, sehingga aku paksa dirimu untuk jadi alat pemuasku bersama angan-anganku.
Wahai
kakiku, aku juga menyesal menyuruhmu jalan kejalan yang sesat. Kamu saksikan
apa yang telah aku suruh padamu, aku tidak kuasa menyuruhmu lagi karena aku
telah salah mengarahkanmu, maka maafkan aku yang telah menculikmu untuk
berjalan dijalan yang salah.
Suratku
ini aku tulis karena aku sayang kalian
semua. Kalian bagaikan saudara, sahabat,
teman, guru untuk tiap waktuku. Jangan kalian bawa perbuatanku kepada Tuhan
yang telah melihatku selama 24 tahun lebih 35 hari lebih 13 jam, 24 menit, 24
detik dihari akhir nanti. Cukup dengan suratku untukmu, maka terimalah
permintaan maafku pada kalian semua walaupun
kalian tidak aku sebut satu persatu. Bantulah aku untuk meminta ampun kepada
Tuhan, karena aku telah berbuat seenaknya kepada kalian dan aku beristighfar
dan bershalawat agar Tuhan percaya padaku lagi untuk tidak berbuat seenaknya.
Suratku ini saksiku bicara, saksiku atas kalian. Dan aku tidak tahu apakah
suatu saat aku memperkosa kalian lagi, karena aku ini hanya ada 2 (dua) pilihan
“baik atau buruk”.
Semoga
kita tidak berbuat yang tidak-tidak. Alfatehah. Semoga Allah meridhai kita
semua, amiin.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb
Nunyai
Bandar Lampung, 4 Februari 2011
Tidak ada komentar:
Posting Komentar