Kegiatan bimtek dilaksanakan selama empat hari di hotel
Cordela Inn Kota Bengkulu tersebut diikuti 30 peserta. Bimtek yang dilakukan
dari tanggal 1 sampai 4 Agustus 2023 tersebut tidak hanya diikuti oleh pegawai
BKSDA Bengkulu, namun diikuti juga dari Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi
(KPHP) Bengkulu Utara, KPHP Mukomuko, PT. Sipef Biodiversity Indonesia, Yayasan
Genesis Bengkulu, dan Lingkar Insiatif Indonesia.
Pada acara pembukaan hadir secara online Direktur
Pengelolaan Kawasan Konservasi (PKK) Direktorat Jenderal Konservasi Sumber Daya
Alam dan Ekosistem (Ditjen KSDAE), Direktur Konservasi Keanekaragaman Hayati
dan Sumber Daya Genetik (KKHSG) Ditjen KSDAE merangkap National Project
Director (NPD) Conserve, National Project Manager Conserve Wahdi Azmi, dan
Kepala BKSDA Bengkulu yang juga merangkap Regional Project Director (RPD) Cosnserve
Lanskap Seblat Hifzon Zawahiri yang di dampingi jajaran serta personil Project
Implementation Unit Conserve.
Kepala BKSDA Bengkulu-RPD Conserve Lanskap Seblat, Hifzon Zawahiri
menyampaikan, SMART merupakan salah satu kebutuhan dalam upaya memperkuat
Resort Base Management (RBM) untuk mengelola Kawasan konservasi. Ia juga
mengharapkan agar hasil bimtek SMART ini dapat diimplementasikan di setiap
resort dan hasilnya dapat dilaporkan secara berkala sebagai pertimbangan dalam
pengambilan kebijakan.
Dalam acara pembukaan bimtek, Direktur KKHSG-NPD Conserve
Indra Exploitasia mengucapkan terimakasih atas sistem perekaman data lapangan
melalui SMART yang telah berlangsung lama dan sangat berguna bagi pengelolaan kawasan
konservasi yang dikela Direktorat PKK Ditjen KSDAE.
“Saya mengusulkan adanya pengembangan tambahan menu terkait
inventarisasi keanekaragaman hayati tinggi serta menu interaksi negative antara
satwa dan manusia untuk mempermudah penanganan. Selain itu harapan saya di
SMART dapat juga ditambahkan menu Sistem Sehat Satli (sistem informasi kesehatan
satwa liar di Indonesia) yang dikelola oleh KLHK agar lebih banyak informasi
yang dibutuhkan dalam pengambilan kebijakan” imbuhnya.
Sebagai pengampu program penggunaan aplikasi SMART KLHK, Direktur
PKK Jefry Susyafrianto memberikan arahan khusus dalam bimtek yang dilaksanakan
oleh BKSDA Bengkulu. Ia mengucapkan apresiasi kepada BKSDA Bengkulu yang pada
akhirnya akan mengaplikasikan SMART dalam kegiatan pengelolaan kawasan
konservasi di wilayah kerjanya dengan dukungan dari Conserve dan juga WCS-IP yang
terus mengawal praktik-praktik penggunaan SMART.
“Saat ini kita sangat memerlukan data dan informasi yang
akurat serta cepat dalam mengambil keputusan. KSDAE memiliki willayah
konservasi yang banyak dan terpisah-pisah. Tentunya perlu kecepatan dalam menangani
permasalahan di lapangan terutama dalam mengawasi peredaran berbagai satwa.
Maka perlu melibatkan lintas instansi seperti KPH yang juga bersinggungan
dengan wilayah konservasi bahkan private sector” ujarnya dalam pembukaan
bimtek.
Kita juga sedang mendukung program FOLU Net Sink melalui
tranformasi tata kelola kawasan konservasi dengan penerapan teknologi secara
digital, kolaboratif, adaptif, dan inklusif.
Maka aplikasi SMART menjadi penting dalam pengelolaan ditingkat tapak.
Imbuhnya diakhir sesi dalam memberikan arahan dan membuka acara secara resmi.
Mencermati tugas dan fungsi BKSDA Bengkulu yang semakin
berat, terutama dalam pelestarian sumber daya alam hayati di wilayah provinsi
Bengkulu dan provinsi Lampung maka diperlukan sumber daya manusia (SDM) yang
berkualitas. Sumber daya manusia yang dilatih dalam bimtek SMART diharapkan
menjadi campion di masing-masing resort untuk mendukung serangkaian proses
dalam sistem SMART.
SMART merupakan alat untuk mencatat dan melaporkan kegiatan patroli
dan kegiatan pendukung lainnya (pelaksanaan penyuluhan, penertiban peredaran, dan
lain sebagainya) secara spasial sehingga memberikan data yang akurat dan bisa
dipertanggung jawabkan. Aplikasi SMART dapat dipergunakan untuk membuat rencana
pengelolaan yang lebih baik, mengevaluasi dan mengimplementasikan aksi
konservasi serta meningkatkan akuntabilitas.
Aplikasi yang dikembangkan oleh KLHK bersama WCS-IP tersebut
terus mengalami penambahan-penambahan menu karena adanya kebutuhan-kebutuhan
informasi yang harus dilaporkan ditingkat tapak. Mengingat keanekaragaman
hayati yang dimiliki Indonesia sangat tinggi, kebijakan pemerintah seperti
dalam
Mengutip dari laman https://nationalgeographic.grid.id,
IUCN pada tahun 2021 melaporkan adanya beberapa satwa di Indonesia masuk dalam
status “terancam punah” setelah sebelumnya berstatus “rentan”. Beberapa satwa
dimaksud di antaranya adalah komodo, badak sumatra, orangutan tapanuli,
orangutan sumatra, badak jawa, dan rusa bawean[1].
Perlunya pemantauan, pelaporan, dan perlindungan secara
terintegrasi melalui penggunaan SMART menjadi suatu kebutuhan agar hutan
Indonesia dapat terjaga kelestariannya.(*)
Penulis: Faridh Almuhayat-RTO Conserve Lanskap Seblat
Tidak ada komentar:
Posting Komentar