Senin, 12 Februari 2018

TAMAN DAN PRODUKSI SEL SEMANGAT DI KOTA HUJAN



Keberadaan taman menjadi sangat penting ditengah-tengah kehidupan perkotaan yang semakin padat. Berbagai tekanan hidup diperkotaan yang semakin banyak, mulai dari tekanan kebutuhan ekonomi, sandang, pangan, papan, hingga tekanan sosial yang semakin bertambah, maka keberadaan ruang terbuka hijau sangat dibutuhkan. Alam menyediakan berbagai kebutuhan manusia, namun terkadang terlupakan karena keserakahan manusia dalam mengeksploitasi alam untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Inilah yang kemudian sering menimbulkan bencana alam yang berdampak pada semakin banyaknya biaya yang dikeluarkan untuk menangani permasalahan yang ditimbulkan karena ulah dan manajemen manusia yang serakah.

Kota Bogor yang dijuluki kota hujan memiliki luas 11.850 ha yang terbagi menjadi enam kecamatan yaitu kecamatan Bogor Utara, Bogor Selatan, Bogor Barat, Bogor Timur, Bogor Tengah, dan Tanah Sareal, serta terbagi lagi menjadi 68 kelurahan. Jumlah penduduk kota Bogor yaitu 1.064.687 orang, dengna perbandingan laki-laki berjumlah 540.288 orang dan perempuan berjumlah 524.399 orang, sehingga kepadatan penduduknya dapat diperkirakan sekitar 8.985 orang/km persegi (BPS Kota Bogor 2017). Potensi kota Bogor yang tercatat di Badan Pusat Statistik kota Bogor juga beragam seperti potensi pertanian dan perkebunan skala kecil, perindustrian, perdagangan, pariwisata, serta potensi lainnya seperti transportasi dan jasa komunikasi lainnya.

Permasalahan Kota
Gambaran singkat profil diatas dijadikan wacana bahwa potensi dan ancaman serta tantangan dan kekuatan kota Bogor dapat dilihat secara sekilas dengan melihat kenyataan yang ada dilapangan terutama dalam hal lingkungan hidup dan kehidupan sosial masyarakat. Kepadatan penduduk tentu akan berpengaruh pada kebutuhan lahan sebagai salah satu identitas sebagai masyarakat perkotaan. Lahan dapat digunakan untuk membangun rumah sebagai upaya menuju kehidupan yang lebih nyaman. Lahan juga dapat digunakan sebagai tempat untuk memenuhi kebutuhan hidup seperti untuk tempat usaha dan berkreatifitas sesuai dengan keinginan masing-masing.

Disisi lain yang terkadang terlupakan yaitu semakin menurunnya kualitas lingkungan hidup yang dikarenakan berbagai faktor, seperti faktor berkurangnya lahan terbuka hijau, meningkatnya polusi udara, meningkatnya betonisasi karena semakin banyak gedung-gedung perkantoran atau pencakar langit dan perumahan, semakin banyaknya penggunaan gas freon karena pemasangan air conditioner (AC). Selain itu, menumpuknya masalah sampah-sampah dan pembuangan limbah-limbah yang kurang tertata, sehingga menimbulkan permasalahan baru dilingkungan perkotaan.
Gambar ini memperlihatkan bahwa pembangunan "trotoar" tidak mempertimbangkan kebutuhan tempat hidup tanaman penghijauan

Pembangunan pedestrian dan sarana publik sering mengindahkan pentingnya konservasi wilayah sepadan sungai yang seharunya untuk perlindungan sungai dan serapan air kedalam tanah.

Mengurangi Masalah Kota
Permasalahan kota yang sering kali berulang dari waktu-kewaktu terkadang menimbulkan terkanan psikologis bagi penduduk, sehingga berdampak pada kualitas hidup yang semakin berkurang. Beban permasalahan individu menumpuk menjadi satu dengan beban kualitas lingkungan hidup yang semakin meningkat akan menyebabkan permasalahan sosial yang semakin meningkat. Maka tidak heran jika semakin banyak penduduk yang tingkat stresnya tinggi sehingga menjadi pribadi yang kurang elok, banyak warga menghalalkan segala cara untuk mencukupi kehidupan, produksi pengetahuan-pengetahuan dan transfer pengetahuan antar generasi semakin terputus karena kualitas budaya dan pergaulan sosial yang semakin memburuk. Hal tersebut harus menjadi perhatian pemerintah dan masyarakat untuk meningkatkan kesadaran kolektif akan pentingnya kebutuhan individu dan publik yang harus seiring dan selaras dengan perubahan lingkungan.

Taman sebagai contoh kecilnya, bahwa pentingnya ruang terbuka hijau dengan berbagai bentuk seperti taman kota, jalur hijau, hutan kota, dan sarana rekreasi, sarana olahraga, dan berbagai sarana publik penunjang lainnya menjadi penting untuk diadakan agar masyarakat dapat hidup dengan nyaman, tentram, dan bahagia karena masih adanya suasana alam yang mendukung kehidupan sehari-harinya.

Sarana publik di Kota Bogor jauh dari perhatian. Sebagai contoh dilingkungan sekita ibu kota Bogor seperti di Balaikota dan sekitarnya memang perlu disyukuri bahwa para pendahulu kota Bogor ini telah menanamkan tonggak sejarah yaitu diadakannyanya jalur hijau yang eksotik karena tanaman-tanaman pengisi jalur sangat unik dan sudah sangat tua. Daya tarik dan fungsinyapun sudah banyak dinikmati seperti udara segar, pemandangan yang sejuk dan indah, dan menjadi tempat pelindung ketika hujan dan panas tiba. Itupun saat ini pemerintah hanya menambahkan perawatan dengan penambahan taman-taman disela-sela pohon dan lampu-lampu dimalam hari. Terkadang juga sangat menyedihkan karena pohon yang ada dipotong akar karena untuk kepentingan saluran pipa, parit, dan lain sebagainya sehingga pohon-pohon tua tersebut akan mudah roboh. Terobosan lainnya diwilayah sekitar balai kota dan sekitarnya masih belum terlihat, apalagi diwilayah kecamatan-kecamatan lainnya yang masih terabaikan.

Lahan terbuka hijau di tingkat kecamatan dan kelurahan masih dapat dikatakan belum mencapai 30% dari total luasan masing-masing wilayah. Pengambilan angka 30% sebenarnya masih sangat kecil karena kualitas lingkungan hidup dapat mengurangi dampak yang ditimbulkan karena pertambahan kebutuhan penduduk yang semakin meningkat. Seiring dengan pentambahan, lingkungan pasti akan diabaikan, sebab masih banyak yang menganggap sebagai penghalang dari proses pembangunan yang dilakukan oleh masyarakat. Maka perlunya meningkatkan kesadaran masyarakat kota Bogor tentang pentingnya menyeimbangkan antara alam yang menyediakan kualitas lingkungan yang baik dan pembangunan yang dilakukan oleh manusia.

Kesadaran dibangun dari kebutuhan masing-masing jiwa lebih efektif dibandingkan kesadaran yang dibangun dari program yang hadir karena suatu proyek. Maka pemerintah dan masyarakat harus sama-sama menjadi agent of change untuk perubahan kota Bogor yang harmoni antara alam dan pembangunan. Praktik-praktik dari kearifan lokal masayarakat dalam membangun lingkungan harus diakomodir sebagai ungkapan rasa syukur sebagai masyarakat yang bersuku sunda. Para penduhulu orang sunda tentu telah memberikan banyak sekali pengetahuan untuk mensinergikan alam dan pembangunan, hal ini harus menjadi point penting agar budaya tidak hilang karena dimakan jaman. Selain itu pengetahuan lain dari pendidikan formal mengenai teknik mensinergikan alam dan pembangunan haris diselaraskan dengan kearifan lokal, sehingga menghasilkan karya yang mempertahankan jati diri sebagai masyarakat berbudaya dan perkembangan jaman now.

Dengan demikian, akan tebangun sel-sel dalam tubuh masyarakat kota Bogor untuk hidup lebih baik yang serasi dengan alam sebab dari diri sendiri sudah terbangun semangat sadar kebutuhan untuk diri sendiri, orang lain maupun untuk alam semesta yang diwujudkan dalam perbaiki kualitas lingkungan hidup dengan mengurangi kerusakan-kerusakan yang ditimbulkan akibat ulah manusia. Semoga kota Bogor terus berbenah dan menambah ruang terbuka hijaunya, semoga tata kota dapat lebih ramah lingkungan, semoga kerusakan lingkungannya dapat dicegah, semoga dan semoga kota Bogor menjadi kota yang lebih baik. Mari kita sama-sama membangun dengan saling asah, asih, dan asih sebagaimana pepatah para penduhulu kita "DI NU KIWARI NGANCIK NU BIHARI SEJA AYEUNA SAMPEREUN JAGA". Selalu berdoa agar negara kita menjadi negara Baldatun Thayyyibatun Warrabun Ghafur. Aamiin.












Tidak ada komentar:

Posting Komentar