Kamis, 01 Februari 2018

HATI-HATI...!!! SUHU BUMI MAKIN PANAS

Status ”lumrah
Suhu udara dalam beberapa dekade terakhir ini mengalami peningkatan, saat siang hari sangat terasa panas yang menyengat dan pada waktu malam hari suhu udara sangat dingin. Hal tersebut menjadi pandangan yang ”lumrah” bagi masyarakat karena kita sendiri adalah menjadi agen-agen pendukung kondisi tersebut. Kondisi masyarakat yang semakin kurang peduli terhadap lingkungan seperti yang bersedia menanam pepohonan persentasenya sangat sedikit dibandingkan dengan yang menanam, disisi lain polusi udara semakin meningkat, betonisasi tanah-tanah yang semakin bertambah, serta semakin menipisnya lapisan ozon, adalah fakta yang ada di depan mata. Kita sama-sama mengerti bahwa tindakan ringan seperti dengan menanam pohon, maka paling tidak dapat memberikan kenyamanan bagi lingkungan seperti tersedianya oksigen dan mengurasi panas yang menyengat saat ini.
Pemandangan yang ”lumrah” lainnya yaitu banyak kita temui sungai-sungai yang tercemar limbah dan sampah, bahkan air sumur galianpun menjadi tak sejernih dahulu lagi hingga banyak yang mengalami kekeringan. Bulan Mei – September seharusnya mulai musim kering, akan tetapi akibat dari perubahan iklim ”climate change” prediksi waktu musim hujan dan musim kering menjadi tidak berarti lagi. Semua orang terfokus pada permasalahan ekonomi masing-masing, namun lupa tentang permasalahan yang secara tidak langsung akibat dari tindakan kita yang kurang perduli terhadap kondisi lingkungan hidup.
Di dalam salah satu ayat Alquran telah dijelaskan bahwa manusia adalah penyebab kerusakan di darat maupun di laut akibat keserakahan kita dalam berfikir dan bertindak untuk mengekspoitasi sumberdaya alam yang diberikan kepada kita. Status ”lumrah” adalah keadaan dimana manusia adalah sumber dari kesalahan-kesalahan dalam berfikir dan bertindak, namun manusia juga dapat menjadi pusat untuk memperbaikinya. Akan tetapi jika status tersebut dibiarkan terus-menerus maka kemungkinan besar bangsa Indonesia akan dikepung bencana ekologi yang lebih dahsyat daripada yang kita prediksi sekarang.

Makhluk Pelupa
Tanpa disadari manusia adalah makhluk pelupa. Pelupa akan kewajiban kita dalam 3 hal yaitu: Pertama, kewajiban manusia sebagai hamba Tuhan YME untuk mengabdikan diri dengan selalu mengingat-Nya disetiap waktu. Kedua, kewajiban manusia kepada sesama manusia, yaitu untuk saling ”memanusiakan manusia” dan menjaga harmoni kehidupan antar sesama. Ketiga, kewajiban manusia dengan alam semesta baik di darat, laut, maupun di udara. Ketiga hal diatas merupakan bahan intropeksi bagi masyarakat bahwa sering kita tidak melaksanakan kewajiban, akan tetapi selalu menuntut hak-hak yang dilekatkan dan diletakkan dalam fikiran dan tindakan kita. Wajar jika kondisi alam semesta khususnya lingkungan hidup semakin terancam akibat kesalahan dalam menerjemahkan diri sebagai ”khalifah” yang mengelola sumberdaya alam.
Masalah kekeringan sekarang ini menjadi perhatian bagi banyak warga, baik didesa dan dikota. Karena air adalah sumber kehidupan maka air sangat penting bagi kehidupan, tanpa air mustahil dibumi terdapat kehidupan. Untuk mengatasi masalah kekeringan tersebut banyak hal yang dapat dilakukan masyarakat, mulai dari membeli air bersih, menunggu bantuan air bersih dari pemerintah bahkan sampai cara yang lebih ekstrim yaitu dengan membuat sumur bor. 
Jika dilihat dari segi ekonomi maka sumur bor lebih menguntungkan walapun mengeluarkan banyak biaya untuk pengeborannya tersebut. Pengeboran adalah pengambilan air bawah tanah dengan kedalam tertentu sehingga ketika musim kering tidak terjadi kekurangan air. Jika tindakan ini dilakukan oleh beribu-ribu masyarakat, maka akan membahayakan masyarakat itu sendiri kelak dikemudian hari. Bisa kita bayangkan, bumi kita yang bulat ini sekarang sudah banyak dipenuhi oleh bangunan-bangunan dan bermilyar-milyar manusia yang hidup diatasnya mengambil air dari bawah tanah secara besar-besaran. 
Perlu kita ketahui bahwa bukan hanya air saja yang diambil dari bawah tanah, melainkan sumber daya alam lainnya yang secara terus diambil dan dikeruk disetiap detiknya, baik sumberdaya alam yang berupa air, minyak bumi, galian-galian bumi sampai pada tataran penggundulan hutan secara besar-besaran. Apakah suatu saat daratan ini tetap pada posisi ketinggiannya atau justru akan turun ketinggiannya dari permukaan tanah. Tentu hal tersebut perlu dipertanyakan. Sebagai informasi, Jakarta saat ini telah mengalami penurunan ketinggian tanah daratan tiap tahunnya, apakah ada masalah serupa di tempat atau daerah lain.
Jika hutan sudah banyak yang hilang karena aktivitas penebangan, pertambangan dalam sekala besar, maka kita harus bersiap-siap untuk menghadapi bencana alam seperti saat ini banyak terjadi kekeringan dimusim kering dan kebanjiran saat musim hujan. Perlu diketahui, lantai hutan yang terbuka akan meningkatkan intensitas cahaya matahari yang mengenai permukaan tanah sehingga menyebabkan kelembapan berkurang. Dengan berkurangnya kelembapan tanah, maka simpanan air didalam tanah juga akan berkurang. Jika banyak hutan yang dibabat maka laju terbukanya permukaan tanah akan meningkat sehingga kadar air dalam tanah juga akan berkurang akhirnya akan terjadi kekeringan. Jika pada waktu musim hujan banyak terjadi bencana banjir dimana-mana. Banjir terjadi karena banyak hal, antara lain hutan yang mulai habis karena dibabat sehingga resapan air kedalam tanah berkurang, sehingga air akan mengalir dengan deras dilantai hutan atau bisa disebut dengan run off. Selain itu banjir juga bisa diakibatkan karena rusaknya sungai, rusaknya sungai karena pendangkalan, saluran air yang mampat karena sampah,kemudian  lebar dan dalamnya sungai tidak sesuai dengan debit air yang ada.

Pemanasan Global (Global Warming)
Istilah pemanasan global mungkin saat ini sudah tidak asing lagi di telinga kita. Karena kita bisa merasakan setiap harinya bahkan kita juga melakukan tindakan yang dapat memicu pemanasan global. Global warm atau pemanasan global adalah naiknya suhu udara bumi karena meningkatnya efek Gas Rumah Kaca (GRK). Gas Rumah Kaca (GRK) bukanlah karena kita banyak yang menggunakan rumah dari kaca, tetapi GRK adalah bahan atau zat yang berupa gas yang dapat merusak lapisan ozon seperti CFC, CO2, gas metan, N2O dan lain-lain. CFC di banyak dikeluarkan oleh tehnologi seperti penggunaan AC (Air Conditioner) dalam skala besar seperti kulkas, AC rumah, mobil dan lain-lain. Sumbangan untuk CFC terbesar dihasilkan di negara maju dan Eropa Timur yaitu lebih dari 80 % konsumsi sedunia dan di udara dalam pemanasan global CFC menumbangkan gas berkisar 30 %. Carbon dioksida (CO2) dihasilkan oleh tehnologi seperti pabrik-pabrik industri, asap kendaraan bermotor atau transpor.  Sumbangan CO2 di udara sebesar 50 %. Metan dan N2O biasa pada industri serat sintetik, industri ini terbanyak di negara-negara maju dan masing-masing gas pencemar tersebut masing-masing menyumbangkan kadar pencemaran di atmosfer kurang dari 10 %. Walaupun sebenarnya saat ini kita belum bisa terlepas dari kemajuan jaman dan tehnologi, karena dari tahun-ketahun manusia memberikan sumbangan yang besar terhadap perkembangan dan kemajuan suatu negara. Tetapi seharusnya kita sudah ada upaya untuk mengubah jaman dan tehnologi tanpa mengesampingkan dampak yang akan terjadi dilingkungan kita.

Dampak Pemanasan Global (Global Warm Effect)
Dengan adanya penambahan gas pencemar di udara dari waktu ke waktu maka sudah barang tentu akan terjadi dampak terhadap makhluk hidup dan kondisi bumi. Dampak tersebut dapat dirasakan secara langsung maupun tidak langsung. Dampak secara langsung dapat dirasakan dalam waktu yang cepat, sedangkan dampak tidak langsung dapat dirasakan dalam waktu yang lama yaitu jangka waktu bertahun-tahun bahkan berabad-abad kemudian. Dampak dibumi terjadi di daratan, di lautan maupun di udara. Dampak yang terjadi terhadap makhluk hidup antara lain dengan menyesuaikan diri terhadap lingkungannya atau mati karena tidak bisa beradaptasi dengan perubahan lingkungan yang terjadi.
Sekarang ini kita bisa merasakan melalui tanda-tanda yang pemanasan  globlal. Pada skala geologik perubahan meningkatnya suhu udara sangat drastis yaitu bertambahnya kondisi panas yang cukup tinggi. Saat ini kita bisa merasakan bagaimana suhu udara di siang hari terasa menyengat walaupun kita sudah berada di dalam rumah atau di suatu gedung. Radiasi panas matahari juga terasa sampai pada lingkungan kita yang kemudian berdampak pada banyak tumbuh-tumbuhan yang mati karena saking panasnya suhu udara. Selain itu kadar O2 diudarajuga akan berkurang drastis, sehingga banyak makhluk hidp yang sukar untuk bernafas bahkan seandainya masih dapat bernafas maka yang dihirup adalah udara tercemar.
Bisa ditambahkan bahwa dampak lain yaitu akan banyak makhluk hidup yang bermigrasi atau berpindah ketempat lain yang dirasa cocok. Tetapi migrasi juga mengalami banyak halangan, seperti Indonesia terdiri dari beberapa pulau yang dipisahkan oleh lautan, maka lautan juga merupakan penghalang untuk bermigrasi. Bagi makhluk hidup yang bisa dan berhasil bermigrasipun juga mengalami masalah karena mereka keluar dari daerah tempat biasa hidup kemudian beradaptasi dengan lingkungan baru, isa terjadi kalau bisa beradaptasi berarti bisa hidup dan bila tidal beradaptasi maka akan mati.
Dampak pemanasan global yang lain yaitu naiknya permukaan laut. Dengan naiknya permukaan air laut juga akan menyebabkan kepunahan jenis makhlk hidup di daerah pantai dan sekitarnya. Dan bisa diperkirakan daratan akan bisa ditenggelamkan oleh lautan sehingga luas daratan akan berkurang. Untuk saat ini kita hidup dinegara Indonesia yang terletak didaerah tropik, maka seyogyanya harus berupaya keras untuk mengurangi kerusakan hutan dan pembangunan yang tidak menunjang kelestarian lingkungan. Karena kita selama ini dituding oleh negara-negara Eropa dan Asia tentang kerusakan lingkungan dan kerusakan hutan yang luarbiasa cepatnya. Padahal mereka juga memberikan sumbangan gas CO2 bahkan gas CFC yang begitu besar. Maka kita hanya terkena dampaknya dan mereka juga tidak mengurangi sumbangan gas yang telah dihasilkan tiap harinya.
Maka saat ini yang sudah kita rasakan begitu dasyatnya suhu udara yang begitu panas, maka kita harus memperbaiki lingkungan kita dan hutan kita serta mengurangi tehnologi merusak lingkungan. Kita tidak perlu menunggu sampai rusaknya lingkungan kita, bisa saja nanti akan menjadi gersang bak gurun pasir. Perlunya kesadaran akan lingkungan harus ditunjang dengan kemauan dari diri sendiri untuk menciptakan suasana lingkungan yang sehat dan lestari. Salah satunya yaitu dengan menanam pohon “lebih baik kita merawat, menjaga pohon yang sudah ada dan menanam pohon kembali daripada kita menebangnya”. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar