Status ”lumrah”
Suhu udara dalam beberapa dekade terakhir ini mengalami
peningkatan, saat siang hari sangat terasa panas yang menyengat dan pada waktu
malam hari suhu udara sangat dingin. Hal tersebut menjadi pandangan yang ”lumrah” bagi masyarakat karena kita
sendiri adalah menjadi agen-agen pendukung kondisi tersebut. Kondisi masyarakat
yang semakin kurang peduli terhadap lingkungan seperti yang bersedia menanam
pepohonan persentasenya sangat sedikit dibandingkan dengan yang menanam, disisi
lain polusi udara semakin meningkat, betonisasi tanah-tanah yang semakin bertambah,
serta semakin menipisnya lapisan ozon, adalah fakta yang ada di depan mata. Kita
sama-sama mengerti bahwa tindakan ringan seperti dengan menanam pohon, maka
paling tidak dapat memberikan kenyamanan bagi lingkungan seperti tersedianya
oksigen dan mengurasi panas yang menyengat saat ini.
Pemandangan yang ”lumrah”
lainnya yaitu banyak kita temui sungai-sungai yang tercemar limbah dan sampah,
bahkan air sumur galianpun menjadi tak sejernih dahulu lagi hingga banyak yang
mengalami kekeringan. Bulan Mei – September seharusnya mulai musim kering, akan
tetapi akibat dari perubahan iklim ”climate
change” prediksi waktu musim hujan dan musim kering menjadi tidak berarti
lagi. Semua orang terfokus pada permasalahan ekonomi masing-masing, namun lupa
tentang permasalahan yang secara tidak langsung akibat dari tindakan kita yang kurang
perduli terhadap kondisi lingkungan hidup.
Di dalam salah satu ayat Alquran telah dijelaskan bahwa
manusia adalah penyebab kerusakan di darat maupun di laut akibat keserakahan
kita dalam berfikir dan bertindak untuk mengekspoitasi sumberdaya alam yang
diberikan kepada kita. Status ”lumrah”
adalah keadaan dimana manusia adalah sumber dari kesalahan-kesalahan dalam
berfikir dan bertindak, namun manusia juga dapat menjadi pusat untuk
memperbaikinya. Akan tetapi jika status tersebut dibiarkan terus-menerus maka
kemungkinan besar bangsa Indonesia akan dikepung bencana ekologi yang lebih
dahsyat daripada yang kita prediksi sekarang.
Makhluk
Pelupa
Tanpa disadari manusia adalah makhluk pelupa. Pelupa akan
kewajiban kita dalam 3 hal yaitu: Pertama,
kewajiban manusia sebagai hamba Tuhan YME untuk mengabdikan diri dengan
selalu mengingat-Nya disetiap waktu. Kedua,
kewajiban manusia kepada sesama manusia, yaitu untuk saling ”memanusiakan
manusia” dan menjaga harmoni kehidupan antar sesama. Ketiga, kewajiban manusia dengan alam semesta baik di darat, laut,
maupun di udara. Ketiga hal diatas merupakan bahan intropeksi bagi masyarakat
bahwa sering kita tidak melaksanakan kewajiban, akan tetapi selalu menuntut
hak-hak yang dilekatkan dan diletakkan dalam fikiran dan tindakan kita. Wajar
jika kondisi alam semesta khususnya lingkungan hidup semakin terancam akibat
kesalahan dalam menerjemahkan diri sebagai ”khalifah” yang mengelola sumberdaya
alam.
Masalah kekeringan sekarang ini menjadi perhatian bagi banyak
warga, baik didesa dan dikota. Karena air adalah sumber kehidupan maka air
sangat penting bagi kehidupan, tanpa air mustahil dibumi terdapat kehidupan.
Untuk mengatasi masalah kekeringan tersebut banyak hal yang dapat dilakukan
masyarakat, mulai dari membeli air bersih, menunggu bantuan air bersih dari
pemerintah bahkan sampai cara yang lebih ekstrim yaitu dengan membuat sumur
bor.
Jika dilihat dari segi ekonomi maka sumur bor lebih
menguntungkan walapun mengeluarkan banyak biaya untuk pengeborannya tersebut.
Pengeboran adalah pengambilan air bawah tanah dengan kedalam tertentu sehingga
ketika musim kering tidak terjadi kekurangan air. Jika tindakan ini dilakukan
oleh beribu-ribu masyarakat, maka akan membahayakan masyarakat itu sendiri
kelak dikemudian hari. Bisa kita bayangkan, bumi kita yang bulat ini sekarang
sudah banyak dipenuhi oleh bangunan-bangunan dan bermilyar-milyar manusia yang
hidup diatasnya mengambil air dari bawah tanah secara besar-besaran.
Perlu kita ketahui bahwa bukan hanya air saja yang
diambil dari bawah tanah, melainkan sumber daya alam lainnya yang secara terus
diambil dan dikeruk disetiap detiknya, baik sumberdaya alam yang berupa air,
minyak bumi, galian-galian bumi sampai pada tataran penggundulan hutan secara
besar-besaran. Apakah suatu saat daratan ini tetap pada posisi ketinggiannya
atau justru akan turun ketinggiannya dari permukaan tanah. Tentu hal tersebut
perlu dipertanyakan. Sebagai informasi, Jakarta saat ini telah mengalami
penurunan ketinggian tanah daratan tiap tahunnya, apakah ada masalah serupa di
tempat atau daerah lain.
Jika hutan sudah banyak yang hilang karena aktivitas
penebangan, pertambangan dalam sekala besar, maka kita harus bersiap-siap untuk
menghadapi bencana alam seperti saat ini banyak terjadi kekeringan dimusim
kering dan kebanjiran saat musim hujan. Perlu diketahui, lantai hutan yang
terbuka akan meningkatkan intensitas cahaya matahari yang mengenai permukaan
tanah sehingga menyebabkan kelembapan berkurang. Dengan berkurangnya kelembapan
tanah, maka simpanan air didalam tanah juga akan berkurang. Jika banyak hutan
yang dibabat maka laju terbukanya permukaan tanah akan meningkat sehingga kadar
air dalam tanah juga akan berkurang akhirnya akan terjadi kekeringan. Jika pada
waktu musim hujan banyak terjadi bencana banjir dimana-mana. Banjir terjadi
karena banyak hal, antara lain hutan yang mulai habis karena dibabat sehingga
resapan air kedalam tanah berkurang, sehingga air akan mengalir dengan deras
dilantai hutan atau bisa disebut dengan run off. Selain itu banjir juga
bisa diakibatkan karena rusaknya sungai, rusaknya sungai karena pendangkalan,
saluran air yang mampat karena sampah,kemudian
lebar dan dalamnya sungai tidak sesuai dengan debit air yang ada.
Pemanasan Global (Global Warming)
Istilah pemanasan global mungkin saat ini sudah tidak
asing lagi di telinga kita. Karena kita bisa merasakan setiap harinya bahkan
kita juga melakukan tindakan yang dapat memicu pemanasan global. Global warm
atau pemanasan global adalah naiknya suhu udara bumi karena meningkatnya efek
Gas Rumah Kaca (GRK). Gas Rumah Kaca (GRK) bukanlah karena kita banyak yang
menggunakan rumah dari kaca, tetapi GRK adalah bahan atau zat yang berupa gas
yang dapat merusak lapisan ozon seperti CFC, CO2, gas metan, N2O
dan lain-lain. CFC di banyak dikeluarkan oleh tehnologi seperti penggunaan AC (Air
Conditioner) dalam skala besar seperti kulkas, AC rumah, mobil dan
lain-lain. Sumbangan untuk CFC terbesar dihasilkan di negara maju dan Eropa
Timur yaitu lebih dari 80 % konsumsi sedunia dan di udara dalam pemanasan
global CFC menumbangkan gas berkisar 30 %. Carbon dioksida (CO2)
dihasilkan oleh tehnologi seperti pabrik-pabrik industri, asap kendaraan
bermotor atau transpor. Sumbangan CO2
di udara sebesar 50 %. Metan dan N2O biasa pada industri serat
sintetik, industri ini terbanyak di negara-negara maju dan masing-masing gas
pencemar tersebut masing-masing menyumbangkan kadar pencemaran di atmosfer
kurang dari 10 %. Walaupun sebenarnya saat ini kita belum bisa terlepas dari
kemajuan jaman dan tehnologi, karena dari tahun-ketahun manusia memberikan
sumbangan yang besar terhadap perkembangan dan kemajuan suatu negara. Tetapi
seharusnya kita sudah ada upaya untuk mengubah jaman dan tehnologi tanpa
mengesampingkan dampak yang akan terjadi dilingkungan kita.
Dampak
Pemanasan Global (Global Warm Effect)
Dengan adanya penambahan gas pencemar di udara dari
waktu ke waktu maka sudah barang tentu akan terjadi dampak terhadap makhluk
hidup dan kondisi bumi. Dampak tersebut dapat dirasakan secara langsung maupun
tidak langsung. Dampak secara langsung dapat dirasakan dalam waktu yang cepat,
sedangkan dampak tidak langsung dapat dirasakan dalam waktu yang lama yaitu
jangka waktu bertahun-tahun bahkan berabad-abad kemudian. Dampak dibumi terjadi di daratan, di lautan maupun di
udara. Dampak yang terjadi terhadap makhluk hidup antara lain dengan
menyesuaikan diri terhadap lingkungannya atau mati karena tidak bisa
beradaptasi dengan perubahan lingkungan yang terjadi.
Sekarang ini kita bisa merasakan melalui tanda-tanda yang
pemanasan globlal. Pada skala geologik
perubahan meningkatnya suhu udara sangat drastis yaitu bertambahnya kondisi
panas yang cukup tinggi. Saat ini kita bisa merasakan bagaimana suhu udara di
siang hari terasa menyengat walaupun kita sudah berada di dalam rumah atau di
suatu gedung. Radiasi panas matahari juga terasa sampai pada lingkungan kita
yang kemudian berdampak pada banyak tumbuh-tumbuhan yang mati karena saking
panasnya suhu udara. Selain itu kadar O2 diudarajuga akan berkurang
drastis, sehingga banyak makhluk hidp yang sukar untuk bernafas bahkan seandainya
masih dapat bernafas maka yang dihirup adalah udara tercemar.
Bisa ditambahkan bahwa dampak lain yaitu akan banyak
makhluk hidup yang bermigrasi atau berpindah ketempat lain yang dirasa cocok.
Tetapi migrasi juga mengalami banyak halangan, seperti Indonesia terdiri dari
beberapa pulau yang dipisahkan oleh lautan, maka lautan juga merupakan
penghalang untuk bermigrasi. Bagi makhluk hidup yang bisa dan berhasil
bermigrasipun juga mengalami masalah karena mereka keluar dari daerah tempat
biasa hidup kemudian beradaptasi dengan lingkungan baru, isa terjadi kalau bisa
beradaptasi berarti bisa hidup dan bila tidal beradaptasi maka akan mati.
Dampak pemanasan global yang lain yaitu naiknya permukaan
laut. Dengan naiknya permukaan air laut juga akan menyebabkan kepunahan jenis
makhlk hidup di daerah pantai dan sekitarnya. Dan bisa diperkirakan daratan akan bisa ditenggelamkan
oleh lautan sehingga luas daratan akan berkurang. Untuk saat ini kita hidup dinegara Indonesia yang
terletak didaerah tropik, maka seyogyanya harus berupaya keras untuk mengurangi
kerusakan hutan dan pembangunan yang tidak menunjang kelestarian lingkungan.
Karena kita selama ini dituding oleh negara-negara Eropa dan Asia tentang
kerusakan lingkungan dan kerusakan hutan yang luarbiasa cepatnya. Padahal
mereka juga memberikan sumbangan gas CO2 bahkan gas CFC yang begitu
besar. Maka kita hanya terkena dampaknya dan mereka juga tidak mengurangi
sumbangan gas yang telah dihasilkan tiap harinya.
Maka saat ini yang sudah kita rasakan begitu dasyatnya
suhu udara yang begitu panas, maka kita harus memperbaiki lingkungan kita dan
hutan kita serta mengurangi tehnologi merusak lingkungan. Kita tidak perlu
menunggu sampai rusaknya lingkungan kita, bisa saja nanti akan menjadi gersang
bak gurun pasir. Perlunya kesadaran akan lingkungan harus ditunjang dengan
kemauan dari diri sendiri untuk menciptakan suasana lingkungan yang sehat dan
lestari. Salah satunya yaitu dengan menanam pohon “lebih baik kita merawat,
menjaga pohon yang sudah ada dan menanam pohon kembali daripada kita
menebangnya”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar